Daftar Pustaka 20

6 4 0
                                    

Pada hari berikutnya aku mengantar Dafina balik lagi ke rumahnya karena Ayah dan Ibunya sudah pulang. Setelah mengantarnya, aku berencana untuk langsung pulang karena aku mempunyai firasat buruk yaitu Om Victor akan melakukan introgasi terhadap Dafina dan juga diriku. Aku sebenarnya tidak masalah dengan hal itu soalnya aku tidak melakukan tindakan yang aneh-aneh hingga di luar batas selain ciuman. Yang menjadi masalahnya adalah aku merasa malas, karena itu mengurangi waktuku untuk bermain game.

Namun sayangnya, dugaanku benar. Harapanku agar bisa langsung pulang gagal karena di pergoki oleh Tante Emma, aku sudah mencoba pergi dengan alasan palsu tapi usahaku gagal setelah Om Victor datang kepadaku. Kalau akau kabur, aku yakin sekali dia akan berlari untuk menangkapku. Jadi mau tidak mau aku harus mampir dulu.

"Ayah, Ibu kalian tidak perlu khawatir. Kakek dan Nenek menjaga serta merawatku dengan baik kok, makanku juga teratur" Dafina mencoba meyakinkan kedua orang tuanya

"Iya Ayah percaya kok, tapi ada hal lain yang masih membuat Ayah khawatir" Om Victor sepertinya mulai menaruh rasa curiga padaku, sedangkan Dafina sendiri tidak tahu apa maksud Ayahnya. "Karisma junior tidak melakukan hal yang kotor kepadamu kan?" tanya Victor kepada putrinya

"Tama, selalu menjaga kebersihan. Dia mandi dua sampai tiga kali sehari, Tama juga suka membersihkan dan merapikan kamarnya. Tama tidak suka hal yang kotor atau jorok Ayah. Dia tidak pernah melempar barang atau benda kotor kepadaku, tidak pernah menyiramku dengan kuah soto atau yang lainnya, saat kami memasak bersama Tama juga tidak pernah mencolek wajahku dengan tepung atau adonan yang lain kok" jelas Dafina dengan begitu polosnya kepada Ayahnya.

"Bukan begitu maksud Ayah" Om Victor berusaha untuk tidak mengeluh di depan anak gadisnya yang sangat polos.

Hmm aku tahu, Om Victor pasti ingin menanyakan apakah aku pernah bersikap pervert atau dirty kepada Dafina atau tidak. Namun Om Victoria tidak bisa menanyakannya secara terus terang.

"Dafina, jelaskan semuanya kepada Ayah dan Ibumu hal apa saja yang pernah aku lakukan terhadapmu mulai dari hal yang paling baik sampai yang terburuk" ucapku kepada Dafina

Dafina melihat kepada Ayah dan Ibunya lalu dia mencoba mengingat kembali hal-hal yang pernah kami berdua lakukan bersama, selama dia menginap di rumah Kakek dan Nenekku "Aku membaca manga dan Tama bermain game, memasak bersama, latihan dojo bersama. Tama juga sering sekali memeluk dan menciumku. Tama tidak pernah melakukan hal yang buruk terhadapku Ayah, Ibu. Tama menyayangiku"

"Om Victor, Tante Emma. Percayalah aku sama sekali tidak pernah melakukan hal yang tidak senonoh kepada Dafina. Dafina masih bersih" jelasku meyakinkan mereka

"Terimakasih banyak Tama" Tante Emma

Setelah berbicara banyak hal aku pulang ke rumah. Akan tetapi sebelum aku pulang ke rumah, mataku tertuju kepada anak laki-laki seusiaku yang berdiri di balkon lantai dua dari rumah yang berada di depan rumah Dafina. Kami berdua saling bertatapan sebentar satu sama lain, dari situ aku merasa bahwa hal besar akan terjadi pada hubunganku dengan Dafina.

Setelah itu aku melanjutkan perjalananku untuk kembali ke rumah, namun langkahku terhenti ketika aku sampai di pertigaan. Aku berencana untuk mampir ke rumah Lukas, tapi sebelum itu aku memutuskan untuk menghubungi Lukas terlebih dahulu.

"Moshi-moshi, Ima wa ie ni iru no?" Aku tanya ke Lukas dia di rumah apa tidak

Nantekotta. Ie ni inai nodesu ga,-dōshita no desuka? - kata Lukas dia lagi gak di rumah,   mungkin saja dia lagi pdkt kali ya sama Fafa senpai anak kelas 12.

"Nani mo arimasen, sore nara daijōbu desu" Saat Lukas tanya ada apa, aku bilang gak ada apa-apa. Setelah itu aku mematikan panggilan telepon tersebut. Tadinya aku mau mampir ke rumahnya dan cerita tentang cowok yang tinggal di depan rumahnya Dafina. Lalu aku mencari nomornya Danilo menelponnya. "Danilo, kamu hari ini sibuk?" tanyaku

DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang