Daftar Pustaka 23

4 3 0
                                    

7 P.M
Aku bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Ariskana, Kakek, Nenek, Om Victor, Tante Emma, Lukas dan yang lain juga tahu alasanku balik ke Jepang. Namun, aku meminta mereka untuk berpura-pura tidak tahu apa-apa di depan Ibuku. Karena aku ingin melindungi perasaannya dan mengurangi beban pikiran yang mungkin dialaminya. Dalam hati, aku tahu bahwa alasan ini bukan hanya untuk melindungi Ibuku, tetapi juga untuk memberikan atmosfer yang tenang dan positif selama masa pemulihannya. Aku ingin Ibuku fokus pada proses penyembuhan tanpa khawatir tentang reaksi atau perubahan yang mungkin terjadi di sekitarnya.

Saat aku pergi ke bandara, aku di antar oleh Lukas, Ariskana, dan juga Danilo.

"Lukas, selama aku pergi kau adalah bodyguard untuk Dafina. Dan Ariskana, kau adalah mata-mata. Kau Danilo, kau adalah informan jadi laporkan apapun padaku yang kamu ketahui. Jika kau ketahuan berbohong maka Ariskana dan Lukas yang akan menjadi malaikat mautmu" jelasku

"Baiklah" Danilo

"Dafina tidak ikut mengantarmu ke bandara ya?" tanya Lukas

Aku menjawab "Aku sendiri yang memintanya supaya tidak datang kemari. Baiklah kalau begitu sampai bertemu lagi ya" ucapku yang kemudian berjalan menuju ke pesawat yang akan terbang mengantarku ke Jepang.

Sesampainya di dalam pesawat, aku mencari tempat dudukku. Saat itu aku memesan kelas vip supaya bisa menenangkan pikiran dan perasaanku yang kacau karena khawatir dengan kondisi Ibuku yang tidak baik-baik saja serta perasaanku yang berat untuk melepas Dafina dan juga teman-teman baruku di Indonesia. Aku yakin sekali bahwa saat ini bahwa semua anak SMA Karya Maju pasti membicarakan kepergianku. Dan beberapa dari mereka pasti mencoba untuk merebut Dafina, bahkan bisa saja mereka akan melakukan hal-hal yang buruk kepada Dafina. Maafkan aku Dafina, kali ini dan kedepannya aku tidak bisa melindungimu, jadi kau harus melindungi dirimu sendiri.

-----
Aku sampai di bandara internasional Jepang sekitar pukul 11.30 malam, setelah itu aku langsung menuju ke rumah dengan menaiki kereta. Jam operasional kereta di Jepang biasanya itu sampai jam 1 malam ada yang sampai jam 12 malam. Ketika sampai di stasiun aku tidak sengaja bertemu dengan temanku, Mayu Mitsuhiko.

"Pusaka Tama Karisma? Kau kembali?" tanya Mayu yang cukup terkejut melihatku

"Ohisashiburi nandesu ne Mayu." sapaku kepada Mayu yang masih tidak percaya melihat kepulanganku

"Apa terjadi sesuatu antara kau dan Dafina?" tanya Mayu

"Tidak, aku hanya tidak bisa jauh-jauh dari Ibuku. Sampai bertemu kembali di sekolah besok ya Mayu" aku melanjutkan langkahku menuju ke rumah.

Sesampai di depan rumah aku mencoba untuk menenangkan diriku, dan bersikap tegar dalam menghadapi Ibuku. Aku menekan tombol bel rumah dan menunggu Ibuku untuk membukakan pintunya.

"Ceklek" Ibuku membuka pintunya dan dia terkejut melihat kepulanganku. "Tama?! Kau..."

Aku langsung memeluknya dengan erat dan menahan diriku supaya aku tidak menangis.

"Hei, apa terjadi sesuatu antara kau dan Dafina?" tanya Ibuku

Aku melepaskan pelukan itu dan menatapnya lalu menjawab pertanyaan yang sudah di ajukan  "Tidak Ibu, hubungaku dan Dafina baik-baik saja kok"

"Lalu kenapa kau pulang?" tanya Ibuku keheranan

Aku mendorong Ibuku dengan pelan ke dalam rumah karena angin malam tidak baik untuknya, setelah itu menutup serta mengunci pintunya kembali. "Aku... " aku bingung bagaimana menjawabnya "Aku, aku kesal dengan Ariskana. Padahal kami seumuran tapi dia bersikap seperti orang dewasa dan menetapkan aturan yang sangat ketat untukku, selain itu Kakek Nakahara juga selalu memanggilku untuk latihan. Kakek Nakahara tidak pernah membiarkanku untuk beristirahat Ibu. Aku kesal sekali, bukan hanya itu saja. Nenek juga ikut-ikutan membatasiku dalam bermain game" ucapku yang pura-pura kesal dan kemudian duduk di sofa dengan melipat tanganku di depan dada. Maafkan aku ya Ariskana, Kakek, dan Nenek.

DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang