• LANGIT

1.3K 204 8
                                    

Selesai dengan bingkisan hadiah untuk gadisnya,

afan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru toko buku.

la mencari keberadaan devi. Wajahnya menjadi sangat datar dan tak terbaca sama sekali.

Itu semua karena ia melihat devi sedang bersama seseorang yang bernama Langit,

sepupunya yang juga merupakan musuhnya.

Mereka berdua terlihat berada di pojok rak komik.

Afan yang panas melihatnya lantas menarik tangan devi dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

   "Ngapain lo di sini?!" tanya afan tidak bersahabat.

   "Apa kabar, Bro? Lama gak ketemu," balas Langit dengan senyum ramahnya.

Devi yang berada di balik punggung afan dapat merasakan aura dingin di depannya.

Tangan afan yang memegang tangannya terasa sangat erat, devi jadi bingung karenanya.

   "Cih!" Afan membuang pandangannya seolah enggan bertatapan dengan Langit.

   "Fann?" panggil devi di belakangnya.
   "Udah selesai? Ayo balik!"

Afan langsung menarik tangan devi untuk ke kasir, tanpa menunggu jawaban darinya.

   "Kamu kenal sama Langit?" tanya Devi.
   "Justru gue yang harusnya tanya.

Lo kenal sama cowok tadi? Sejak kapan? Di mana?"

  "Baru, tadi dia yang bantuin aku ambil buku di rak paling atas. Itu temen kamu?"

  "Bukan, jangan deket-deket sama dia lagi."
   "Kenapa? Orangnya baik kok, ramah lagi."

Afan membalikkan tubuhnya menghadap devi.

   "Kalo gue bilang jangan ya jangan! Mesti banget pake alasannya?!"

balas afan dengan mata yang menajam, membuat devi hanya
mampu menggangguk sebagai jawaban.

   "Berapa menit lo ngobrol sama dia?"
   "Emm... Ada kali lima menit."

   "Selama itu?! Ngomongin apaan aja?"
   "Gak ngomong apa-apa kok."
   "Yang bener!"

   "Ck! Orang ngobrol biasa doang."
   "Sebagai contoh?"
   "Kontak."

Afan mengangkat satu alisnya, kemarahan dan kecemburuannya kini menjadi satu di tubuhnya.

Mereka membayar buku yang dibelinya, lalu langsung pergi dari sana.

Selama di perjalanan pulang, tidak ada satu pun perbincangan di antara keduanya.

Afan yang diam dan fokus dengan jalanan, sedangkan devi yang takut dengan sikap afan saat ini.

Masa afan marah sampe segitunya sih cuma karena Langit? Ada apa ya sama mereka?

Kalaupun temen, masa gue gak tau sih temen dari mananya.

Aelah bingung gue, dia diem banget jadinya. Harus apa nih gue, ya ampun!

Tak terasa mereka kini sampai di depan rumah devi. Devu turun dari motor, lalu membuka helmnya.

   "Gak mampir dulu?" tanyanya, berharap afan tetap singgah.
   "Enggak, gue langsung balik."

   "Kamu marah?"
   "Masuk sana udah malam!"
   "Dih kenapa? Marah gara-gara tadi? Yaudah aku minta maaf."

   "Gue lagi gak pengen bahas itu."
   "Sayang."
   "Masuk!"

   "Ck! Aku bisa-!" Afan merogoh hoodie putihnya, lalu ia mengeluarkan bingkisan yang terbungkus

rapi dengan kertas kado bergambar kartun, lalu memberikannya pada devi.

   "Ini apa?"
   "Hadiah lima menit lo!"
   "Ih apaan sih!"
   "Masuk, gue cabut!"

Devi menarik hoodie afan ayaknya anak yang merajuk pada ayahnya.

   "Sayang, maaf. Jangan marah kayak gini kek."

  "Gue lagi gak mood banget, jangan sampe gue lepas kendali di sini.

Devi langsung melepaskan tangannya dari hoodie afan.

   "Masuk!" titah afan. Devi hanya menundukkan kepala, lalu masuk ke dalam rumahnya.

Afan langsung pergi dari sana, ia berniat untuk ke basecamp di mana teman-temannya pasti ada di sana.

                                     ****

Senin adalah hari yang dinantikan devi. Biasanya devi paling benci dengan hari itu, tapi,

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal susudah baca vote makasi
  

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang