Daftar Pustaka 12

6 4 0
                                    

Di hari selanjutnya aku berangkat sekolah bersama Dafina, dan Ariskana.

"Tama, apa kamu sudah mengerjakan PR?" tanya Dafina

"Sudah sayang" jawabku

"Tunggu, kamu ada PR?" tanya Ariskana kepadaku yang langsung berhenti menyetir mobilnya.

"Iya" ucapku menatapnya keheranan.
Karena setehu dia, aku hanya bermain game sepanjang malam tanpa menyentuh buku.

"Sulit di percaya, sejak kapan kamu mengerjakan PR?" Ariskana mengulurkan tangannya ke arahku dengan niatan untuk meminjam buku tulisku.

"Aku mengerjakannya tadi pagi, saat aku bangun tidur" Aku meletakkan buku mapel di tangannya. Dia langsung melihat pekerjaanku tanpa bergeming sedikitpun. Ya dia pasti gemetar setelah melihat 30 soal yang aku selesaikan dalam waktu singkat.

"Baiklah" Ariskana mengembalikan buku mapelku dan melanjutkan perjalanannya.

Aku menyenderkan kepalaku di pundaknya Dafina.

"Tama, kau mengantuk?" tanya Dafina kepadaku

"Iya nona cantikku" ucapku

"Bisakah aku meminta sesuatu kepada Tama?" tanya Dafina

Aku melihat ke arah Dafina lantas bertanya kepadanya "Apa yang Dafina minta dariku?"

"Tapi Tama harus berjanji mau mengabulkannya" kata Dafina

"Aku akan memenuhi permintaanmu nona cantikku. Aku janji" ucapku

"Tama, tidak boleh main game hingga di atas jam 12 malam" kata Dafina

Jujur aku agak terkejut dan tidak menyangka mendengar permintaannya. Setelah itu aku langsung menggeser tempat dudukku dan melihat ke luar jendela, Dafina pasti panik melihat sikapku sekarang.

"Tama, aku hanya mengurangi waktumu begadang. Aku tidak mau kau sampai jatuh sakit Tama" kata Dafina yang mulai khawatir dengan sikap ku yang mendiamkan dirinya.

"Tama~ ini demi kebaikanmu. Aku selalu khawatir jika kamu sampai sakit, apa lagi kamu memiliki riwayat penyakit asam lambung dan jantung lemah. Aku tidak menyesal dan tidak mau minta maaf dengan permintaanku kepadaku Tama" kata Dafina lagi

Aku masih belum menoleh ke arahnya. Bukan berarti aku marah padanya, aku hanya sedikit kesal itu saja. Dan apa yang di katakan oleh Dafina benar, Ibu juga sering menegurku jika aku bergadang.

"Tama~" Dafina memanggilku lagi

Aku melihat ke arah Dafina lalu aku berkata "Hmm baiklah. Karena aku sudah berjanji, aku akan memenuhi permintaanmu"

"Terimakasih banyak Tama" kata Dafina "Tama, aku takut melihat Tama marah" kata Dafina

"Dafina, selagi Dafina tidak kurang ajar aku tidak akan pernah bisa marah" ucapku

Kami pun tiba di parkiran sekolah, begitu kami bertiga keluar dari mobil. Kami mendapati bahwa Erhan juga baru tiba di sana, dia keluar dari mobilnya dan menyapa kami bertiga. "Pagi Aris, pagi Daftar Pustaka"

"Pagi juga Er" sapaku bersama Ariskana dan Dafina balik

Erhan melihat ke arah Dafina kemudian dia pergi lebih dulu. Memang benar kata para pujangga cinta, pagi-pagi melihat wajah orang yang di sukai di bawah sinar matahari itu rasanya sangat membahagiakan.

"Aku duluan ya" Ariskana pergi meninggalkan kami berdua

"Tama, ayo kita ke kelas sekarang" kata Dafina

"Sebentar sayang, kita akan ke kelas bersama teman-teman yang lain biar lebih kompak" ucapku

Pandangan mata kami berdua tertuju kepada sekelompok gadis yang sedang melihat ke arahku, mereka tersenyum dan melambaikan tangan ke arahku. Iya ke arahku, bukan Dafina. Beberapa dari mereka juga melakukan far kiss yang di tujukan untukku dan menunjukan simbol-simbol cinta melalui tangannya.

DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang