• BALAPAN

1.3K 186 8
                                    

tuduh devi dengan wajah kesalnya. Afan tersenyum, lalu memeluk devi erat.

la sangat menyukai momen ketika gadisnya tengah cemburu, wajahnya sangat menggemaskan menurutnya.

"Gak malu apa meluk orang di depan rumahnya?

Nanti kalo tetangga lewat gimana?" tanya devi namun tetap membalas pelukan afan.

   "Gak peduli. Emang mereka kenal sama gue?"

   "Ya enggak sih! Tapi kan mereka kenal aku."

   "Widih yang terkenal di kompleknya," goda afan lalu melepas pelukannya.

Tangan afan masih bertengger di pinggang devi,

dan tangan devi bertengger dibahu afan. Mereka saling menatap penuh cinta.

   "Kamu beneran ntar malam gak mau ke sini?"

tanya devi memastikan. Afan menggeleng sambil tersenyum.

   "Janji deh besok kita ketemu lagi." tangannya mengelus pipi devi dengan sayang.

Devi menggangguk mengiyakan. Lagipula ini bukanlah hal baru, jika devi ditinggal nongkrong sama afan.

Selama ia mengenal afan, cowoknya ini bukan tipe orang yang ingkar janji jadi ia percaya kalau besok mereka akan bertemu lagi.

   "Dari pagi kamu harus udah sama aku!" putus devi.

  "Slap, Bos!" Afan mencubit gemas pipi devi yang mulai berisi.

Namun saat itu juga ponsel afan berdering dari dalam saku celananya.

Begitu melihat nama hasby di ponselnya ia langsung mengerti dan langsung mengantongi kembali ponselnya.

  "Masuk sana, mandi terus makan. Jangan ngayap ntar malam!

Kalo sampe gue tau, gue kelitikin lo sampe pingsan!" ancam afan.

   "Iya, lagian mau ke mana kali ntar malam kan ada Bang haikal sebelum kamu yang omelin,

aku diomelin duluan kali sama si haikal Jones itu." Afan mengusap puncak kepala devi dengan sayang.

   "Masuk sana, aku udah mau pergi nih."
   "Hati-hati, Sayang.

Kalo udah sampe rumah kabarin." Devi bergegas masuk ke dalam rumahnya.

                                   ****

Pukul sebelas malam, afan dan ketiga temannya sudah berada di lokasi yang disiapkan Langit untuk balapan saat ini.

Ya, duel yang Langit maksud adalah balapan.

   "Oh Iya Bos Jangan pake otot tapi pake otak nanti pas di jalan.

Lo paham kan sepupu lo itu licik," ujar hasby yang memberinya sarung tangan hitam miliknya.

   "Gue tau. Devi gak nanya ke kalian, kan?" tanya afan yang mendapat gelengan dari ketiganya.

Ponsel afan sengaja ia matikan saat pulang dari rumah devi tadi sore.

Padahal devi sempat menge-chat eby menanyakan di mana afan saat ini.

Tapi demi afan yang akan tanding malam ini ia harus menutupinya dulu, agar afan bisa fokus.

Pertandingan akan dimulai tiga menit lagi, dan afan sudah harus menaiki motornya di garis start.

   "Harusnya lo gak usah capek-capek terima tawaran gue.

Sepupu," ujar Langit memandang remeh afan yang tengah mengenakan helmnya.

   "Gue gak punya sepupu yang busuk kaya lo."

Langit tertawa renyah mendengar ucapan sakartis dari afan.

   "Kayaknya devi berharga banget buat lo, beda sama yang dulu." "

   "Lo gak tau apa-apa jadi diem aja, gak usah bacot!"  

   "Hahaha... anak bunda kayak lo bisa bad juga yah."

  "Bad gini, gue anti sama carmuk." Langit tersenyum miring mendengarnya.

   "Mulut lo kek cewek!"

   "Gue mulut cewek, lo nyali kek cewek! Kabur dari masalah,

dateng- dateng bawa masalah baru. Cih! Gak tau diri!"

sindir afan membuat Langit mengeratkan pegangannya di stang motornya.

"Kita liat aja nanti,"

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang