• BERPIHAK

1.2K 182 8
                                    

terus berputar di otaknya bercampur dengan wajah pucat afan

yang terbaring di rumah sakit. la ingin menumpahkan semua rasa rindunya

pada cowok itu, tapi bagaimana? Devi sendiri tidak tahu ia harus apa.

Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah sabar. Tapi, devi sendiri bukan tipe cewek

penyabar. Namun, tiba-tiba saja Bahu devi di sentuh seseorang.

Devi yang tadinya tengah menunduk lantas menoleh.

     "Lo devi, kan?" tanya orang tersebut lalu duduk di sebelah devi tanpa diminta.

     "Langit?" tanya devi. Spontan devi langsung menggeser duduknya,memberi jarak di antara mereka.

Tubuhnya seolah ada peringatan untuk jangan dekat-dekat dengan Langit.

Sedangkan otaknya baru mengingat, bahwa afan sangat melarangnya untuk

mengobrol dengan cowok di sebelahnya ini. Devi mengelap air matanya, lalu berujar,

     "Sori, gue harus pergi." Devi bangun dari duduknya berniat untuk pulang.

Namun, tangan devi dicekal oleh Langit. Devi takut saat ini,  firasatnya bilang ia

harus pergi secepatnya tapi tubuhnya seolah membeku. Dalam hati ia selalu meneriaki nama afan.

   "Kenapa buru-buru?" tanya Langit dengan senyum penuh arti.

Devi menelan salivanya susah payah. Demi apa pun, tubuhnya saat ingin sangat sulit

diajak kompromi. la bahkan tidak bisa bergerak padahal peluang untuknya

kabur sangat memungkinkan. Di taman itu lumayan banyak orang yang lalu lalang,

jadi devi mencoba untuk menetralkan rasa khawatirnya yang terlalu berlebihan.

    "Gue mau balik," ujar devi yang sekarang sudah berhadapan dengan Langit.

    "Mau gue anter?" tanya Langit dengan suara lembutnya.

Devi sudah menggeleng, namun Langit tetap memaksanya.

    "Eh, gue bisa pulang sendiri. Lo gak usah capek-capek anterin gue segala," ujar Devi.

    "Gak apa-apa, lagian udah sore banget gak baik cewek kaya lo pulang sendiri."

Langit menarik tangan devi untuk ikut ke mobil bersamanya.

    "Gak usah! Gue bisa pulang sendiri. Kenapa maksa sih?!"

Devi sangat takut saat ini. Tangannya ditarik paksa Langit untuk ikut ke dalam mobilnya.

Ternyata langit memarkirkannya di depan apartemen,

tak jauh dari tempatnya tadi berdiri. Devi sudah ingin berteriak,

namun Langit langsung membekap mulut devi dengan sapu tangannya.

Tidak, sapu tangan itu tidak ada obat biusnya.

Karena Langit belum menyiapkan semuanya. la tidak sengaja bertemu devi di sini,

saat selesai mengobrak-abrik isi apartemen afan.

Ya, Langit ada di sini untuk merusak semua milik afan. Termasuk apartemennya.

Rasa iri dan bencinya untuk afan sudah lama ia pendam.

la merasa Tuhan tidak adil padanya. Di bumi ini hanya numpang hidup,

sedangkan afan? Di manapun afan, keberadaannya pasti diakui orang-orang

tidak seperti dirinya. Devi terus meronta saat Langit membekap mulutnya,

dan mendorongnya cepat ke arah mobilnya. la takut, sangat takut.

Hatinya masih terus memanggil nama afan. Berharap afan datang dan membawanya

pergi dari sini. Saat Langit membuka pintu mobilnya,

tubuh devi langsung terdorong begitu saja. Namun keberuntungan rupanya berpihak pada devi.

Tepat sedetik Langit mendorong devi, muncul Valen yang sudah berdiri di belakang Langit

    "Lo mau ngapain, berengsek!" seru valen, lalu menarik tangan devi untuk berdiri di belakangnya.

    "Ck! Gak di mana-mana lo mulu. Tapi kurang dua nih kayaknya!"

Langit melipat tangannya di depan dada. la menatap valen dengan

tatapan kebencian,
Valen telah menghancurkan rencananya.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang