• RAGU

1.2K 182 12
                                    

Valen langsung menelepon ambulan untuk segera datang ke lokasi kejadiaan.

Begitu juga dengan hasby, la menelepon polisi untuk menyampaikan

ada kecelakaan atas dasar kesengajaan di lokasi tersebut.

     "Devi... rintih afan lemah. Matanya sayu-sayu melihat wajah

eby yang tengah mengeluarkan air matanya.

   "Saat kondisi kaya gini lo masih sempet-sempetnya nanyain devi!

Lo harus bertahan kalo lo mau liat devi lagi" teriak eby frustrasi di depan wajah afan yang kesakitan.

Afan terbatuk-batuk dan mengeluarkan gumpalan darah,

setelah itu afan menutup matanya rapat-rapat.

   "Fann! Jangan becanda! Melek, bangsat! Jangan bikin orang panik!"

cecar eby dengan emosinya. Valen dan hasby yang kaget dengan suara eby lantas berlari ke arah afan.

   "Jangan pada diem aja! Buru bawa afan ke rumah sakit!"

teriak eby pada valen dan hasby yang sama-sama menitikkan air matanya.

   "Ambulans belom dateng!" ujar valen.

   "Gak usah pake ambulans! Kelamaan! Buru ambil motor kita bonceng tiga sama afan," putus eby.

   "Lo gak usah gegabah! Badan afan udah
penuh luka kayak gitu!

Dengan kita yang bawa pake motor, bisa aja melukai bagian dalam tubuhnya!"

teriak valen frustrasi.
   "Ah sial! Kenapa ambulannya lama banget, sih?!

Cari mobil yang lewat deket-deket sini aja buat dimintain tolong!"

Valen celingukan mencari mobil yang kemungkinan lewat di sana.

Tapi syukurnya, ambulans datang dan langsung mengangkat tubuh afan ke atas tandu.

   "Fann, lo harus bertahan demi devi," ucap hasby lirih saat ikut masuk ke dalam ambulans.

                                   ****

Sepulangnya afan mengantar devi. Satu jam kemudian, Haikal sampai di rumahnya,

lalu langsung masuk ke dalam rumah dan berteriak memanggil adiknya.

Devi yang tengah memakai bajunya selesai mandi,

langsung terlonjak kaget dengan teriakan abangnya yang memanggilnya.

    "Dek! Sini ke ruang TV! Gue bawain makanan buat lo!"

teriak haikal dari bawah tangga.  la tahu kalau adiknya ada di kamarnya,

dan benar saja tak lama devi keluar dari kamarnya dengan handuk yang masih

melilit di kepalanya untuk menutupi rambutnya yang basah.

    "Aduh gak usah teriak juga, Mblo! Rumah kalo ada lo berisik!"

Devi menuruni anak tangga satu persatu. Matanya mendelik kesal ke arah abangnya.

   "Buru! Gue laper nih. Ambil piring sama minum sekalian!" titah haikal.

   "Baru pulang, gue langsung disuru-suruh! Dasar abang resek!

Orang mah tanya kek kabar gue!" gerutu devi sambil berjalan ke arah dapur dengan kaki yang menghentak keras.

Haikal yang melihat tingkah adiknya hanya terkekeh di sofa ruang TV.

   Setelah mereka selesai makan, mereka masih duduk di ruang TV dengan TV yang menyala.

Devi tengah menahan ngantuknya karena
perutnya yang sudah terisi penuh.

    "Bang," panggil devi. Membuyarkan lamunan haikal.

    "Kok tumben lo pulang?" tanya devi
membenarkan posisi duduknya.

    "Emang gue gak boleh pulang? Lagian gue kan masih punya adek yang buat diurus."

   "Gue udah gede kali. Bisa urus diri sendiri."

Hening, Haikal mencoba menguatkan hatinya untuk memulai pembicaraan serius dengan adik kesayangannya.

   "Dek," panggil Haikal dengan nada ragunya.

   "Paan?"

   "Mama Papa mana?" tanyanya basa-basi.

   "Au." Seolah tahu arti dari jawaban Devi ,alisnya mengerut.

   "Berapa hari mereka gak pulang?"

   "Gak tau, gue lupa udah lama banget pokoknya gak pulang pulang lagi Ngapa? Lo kangen sama Mama Papa?

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang