• BASECAMP

1.7K 240 15
                                    

    "Sayang," panggil devi untuk kesekian kalinya. Afan-nya sungguh ambekan sekali, melebihi dirinya yang perempuan.

Afan hanya fokus menyetir, tidak peduli dengan panggilan gadisnya.
 
  "Sayang! Ih ambekan banget sih? Yaudah gini aja dah. Kamu ikut main sama aku, biar gak ada kecurigaan di antara kita," usul devi.

    "Ogah. Masa gue main sama cewek," balas afan  tanpa menengok sedikitpun.

   "Yaudah ajak aja eby sama valen. Biar jadi triple date!" saran devi.
    "Udah kaya anak alay, kalo pacaran ramean ke bioskop."

Lagi, afan menjawabnya tanpa menengok ke arah gadisnya yang duduk di sebelah kemudi.

    "Yaelah! Siapa yang mau nonton sih? Orang mau nongkrong palingan."
 
   "Nongkrongnya cewek tuh nge-gibah."
     "Bodo amat! Jadinya mau ikut apa enggak sih? Komplen mulu kek ibu-ibu komplek!"

    "Gak."
     "Udah ngomong panjang lebar gak taunya gak mau ikut? Yaudah, gue sih oke-oke aja.

Bisa lirik-lirik yang ganteng nanti." Devi mengalihkan pandangannya keluar jendela.
      "Gue congkel mata lo mau?"

      "Gakann bisaa!"
      "Kok jadi lo yang ngambek, dasar tembem!"
       "Siapa yang ngambek?"

     "Benar sekali!" Devi lantas memegang kedua pipinya, lalu menatap afan dengan pandangan menyipitnya.

      "Cari mati?! Dari mana tembemnya coba?"
      "Pipi lo tembem! Kan lo gendut." Devi yang kesal lantas memukul lengan afan.

    "Belom pernah gue tendang ya?!"
     "Lo gak bakal berani."
     "Anjir! Gue cewek lo, apa musuh lo sih, Bambang?!"

    "Nama gue afann bukan Bambang!"
    "Gue cewek lo apa musuh lo?!" ulang devi.
    "Musuh!"
    "Kenapa sih tiap kali adu bacot tuh, gue terus yang harus ngalah?"

    "Gak ada yang nyuruh lo ya!"
     "Lo gak mau ngalah! Capek gue debat mulu sama lo!"

     "Otak lo aja yang bebel! Kehabisan ide buat ngejawab gue."
    "Ih, bener-bener! Suka heran aja gue, ngapa bisa sayang banget sama makhluk kayak lo."

   "Wajar lah, gue kan emang pantes buat disayang."
   "Apaan sih, Paul! Nyatanya gak gitu!" Devi masih sibuk beradu argumen dengan afan,

tanpa tahu kalau Afan mengendarai mobil nya tidak ke arah rumah caca melainkan ke arah basecamp ia dan teman-temannya.

     "Lo aja yang gak mau mengakui, Harusnya lo bersyukur disayangi sama cowok kayak gue yang nerima segala kekurangan lo, termasuk otak lo yang cetek itu!"

     "Seneng banget sih ngatain gue bodoh?!"
     "Siapa yang ngatain?!"
      "Secara gak langsung kan artinya otak cetek itu, bodoh kan?!"

     "Gue gak ngomong lo bodoh, tapi lo sendiri yang sadar."
     "bisa rata dada gue!"

     "Lo kata balon yang kalo kempes bisa ditiup?".
     "Tanganmu sangat ringan ?!"

    "Udah diem! Kesel gue ngomong sama lo! Lama-lama elus dada,
      "Tinggal gue tiup!" Devi lantas menjitak kepala afan kesal.

      "Mulut lo noh, kalo ngomong yang bener!"
      "Emang gue ngomong apaan?"
      "Udah diem aja lah!" balas devi garang.

       "Kesel amat Mbaknya." Tanpa devi sadari,agan menarik ujung bibirnya di satu sisi. Afan sangat senang dengan gadis bodohnya ini.

Mudah dipancing emosinya hingga ia tak sadar jika mobil yang dikendarai afan memasuki daerah basecamp.

   Devi hanya diam memejamkan matanya dengan tangan kirinya yang menopang kepalanya.

la tengah menetralkan rasa kesalnya dengan cowok di sebelahnya ini.

     "Angkat tuh hape gue," ujar afan tanpa menengok. Ponselnya ia simpan di dasbor tengah-tengah kursi afan dan devi.

Devi hanya melirik sekilas nama yang menelepon afan, namun langsung mengalihkan pandangannya lagi.
  
  "Siapa sih? Angkatin apa," ujar afan lagi. Melihat devi yang tetap diam, afan akhirnya mengambil sendiri ponselnya.

Nama eby tertera di layar ponselnya.
     "Paan?" jawab afan tanpa basa-basi. Ia lalu mendengarkan kata- kata orang yang meneleponnya sesaat,

setelah itu afan mematikan sambungan sepihak. la melirik gadisnya sebentar, lalu fokus mengemudi kembali.

                                 ****

Devi semakin kesal dengan afan. la baru menyadari jika saat ini dirinya tengah berada di halaman depan basecamp.

Pantas saja perjalanannya agak lama. Devi sudah ingin menangis rasanya saat tahu afan membawanya ke basecamp, bukan ke rumah caca.

Tiba-tiba pintu sebelahnya dibuka dari luar, menampakkan afan dengan wajah datarnya.

   "Turun, di dalem udah ada caca sama Nayla," ujar afan mengulurkan tangan di depan devi. Devi tetap bungkam.

Rasa kesalnya yang besar, membuatnya enggan untuk bersentuhan dengan cowok ini.

  "Ck Perlu digendong? Devi masih diam di tempatnya. Afan lantas langsung menggendong devi,

devi yang belum siap dengan pergerakan afan lantas terpekik tertahan, Tangannya ia kalungkan di leher afan, lalu ia remas di sana.

Melampiaskan rasa kesalnya, dengan remasan di leher belakang afan juga air mata yang mengalir begitu saja.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang