• HALTE

2K 245 0
                                    

   Tiba-tiba afan mendapat ide cemerlang. Ia langsung mengacungkan tangannya ke atas dan Bu Hendrika melihatnya.
  "Bu, eby katanya mau jawab soal yang di papan," ujar afan dengan suara yang enteng bagai tak punya dosa. Sedangkan eby yang ditunjuknya sudah melotot bak ingin keluar matanya.

   "Woy anjir!! Lo kan tau gue paling bego itung-itungan. Parah nih masukin temen ke kandang macan." Eby panik saat bu Hendrika melihat ke arahnya.
  "Coba eby kamu maju ke depan," kata Bu Hendrika.

   Afan, Valen dan juga hasby bertos ria karena bisa mengerjai eby. Eby nya sendiri, tengah komat-kamit. la merapal doa-doa sebelum maju mengerjakan soal yang la sendiri tidak tahu jawabannya.
 
   Eby berdiri di depan papan tulis, matanya membaca deretan angka di sana. Otaknya mencoba untuk memahami maksud soalnya namun tetap saja. Eby tak mampu mengerjakannya.
 
   Namun, tiba-tiba sebuah kertas yang digulung-gulung menjadi sangat kecil, mengenai ujung sepatunya. Eby belum menyadari kertas itu kunci jawaban dari soalnya, yang dibuat afan.

    Valen terus mencoba memanggil eby, namun eby yang tak kunjung mendengar kode halus itu. Untungnya Bu Hendrika keluar dari kelas untuk mengangkat telepon masuk di ponselnya. Kesempatan itu akhirnya valen gunakan untuk berteriak memanggilnya.
 
  "Eby bolot anaknya Haji Bolot!" Eby juga berbalik.
   "Kertas di kakimu itu!"
  Eby mencari kertas yang dimaksud valen, setelah menemukannya la langsung tersenyum senang mendapati teman-temannya masih peduli padanya.
 
    Dan begitu selesai menyalin jawaban dari afan, eby kembali duduk ke tempatnya dengan wajah sok pintarnya. Valen yang melihatnya lantas memukul wajahnya dengan buku catatan, sambil berujar      "Bergaya sesuai isi otak!"

                                     ****
   "Katanya nanti ada tawuran, emang iya?" tanya caca saat berada di kantin.
   "Lo kata siapa?" tanya devi sambil mengupas kuaci.
   "Gue denger-denger tadi anak cowok pada ngomongin. Katanya tawuran deket sekolah. Gara-garanya si jaya anak buahnya afan. macarin cewek yang ditaksir bagas," jelas Caca panjang lebar.
 
   "Siapa lagi bagas?" tanya nayla.
   "Mana gue tau. Yang gue tau, bagas itu yang mimpin tawuran sekolah Nusa Bangsa," ucap Caca.
   "Yaudah lah. Urusan amat ama kita," jawab devi cuek.
   "Nah bener tuh?" dukung nayla.

  "Kira-kira afan ikutan gak ya?" tanya caca lagi.
   "Ya pasti ikut lah. Jaya kan anak buahnya kata lo tadi," jawab Devi.
   "Nonton yuk" ajak nayla bersemangat.
   "Heh! Lo kata tawuran kek nontonin yang main bola apa?" ujar Devi sambil menjitak kepala nayla.
 
   "Wah boleh, pakein suporternya juga biar makin seru!" Ujar Nayla lagi.
  membuat devi geram sendiri. Ini anak, logikanya ke mana coba?
   "Gue pengen nontonin afan yang main tonjok-tonjokan gitu, pasti makin seksi deh dia.

  Mana otot-ototnya udah kebentuk gitu, ya salam itu badannya pelukable banget!" ujar nayla membayangkan tubuh afan  yang berotot.
 
   Devi bergidik ngeri dengan nayla. Otaknya sepertinya sudah konslet.
   "Lo aja sana! Gue takut nontonin orang berantem," kata devi.
   "Yah cemen amat sih. Seru tau kaya di pelem-pelem eksien gitu. Lo sih kebanyakan nonton oppa-oppa lo itu!" Caca ikut menyahut.
 
   "Emang kenapa, mending itu lah dibanding yang perang-perang kek gitu bikin tegang, Lo juga, kalo gue nonton ikutan baper kan. Ngayal- ngayal segala lagi." Devi menyentil dahi Caca.
   
   "Di mana-mana ya, cowok tuh ganteng bukan cantik apalagi imut. Oppa lo itu terlalu imut buat disebut cowok!" Lagi, caca membuat Devi marah pada dirinya sendiri.
  
"Lidah lo belom pernah keseleo?!" ancam devi. Caca hanya terkekeh membayangkan lidah keseleo. Apa bisa diurut?
    "Udah-udah, jangan ributin oppa-oppa? Bel udah bunyi nohtu Nayla menengahi lalu berjalan duluan meninggalkan kantin dikuti devi dan caca yang masih cekcok di belakanganya.

                                    ****

Pukul 17.00

  Devi baru keluar dari ruang guru. la habis membantu Bu Hendrika selaku guru Fisika kelas sebelas dan dua belas mengoreksi hasil kuis dadakannya. Devi sebenarnya enggan untuk membantunya, berhubung Bu Hendrika itu, wali kelasnya, mau tak mau ia membantunya.

   Udah jam segini lagi. Angkot masih ada gak ya? batin devi. la pun berjalan keluar dari gerbang sekolah. la lupa tadi caca sudah memberi tahunya, kalau sore ini ada tawuran dekat sekolahnya.
 
   Devi masih santai berjalan ke arah halte dekat sekolahnya. Devi berjalan sambil memainkan ponselnya. la mencoba menghubungi kakaknya untuk meminta jemput.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang