Daftar Pustaka 27

4 3 2
                                    

Di kelas 10 MIPA 9, suasana yang dulunya penuh semangat dan keceriaan sekarang telah berubah menjadi suram akibat kehilangan Chiko. Setiap sudut ruang kelas mencerminkan kesedihan yang mendalam, dengan bangku kosong yang seharusnya ditempati oleh Chiko terasa seperti sebuah kekosongan yang tak terisi. Teman-teman sekelas Chiko, termasuk Dafina, Lukas, Ana, Vadia, Sila, Mia, Rio, Ino, dan Lia, duduk bersama-sama di meja-meja mereka dengan wajah yang terpukul dan mata yang terasa berat. Mereka biasanya aktif dan bersemangat, tetapi sekarang mereka terlihat terdiam, berbagi perasaan kehilangan yang sama.

Papan tulis yang biasanya dipenuhi dengan rumus matematika dan diagram kimia sekarang kosong, mencerminkan fokus mereka yang terpecah oleh perasaan kehilangan. Di dinding, poster-poster motivasi dan gambar-gambar lucu yang biasanya menghiasi kelas sekarang terlihat kurang berarti, seolah-olah tidak lagi bisa menghibur mereka. Gurunya yang biasanya penuh semangat juga merasa terpukul oleh kejadian ini. Dia mencoba memberikan penghiburan kepada siswanya sambil mencoba menjalankan pembelajaran sehari-hari, tetapi suasana hati yang mendalam di kelas ini sangat terasa.

Dafina yang di penuhi tekad kuat ingin merubah semuanya berdiri di depan kelas dengan tegar. Dia ingin memberikan kata-kata motivasi kepada mereka dalam momen yang sulit ini.

"Dalam kegelapan yang kita rasakan sekarang, kita mungkin merasa terhanyut oleh kesedihan. Namun, kita harus ingat bahwa Chiko akan selalu ada di hati kita, dan kemungkinan keinginan terbaiknya adalah melihat kita semua tetap kuat dan bersama-sama. Kita semua pasti akan melewati masa-masa sulit dalam hidup, dan saat-saat seperti ini mengajarkan kita tentang ketahanan dan kekuatan dalam diri kita." ucap Dafina

"Apa yang di katakan Dafina itu benar. Kita harus menerima kepergian Chiko dan tetap tegar. Kita harus tetap kuat dan tidak boleh lemah karena jika kita sampai lengah di situasi seperti ini, kita bisa hancur. Situasi yang semacam ini lah yang di tunggu-tunggu oleh bajingan ASEKMA. Aku yakin jika mereka atau para pembully itu ingin memanfaatkan situasi ini untuk menjatuhkan kita" jelas Lukas

"Di sana, di tempatnya Chiko yang baru. Aku juga merasa yakin bahwa Chiko tidak akan suka melihat keluarga besar kelas 10 MIPA 9 di tindas dan memgalami diksriminasi. Maka dari itu, kita kelas 10 MIPA 9 harus bisa menjadi lebih benari dan lebih kuat!" ucap Dafina lebih tegas

Ana dan yang lain tersentak mendengar ucapan Dafina dan Lukas. Tampaknya mereka seperti sudah tersadar.

_________________
Di jam istirahat
_________________

Dafina pergi ke kantin bersama teman-temannya. Saat mereka berjalan bersama-bersama melawati koridor-koridor kelas dan beberapa anak tangga mereka di mendengar cemoohan oleh siswa-siswa yang lain.

Siswa A memberikan tepuk tangan sarkastik kepada Dafina dan teman-temannya. "Lihatlah, ini dia kelompok si pecundang! Kalian luar biasa!" katanya dengan nada yang sinis.

Siswa B tertawa keras, menambahkan, "Hahaha, mereka pikir mereka bisa mengubah apa pun setelah kehilangan teman? Oh, sungguh lucu!"

Siswa C pura-pura tidak mengerti. "Kelompok pecundang? Memangnya ada ya?" ujarnya dengan senyum menjengkelkan

Siswa D yang merasa perlu ikut campur berkomentar, "Itu loh, kelas 10 MIPA 9 selalu menjadi pusat perhatian. Tapi bukan karena alasan baik!" katanya sambil menunjukkan bahwa dia juga ikut tertawa.

Siswa B, yang sebelumnya tertawa keras, mencoba memberikan komentar lebih tajam, "Hei jangan marah kami hanya mengingatkan kalian bahwa kenyataannya adalah kalian semua pecundang tanpa Chiko."

Siswa C, yang pura-pura tidak mengerti, tetap berusaha memprovokasi, "Astaga aku masih belum paham mengenai kelompok pecundang. Kelompok pecundang? Apakah kalian sedang bermain peran atau apa? Aku tidak pernah mendengar istilah itu sebelumnya."

DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang