"Iya gak lama pintunya dibukain sama Bibi. Bunda sampe pusing banget ngadepin anak kayak dia. Masih kecil tapi otaknya udah licik gitu.
Tapi selesai main dia langsung minta maaf sama Bunda, sampe bundanya dibikinin makanan." Karin tertawa mengingatnya.
Waktu itu, afan membuat telur mata sapi untuknya, karena tidak tahu dan tidak pernah melihat caranya memasak jadinya afan membuatkan telur mata.
Tapi sayangnya, telur itu gosong, dan lagi sepertinya afan memasukkan gula pasir di telurnya karena rasanya justru manis bukan asin.
"Ya ampun, tuh anak emang dari kecil udah begitu ya Bun, pantes gedenya begini juga." Devi tertawa geli, mendengar cerita afan sewaktu masih kecil.
Karin mengangguk dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.
"Dia itu sebenarnya anak yang baik, penurut juga.Tapi berhubung dulu anak Bunda cuma afan, jadi dia suka ngerasa kesepian gitu. Makanya dia main terus."
"Emang selama ini afan gak tinggal di sini, Bun?" pertanyaan yang memenuhi benaknya akhirnya ia keluarkan juga.
"Semenjak kelas dua SMA ini, dia milih tinggal sendiri di apartemennya. Sebenarnya dia minta tinggal sendiri dari kelas satu SMA, tapi ayahnya gak ngizinin.Tau sendiri kan anak cowok lagi masa puber gini kalo dilepas jauh dari jangakauan orangtua takutnya malah berefek negatif.
Tapi afan bisa ngebuktiin ke ayahnya kalo dia gak seperti yang ayahnya takutin," jelas Karin.
"Oh pantesan tadi Raffa ketemu afan langsung bilang kangen.
****Setelah makan malam bersama keluarga afan, devi masih belum dizinkan pulang karena hujan di luar masih mengguyur dengan derasnya.
Devi berdiri di ujung balkon kamar tamu, tempatnya untuk beristirahat sejenak sampai hujannya berhenti. la masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang tadi siang.
Afan masuk ke dalam kamar devi, berjalan ke arah devi berdiri saat ini. Sesampainya di pintu balkon, ia bersandar dengan kedua tangannya ia masukkan ke saku celananya.
"Kenapa belom mandi juga? Kan tadi Nyokap gue udah minjemin bajunya," tanya afan yang membuat devi terkejut.
"Lo orang apa setan, sih?! Tiba-tiba nongol kayak gitu!" Devi memegang dadanya, ia mendelik kesal pada afan.
"Orang lah. Masih napak ini." Tangan yang dari tadi ia masukkan ke saku celana, kini ia lipat di depan dadanya. Ia berjalan maju sampai berdiri di samping devi.
"Ngapain di kamar cewek?" tanya devi bingung. Mana afan tidak mengetuk pintu lebih dulu tadi.
"Ini kan rumah gue. Suka-suka gue dong mau masuk ke mana aja. Devi yang mendengarnya jengkel sendiri, kemudian memandang jalanan yang terguyur air hujan dibawah sana.
"Kata Bunda, kalo ujannya gak berhenti sampe jam sepuluh lo nginep di sini. Biar Bunda yang telepon orangtua lo," jelas afan. Namun, devi tak menjawab, ia masih sibuk menikmati suasana hujan di depannya.
"Gak dingin emang?" tanyanya sambil menatap devi intens.
"Gue suka hawanya, bikin damai," jawab devi dengan pandangan yang lurus ke depan.
"Gue juga suka liatnya, cantik," ujar afan melamun, memandang wajah devi dari samping. Devi menengok ke arahnya dengan tatapan bingung. Afan yang tersadar langsung buka suara.
"Lo gak lupa kan, kalo masih ada sisa satu permintaan lagi? tanya afan. Tentu saja devi tidak lupa, la justru berharap afan lah yang lupa bukan dirinya.
"Gue mau minta sisanya sekarang," devi masih diam dan menunggu ucapan afan selanjutnya. Afan menatapnya intens, membuat devi panas dingin di tempatnya.
"Permintaan ketiga gue," Devi jadi dag dig dug sendiri mendengarnya. Jadi pacar gue," ujar afan.Tatapan matanya tak lepas dari mata devi. Devi jadi salah tingkah karenanya.
Apa devi tidak salah dengar? Oh my god! Apa yang harus ia lakukan? Ini memang yang ia nanti-nantikan, tapi kenapa lidahnya sangat kelu?"Ini perintah apa permintaan?" tanya devi memastikan. Devi hanya mau mendengar kalimat tulus afan yang memintanya untuk menjadi pacarnya.
Afan menghela napas kasar. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri gemas. Apa ucapannya kurang jelas? Apa devi berharap ia menembaknya dengan kata-kata romantis, ala-ala sinetron yang bundanya sering tonton?
Ck afan tengah memikirkan kalimat romantis apa, yang mampu membuat devi luluh dan langsung menerima cintanya.
Afan pun mengambil kedua tangan devi untuk digenggamnya. Setelah itu, ia menaruh kedua tangan itu di pundaknya. Tangan afan sendiri sudah bertengger manis di pinggang devi.
Devi hanya diam dan menanti apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
"Serly Artika Sridevi . Anak kelas sepuluh Mipa dua, SMA ANGKASA," ujar afan komplit dengan kelas dan sekolahnya.Ini pernyataan cinta apa pembacaan riwayat hidup? Oke, diam dulu. Tunggu sampai afan menyelesaikan kalimatnya.
"Pertama kali ketemu pas MOS, anaknya cerewet. Udah gitu sok kenal, pake pegang-pegang punggung gue segala."Devi ingin berkomentar, tapi afan sudah lebih dulu menaruh jari telunjuknya di bibir devi.
"Cewek pertama yang bikin gue tertarik. Dari cara ngomongnya, cara ngocehnya, bahkan sampe caranya natap gue aja beda,"afan terkekeh saat mengingat awal pertemuannya. Sedangkan devi, wajahnya sudah memerah seperti tomat.
"Tatapannya kayak ada cinta yang terselip. Gue pikir, cewek secantik lo gak mungkin jomblo. Tapi pas lo telat pertama kali, terus lo ngisi biodata yang gue kasih ternyata di situ lo tulis status kalo lo masih jomblo.Dan itu kesempatan emas buat seorang afan," afan menceritakan semuanya pada devi dari awal perjuangannya untuk dekat dengan devi.
Devi sendiri sudah melongo tak percaya dengan apa yang didengarnya. Jadi selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan?
Next? Vote and comen
Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cbJangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFAN COUPLE GOALS
Teen Fiction*PROLOG* Perkenalkan , Ahmad afan khadafy dan Serli Artika sridevi , sepasang kekasih yang sering dijuluki couple goalsnya di SMK ANGKASA. Gaya pacaran mereka yang unik sering membuat orang orang disekitarnya merasa iri. Terutama para siswi SMK...