• KAKANDA

2K 243 8
                                    

   "Terus?"
   "Sama kamu." Afan menyampirkan rambut devi, ke telinganya. belakang hal itu tak luput dari pandangan seisi kantin apa lagi kaum hawa,

bahkan ada yang ingin berteriak tapi tertahan karena iri dengan posisi devi. Ada juga yang merasa kesal karena beranggapan devi terlalu ganjen sehingga mampu menggoda afan yang notabenya sulit di dekati.

   "ada orang kali," ujar nayla mengintrupsi sepasang sejoli di depannya.
   "Serasa dunia milik berdua, yang lain ngontrak," timpal caca dengan bola mata yang memutar jengah.

   "Ekhm," ujar mereka.
   "Sirik aja jomblo," balas afan, caca dan nayla hanya saling pandang mendengar balasan afan. Enteng sekali afan mengatai mereka jomblo, ya walaupun benar adanya.

  "Suapin!" titah afan. Devi mengernyit sesaat, membuat afan geram lalu menjitak pelan kepalanya.  
   "Gue bilang suapin."

                                  ****

Bel selesai istirahat telah berbunyi nyaring. Semua murid mulai bergegas kembali ke kelasnya masing-masing.
   "Lo gak masuk?" tanya afan.

  "Masuk lah, tapi nanti," ujar devi santai sambil meminum jus jambu kesukaannya.
   "Mau jadi nakal ya sekarang?" Afan mencubit gemas pipi devi hingga sang empu meringis dan memukul pahanya kesal.

   "Ya enggak lah." Baru afan ingin bersuara, namun tertahan kala mendengar panggilan dari belakang punggungnya yang menyerukan nama devi.

Apa lagi yang memanggil devi itu cowok. Afan lantas menaikkan sebelah alisnya.
    "Dev, dipanggil tuh sama Bu Rosi," ujar Dandi yang diketahui afan memiliki benteng juga di sekolah ini. 
 
  "Hah? Kenapa?" Devi bertanya, lalu menoleh ke arah Caca dan nayla, tapi mereka juga diguncang kebingungan.

    "Gak tau gue, coba ke rungannya aja," balasnya dengan senyum manisnya. Afan yang melihat senyuman di wajahnya itu ingin langsung memberinya bogem rasanya.

Seperti sengaja menampilkan senyumnya itu, agar devi terpesona mungkin?
    "Thanks, cabut!" ujar afan seraya menunjuk arah pintu kantin dengan dagunya.

Dandi pun langsung pergi dari sana dengan perasaan yang jengkel terhadap afan.
   "Sana, ke ruang guru," titah afan.

  "Ih kenapa ya? Takut dah," ujar devi panik. la mencoba mengingat apa kesalahannya minggu kemarin, tapi yang didapatnya nihil.
 
"Ya kalo gak salah yaudah gak usah takut. Ayo gue temenin." Afan bangun dari duduknya, mengulurkan tangannya untuk membantu devi bangun.

Keluar masuk ruang guru, hal biasa bagi afan. Apalagi ruang BK? Gurunya bahkan sudah hafal sama wajahnya.
Afan menggenggam tangan devi, menariknya untuk keluar dari daerah kantin.

   "Bu Rosi kan guru biologi bukan guru BK. Kok takut?" Afan Tangannya masih menggenggam tangan devi.
 
"Ya ampun aku baru inget, minggu kemaren aku disuruh kumpulin jawaban kuis. Tapi karena yang lainnya pada gak ngerjain, jadinya kompak sekelas gak ada yang ngerjain,"

ujar devi sambil menggaruk keningnya yang dirasa tidak gatal. Afan mengerutkan keningnya heran. Pikirnya devi termasuk anak rajin yang pastinya taat peraturan, kalau ia sih sudah biasa seperti itu.

   "Yaudah sana masuk dulu." Afan membukakan pintu, sambil mendorong pundak devi pelan.

    "Gak ditemenin, nih?" tanya devi manja. Siapa tahu afan berbaik hati mengantarkannya sampai dalam juga. Lagipula, kalau baik itu jangan tanggung-tanggung.
 
"Manja banget. Gue males masuk ke sini. Gue tunggu di tangga aja." Afan mendorong pundak devi agak keras, sampai devi masuk ke dalam ruangan itu.

Setelah itu, afan menutup kembali pintunya, dan menunggu di tangga samping ruangan tersebut. Tak butuh waktu lama sepuluh menit kemudian, devi keluar dari ruang guru.

   "Yuk!" ajak devi tiba-tiba membuat afan sedikit terkejut.
   "Gitu aja kaget. Lemah banget, sih." Devi terkekeh.
   "Lo nongol tiba-tiba. Kalah tuyul sama lo."

   "Yee... mana ada tuyul secantik gue."
   "Gue?"
   "Abis, dari kemaren aku pake aku-kamu. Tapi kamunya pake gue-lo "Khusus buat lo pakenya aku-kamu. Kalo gue ya, gue-lo."
    "Mana ada yang kayak gitu."

    "Ada lah. Kalo cewek ngomong gue-lo ke cowoknya itu namanya kurang ajar."
    "Wah, ternyata level pacaran kita tinggi juga ya, hampir masuk ke level suami-istri yang pake kurang ajar segala bahasanya."

  "Latihan dulu dari sekarang. Biar nanti gak kaget."
   "Berarti kalo aku panggil Kang Mas atau Kakanda, mau?" Afan menatap geli devi.
  "Yaudah gue panggil lo, Permaisuri? Apa Adinda?" goda afan."

"Ih jijik, fan. Masih pacar udah ada panggilan gitu. Kalo putus manggilnya janda-Duda gitu?"
  "Pala lo! Udah jangan dilanjutin, nanti makin ngaco topiknya."

"Kamu gak ke kelas?" tanya devi saat menyadari afan menariknya untuk melanjutkan menaiki tangga.
   "Enggak," ujar afan santai.

   "Kenapa? Kalo aku sih emang gak ada guru." Agan tak menjawab, ia malah merogoh saku celananya mencari kunci untuk membuka pintu di hadapannya.
   "Fan, kita ngapain ke sini?"

   "Cari angin."
   "Ngapain angin dican?" Afan yang malas meladeni devi yang terkadang otaknya bermasalah itu, lantas mulai membuka pintu di depannya dengan kunci yang la punya.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang