• ULAH AFAN

2K 251 7
                                    

  "Temen lo Si afan mana?" tanya Devi langsung saat eby juga melihatnya.
    "Aduh sampe repot-repot jemput Abang ke sini ya, Neng? Emang gak bisa sabar aja tunggu di kantin? Kan nanti tetep ketemu," ujar valen dengan tingkat percaya diri yang tinggi.
  
  "Gue nanya mana temen lo si afan? Bukan nanyain lo botak!" Terdengar gelak tawa dari belakang eby, ternyata afan, dan hasby yang baru saja keluar kelas mendengar ejekan devi yang mengatai valen botak.
 
   "Nih, jas lab lo. Lama banget sih lo keluarnya, lumutan gue nunggu dari tadi." Afan mengambil jas lab yang disodorkan devi padanya.
   "Cie, yang nungguin gue," goda afan.
  
  "Apaan sih lo. Gak mempan sama gue. Btw, makasih." Devi berbalik, berjalan menjauh dari keempat cowok itu.

  Afan yang melihatnya langsung pergi gitu saja, langsung memberi eby jas labnya.

   Eby paham, kalau afan memberi jas labnya untuk disimpan lagi di lokernya. Ketiga teman afan sangat mengerti, kalau afan tengah memperjuangkan devi. Afan pun mengejar devi yang sudah lumayan jauh di depannya.
 
   Sesampainya ia di samping devi, afan langsung melingkarkan tangannya ke pundak devi sampai cewek itu terkejut dibuatnya.
  
   "Mau ke mana lo? Yang tadi itu gak gratis," ujarnya santai. Devi menghentakan tangan afan dari pundaknya.
  
  "Kan, emang feeling cewek tuh gak pernah salah ya. Pantes aja lo tiba-tiba baik sama gue, gak taunya ada maunya!"
 
  "Jakarta, kencing aja bayar. Parkir yang ada bacaan gratis aja tetep dipalak buat bayar. Udah gak ada yang gratis di sini, Mbak," jelas afan dengan nada santai.
    "Terus mau lo apa?"

   "Teraktir gue sepuasnya di kantin." Devi langsung membulatkan matanya sempurna.
   "Yuk, buru. Laper nih gue," lanjut afan.
   "Heh! Dengan enaknya lo bilang traktir sepuasnya? Gue gak setuju!"
  
   "Yaudah gue kasih keringanan, bayarin gue makan. Paling abis dua puluhan," ujarnya santai. Saking santainya, devi ingin menendang cowok itu agar menghilang dari sekolah ini.
  
   "Lo kata uang jajan gue sebanyak apa? Gue bayarin minumnya aja dah," tawar devi. Devi sedang irit-iritnya karena ingin membeli tiket konser boyband K-pop kesukaannya yang akan datang ke Indonesia dua bulan lagi. Siapa lagi kalau bukan BTS.
 
  "Gak, apaan tuh? Masa cuma minum doang?" alis afan mengerut kesal.
    "Masih sukur gue mau ya." Devi melipat kedua tangannya dibawah dadanya.
  
   "Udah deh Siomay aja sepuluh ribu." Afan masih terus membujuk devi agar mau menuruti permintaannya. Devi memutar bola matanya kesal.

   Afan ini sudah seperti cowok kere saja yang ngemis siomay sepuluh ribu. Padahal dari penampilannya,
Afan ini sudah pasti tajir. Uang sepuluh ribu sudah pasti ia punya.

   "Siomay goceng atau enggak sama sekali?" final Devi. Deci sudah malas sekali berdebat sama afan cuma karena siomay.
    "Gak kenyang, Sayang!" ujar afan gemas pada cewek di depannya ini.
Devi langsung salah tingkah saat dipanggil sayang oleh afan.

  "Yaudah kalo gak mau, bagus!" Devi langsung pergi meninggalkan afan di belakangnya.
  "Et! Yaudah iya. Tapi makannya nanti satu meja sama lo ya." Afan mengedipkan sebelah matanya menggoda.
   
                                   ****

    Devi merutuki kesialannya. Akibat ulah afan, ia jadi bingung akan pulang naik apa. Uang yang dibawanya hanya pas-pasan.

   Mengingat ia yang sedang hemat, ia jadi meminimalisirkan segala pengeluarannya. Seharusnya ia bisa pulang naik kendaraan umum dari sisa uang jajannya, tapi karena tadi sudah membayar siomay afan jadi uangnya tak tersisa satu pun.

    Kakaknya yang sudah dihubunginya tadi untuk menjemputnya ternyata tidak bisa karena ada mata kuliah lagi sampai malam nanti.

   Dan dengan sangat terpaksa, devi pulang dengan berjalan kaki. Mau bareng Caca dan Nayla pun sudah terlambat. Mereka sudah pulang lebih dulu.

   Devi pun berjalan sambil menendang bebatuan kecil yang dilaluinya. Namun, tak lama, suara geberan dari motor di sampingnya membuatnya menoleh.
 
  "Jadi miskin lo'cuma karena bayarin siomay gue doang?" tanya afan yang anteng duduk di atas motornya. Helmnya sudah ia keluarkan dari kepalanya.

  "Iya! Puas lo?" ujar devi kesal. Matanya melotot ke arah afan. Afan sendiri jadi gemas melihatnya. 
  "Berhubung gue berbaik hati. Buru naik, gue anterin lo balik," tawar afan.

  "Gak usah gue masih bisa balik sendiri." Devi membuang pandangannya. Tapi tak dipungkiri dalam hatinya ia ingin afan memaksanya untuk naik di atas motornya.

  "Yailah, jual mahal amat. Gue gak suka maksa ya, gue tanya sekali lagi mau bareng gak?" wajah devi sudah cemberut kesal.

   Kenapa afan tidak memaksanya? Biasanya juga ia paling suka memaksa Devi. Devi tampak menimbang-nimbang ajakan afan.

   Enaknya sih la tak perlu capek-capek jalan jauh sampai rumahnya. Tapi di sisi lain, ia harus menjaga gengsinya sebagai cewek.

   "Lama." Afan sudah hampir ingin menancap gas untuk meninggalkan devi sendirian namun, devi langsung memegang lengan kirinya.

   "Niat gak sih sebenarnya ngasih gue tumpangan?" Devi langsung naik ke atas motor besarnya afan dengan memegang pundak cowok itu, karena motornya yang terlalu tinggi.
   "Niat gak niat, tetep aja lo mau," sindir afan.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal vote setelah baca makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang