Ketika jam pulang sekolah tiba, aku langsung berjalan menuju parkiran. Aku mengambil tangga dan menaikinya menuju ke atap parkiran sekolah, semua orang keheranan melihat apa yang sedang aku lakukan. Tanpa bersusah payah aku pun menurunkan sepedaku dengan tali ke bawah lalu aku langsung melompat ke bawah.
Tiba-tiba saja Lukas datang dan mengangkat sepedaku yang kemudian di letakkan di atas mobilnya sembari berkata "Ayo kita pergi ke rumah Ariskana bersama"
"Duluan saja aku mau naik sepeda" aku mengambil kembali sepedaku lalu aku langsung menaiki dan mengayuhnya.
"Keras kepala sekali" ucap Lukas pelan yang suaranya masih terdengar ke telingaku
"Sama seperti Karisma junior" sahut Danilo
Di tengah perjalanan menuju ke rumahnya Ariskana, tiba-tiba sekelompok anak yang mengendarai sepeda motor mendekatiku dan menggodaku. Hal itu sungguh membuatku tidak nyaman. Sebelumnya aku sudah membaca data seluruh siswa di sekolahku jadi aku sudah paham mereka siapa saja.
"Hei, lihat dia! Dia mengendarai sepeda tua yang kusam." kata Evan kepada teman-temannya yang lain. "Kamu pasti tidak bisa mengendarainya dengan cepat!" lanjut Evan yang berkata kepadaku
Sepeda tua? Sepeda ini pengeluaran terbaru di tahun ini, dan Ibu membelinya untukku kemarin.
"Ya, benar! Kami di motor ini lebih cepat darimu, hihi." Halim
Bagiku itu adalah obrolan yang sungguh sangat membosankan. Aku mencoba mengabaikan mereka dan terus mengayuh sepedaku, tetapi mereka terus mendekatiku dengan cengiran mengejek. Aku berusaha untuk tidak memperdulikan mereka, tapi godaan untuk merespons mulai muncul.
"Ayo, tunjukkan seberapa lambatnya kamu mengayuh sepeda itu!" Gita
Tanpa sengaja, aku melambatkan kecepatan sepedaku dan melihat mereka tertawa-tawa. Namun, aku langsung menyadari bahwa mereka hanya mencari perhatian dan ingin merusak moodku.
"Ehm, aku hanya ingin pergi ke rumah teman. Tidak perlu bermain-main atau adu kecepatan." ucapku yang berusaha untuk tetap tenang
"Teman? Dengan sepeda tua seperti itu? Hahaha, kamu benar-benar lucu!" kata Arsil
"Ya, tapi maaf, aku lebih suka menikmati perjalanan sendiri dengan sepedaku." ucapku
"Bukannya kamu takut gak bisa ngikutin kami kalau kami pakai motor, ya?" Gita
"Dafina, bagaimana jika aku mengantarmu?" Evan berhenti di depanku, aku mengerem sepedaku mendadak. Aku hampir saja menabraknya tadi.
"Terimakasih untuk tawarannya, namun sebelumnya aku sudah mengatakan bahwa aku lebih suka menikmati perjalananku dengan sepeda" jawabku sedikit lebih tegas.
"Tit-tit-tit-tit" kami di kejutkan dengan suara klakson mobil, ternyata itu Faro Fareno tetanggaku. Ketika Evan, Halim, Gita, dan Arsil melihat Faro dengan mobilnya yang mendekat, mereka berempat langsung menjauh.
"Dafina, apa kau baik-baik saja?" tanya Faro
"Iya, seperti yang kau lihat saat ini. Aku baik-baik saja kok" jawabku santai
"Mau langsung pulang atau mampir dulu ke suatu tempat?" tanya Faro lagi yang mulai penasaran
"Aku mau mampir ke rumah temanku" aku
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMA
RandomLanjutan dari cerita saya sebelumnya yang berjudul: KARISMANYA AMERIKA DAFTAR PUSTAKA bukanlah kumpulan referensi atau sumber yang digunakan dalam penulisan suatu karya, seperti buku, jurnal, artikel, situs web, atau sumber lainnya yang relevan deng...