• NONTON

2K 260 3
                                    

   "Gimana kalo kita nonton aja? Biar kaya orang-orang yang gak punya tujuan kalo jalan," saran devi. Afan yang merasa setuju, hanya menggangguk sebagai jawaban.

   Mobil pun membawa mereka melaju dengan kecepatan sedang dikarenakan jalanan yang cukup padat. Maklum malam Minggu.
 
   "Dev, sekarang kan lo cewek gue. Ada banyak yang harus lo tau, devi menengokkan kepalanya melihat afan dengan tatapan bertanya.
 
   "Pertama, gue gak suka dilarang. Kedua, gue gak suka sama cewek yang suka ngebangkang omongan gue.

Ketiga, gue itu sensitif orangnya, kalo gue liat lo deket-deketan sama cowok lain, lo bakal tau sifat asli gue kalo lagi marah," ujar afan panjang lebar.
 
  "Poin yang ketiga kayaknya lebih tepat kalo lo itu cemburuan deh, eh apa posesif?" ujar devi memotong ucapan afan.
  
"Keempat, gue mau mulai sekarang lo kalo sekolah bareng sama gue, biar gue jemput. Kelima, mungkin lo bakal terbiasa nantinya, karena tiap malem gue mungkin bakal jarang teleponan sama lo," lanjut afan.
  
"Loh emang kenapa?" kening devi mengernyit bingung.
   "Ya karena, hampir setiap malam gue nongkrong sama anak-anak. Gak enak juga kalo nongkrong sambil main HP."
 
  "Yaudah, intinya lo udah bilang." Devi mengganggukkan kepalanya mengerti.
   "Gue suka cewek yang pengertian," balas afan sambil mengelus puncak kepala devi. Devi tersenyum malu-malu.

                                ****

   "Ih, nyebelin! Kenapa harus film horor, sih?" kesal devi. Padahal saat mereka memasuki area bioskop, mereka sempat sepakat ingin nonton film bergenre romantis.

  Tapi ini apa? Devi tinggal ke toilet, afan malah pesan tiket yang bukan tujuannya nonton.

   "Gue, gak suka film yang cinta-cintaan," jawab afan sambil mengikat tali sepatunya yang terlepas.
  
   "Tapikan lo udah janji mau nonton yang kita sepakati tadi." Devi masih melakukan protes karena sebal.

  Afan memiringkan posisi duduknya, agar berhadapan dengan cewek yang sekarang berstatus sebagal pacarnya.

   "Devi, Sayang. Kenapa gak ngomong dari awal kalo takut?" Afan memainkan ujung rambut devi.
    "Siapa yang takut? Gue cuma lagi pengen film itu," ujarnya.

   "Suruh siapa lo ke toilet tadi?" balas afan menyalahkan devi.
   "Namanya juga panggilan alam!" Devi memukul kesal paha afan.

   "Kok bisa seimut ini kalo lagi ngambek?" Afan terkekeh, tangannya lantas mencubit kedua pipi devi dengan gemas.
   "Engh, sakit tau!" Afan suka melihat wajah devi yang seperti ini.
 
   "Apaan sih, orang gue nyubitnya gak pake tenaga juga." Afan mengelus pipi devi lembut, yang memerah karenanya.

  Suara pemberitahuan ruang pertunjukkan telah dibuka, membuat beberapa pasangan malam ini mengantre untuk masuk.
 
    "Yuk, udah dibuka pintunya." Afan menggandeng tangan devi. Bangku yang dipilih afan, paling atas pojok kanan.

  Tempat yang selalu di incar kebanyakan oleh pasangan muda-mudi saat nonton bioskop begini.

    "Wah, Mas, pinter banget milihnya pojokan," ujar devi sambil berjalan menyamping, masuk ke dalam deretan bangkunya dengan afan di belakangnya.

  "lya nih Mbak, sengaja. Biar bisa manja-manjaan kita."
   "Ih, jijik banget sih, fan," balas devi terkekeh. Film akan mulai.

   Devi mengambil posisi ternyamannya. Flatshoes dilepas, kaki dilipat lalu naik ke bangku. Takut-takut kalau ada sesuatu dari bawah yang mencolek kakinya.

   Afan melepas jaketnya, lalu memakaikannya di tubuh Devi. Mengingat devi yang mengenakan kaus lengan pendek dengan rok selutut.

  Devi juga terkejut saat mendapati tangan afan yang mendorong kepalanya untuk bersandar di bahunya. Selama film diputar, tak ada yang buka suara baik devi maupun afan.

   "Udah pernah pacaran berapa kali?" Devi tiba-tiba bertanya pada afan hingga membuat alis afan mengerut bingung.

la tampak menghitung berapa banyak mantannya. Afan menyandarkan kepalanya di atas kepala devi. "Tiga," jawabnya bohong. Mantan afan ada dua puluh aslinya.

   "Masa sih tiga? Gak percaya gue."
   "Gue tanya balik. Mantan lo ada berapa?"
   "Empat."
   "Terakhir kapan? Sama siapa?"
   "Pas SMP kelas tiga sebelum UN, sama Dipta."

   "Masih SMP udah pacar-pacaran!"
   "Lo sendiri?"
   "Mantan gue ada lima belas, itu yang keitung lewat sebulan ya. Yang kurang dari sebulan gak gue anggap mantan."

   "Gila! Pacaran dari kapan?"
    "SD, tapi pas SD mah cewek yang nembak gue"
    "Itu malah lebih parah! Masa SD udah pacaran?"

   Afan terkekeh mendengar ucapan devi. Afan pun sudah tak bisa fokus dengan filmnya. Yang lebih menarik perhatiannya kini adalah berbincang dengan devi.

   Setelah menonton, afan mengajak devi untuk langsung pulang. Karena keluarnya mereka dari bioskop memang sudah pukul setengah sebelas malam.

  Devi tertidur di bangku samping kemudi. Afan sesekali melirik ke arahnya. Wajah devi saat tidur terlihat sangat damai. Tak lama, mereka sampai di depan gerbang tinggi bercat cokelat.

   Afan tidak ingin membangunkan devi. Alhasil afan menunggu devi bangun terlebih dulu. Memandang wajah devi saat tidur, tidak ada bosannya bagi afan.

Wajah yang damai, selalu mampu menghipnotisnya. Afan menelusuri pandangannya ke setiap jengkal wajah devi.

Jika terlihat sangat dekat seperti ini, afan baru sadar kalau devi memiliki

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasii

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang