• KADO

1.8K 238 11
                                    

Tu...tut...
   Devi menghela napas kasar, lalu matanya terpejam lagi. Belum sampai la masuk ke alam mimpinya lagi, ia langsung bangun dari tidurnya saat dirinya baru ingat kalau yang telepon itu pasti afan.

   Kentara dari bahasanya yang sok itu. Bodoh! Kenapa devi baru sadar sekarang? Bikin malu depan calon pacar aja! Btw, kok dia tau nomor telepon gue ya?

   Namun, tak ingin memusingkan hal itu devi beranjak dari ranjangnya. Mengingat waktu yang diberikan afan untuk bersiap hanya tiga puluh menit.
 
   Butuh waktu dua puluh menit untuk devi menghabiskan waktunya di kamar mandi. Setelah selesai membersihkan dirinya,

devi memilih kaus hitam yang pas di tubuhnya dengan jeans selutut, lalu mengeringkan rambutnya di depan meja rias.
 
  Suara Bibi yang memanggilnya dari luar kamar, membuat devi keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu.
 
  "Lo ngapain sih ke sini mendadak?" Devi mendudukan bokongnya di sofa single di depan afan yang sudah duduk di ruang tamunya.
 
   "Jadi cewek udah lemot, pikun lagi"
Devi yang mendengarnya menatap sengit afan.
     "Tujuan lo ke sini mau bertamu apa mau ngajak ribut gue?!" kesal devi. Di rumahnya saja afan berani terang-terangan menghinanya, apa lagi di luar sana.

     "Devi, lo gak lupa kan kalo sekarang kita harus nyari kado buat Bunda gue?" tanya afan menahan kesalnya.
 
  "Kenapa gak langsung ngomong di telepon tadi, sih?! Biar gue langsung siap-siap," kesal devi. Kalau seperti ini kan, turun image devi di depan afan.
 
   "Udah sana ganti baju," usir afan.
Saking malasnya berdebat, devi bangun dari duduknya dan menatap afan dengan tampang kesalnya lalu pergi ke kamarnya dengan kaki yang dihentakkan dengan keras.

   Beberapa menit kemudian, devi muncul di ruang tamu. Afan yang menyadari kedatangan devi, langsung meneliti penampilan Devi dari atas sampai bawah.
 
"Yuk!" Devi berjalan melewati ruang tamu, tanpa memedulikan afan yang masih mengagumi penampilan devi.

                                   ****

   Afan menarik tangan devi, memasuki toko tas branded. Devi hanya mengikuti setiap kali afan menariknya.
  
   "Pilih, tuh!" perintah afan.
Devi yang salah mengerti ucapan afan, berbinar memandangnya.
 
  "Maksud gue pilihin buat Bunda gue, bukan buat lo," ujar afan yang seakan mengerti tatapan devi.
 
    "Kirain lo mau beliin gue." Devi mendelik kesal. la berjalan sambil matanya menjelajah ke seluruh ruangan.

  Afan menaikkan alisnya sebelah. Ia menghampiri devi yang sedang melihat-lihat tas.
  
   "Lo boleh milih salah satu buat lo, tapi syaratnya lo harus kencan sama gue," ujar afan dengan senyum genit di wajahnya.

Devi langsung menjauhkan tubuhnya, lalu menjitak kepala afan gemas.
  
   "Lo gak laku ya, Mas? Bisa-bisanya nyogok cewek pake tas?!"
   "Tampan, rupawan gini lo bilang gak laku? Mata lo ke mana? Justru banyak yang ngantre buat jadi pacar gue," ujar afan sambil melihat kaca yang tertempel di salah satu dinding toko.

   "Paling modelannya kayak Mimi Peri!"
   "Yang ngantre sama gue itu mirip-mirip sama artis cantik cantik,"

   ucap afan lalu berjalan ke arah devi yang tengah melihat detail salah satu tas berwarna navy di seberangnya.

   Sesampainya di belakang devi, ia langsung berbisik tepat di telinga devi "Dasha Taran aja kecantol, masa Serly Artika Sridevi enggak? Afan berbisik di telinga devi.
  
   Devi hanya menahan napas sepersekian detik, kemudian tersadar karena aroma maskulin yang sempat menghipnotisnya. Jantungnya sudah berdebar tak karuan.
 
   "Pede banget lo!" Devi langsung menjauh dari afan. Karena paru-parunya butuh oksigen. Afan baru ingin menanggapi ucapan devi, lalu salah satu pelayan toko tas itu datang menghampiri mereka.
  
   "Maaf Kak, adanya sisa navy sama maroon," ujar pelayan yang sedari tadi menemani devi melihat-lihat.
   "Yah, ada yang motif lain gak, Mbak?"

   Afan yang tak paham dengan fashion cewek, hanya diam mengikuti devi. Biarlah devi yang memilih ini dan itu, tugasnya hanya bayar saja di kasir.

   Namun, setelah ini ia memiliki rencana lain, ia akan mengajak devi untuk memberikan kado ini langsung kepada bundanya.

    Mobil yang dikendarai afan memasuki pekarangan rumah besar bercat mocca. Devi merasa gugup saat ini. Kali pertama dalam hidupnya, ia bertemu dengan orangtua teman cowoknya.

   Mana teman cowoknya ini yang sedang la taksir.
   "Turun," titah afan. Namun, devi masih bergeming di tempatnya.
   "Lo mau diem aja di situ?" Devi yang tersadar langsung mengerjap.

   "Fan, gue tunggu sini aja deh," ujar devi memandang afan dengan wajah memelas agar afan luluh.
   "Kenapa? Takut? Nyokap gue gak gigit orang."
 
   "Tapi Belum sempat devi mengutarakan pikirannya, afan turun dari mobilnya dan berjalan memutari mobil, membukakan pintu untuk devi.
  
   "Nervous amat, Mbak? Mau ketemu sama calon mertua, ya?" goda afan yang melihat devi dari tadi menarik dan membuang napas gusar.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang