Daftar Pustaka 50

5 2 1
                                    

Hari itu di rumah sakit, tepatnya di kamar Ibuku di rawat, Ayah memarahi Ibu yang sudah bertindak seenaknya. Aku hanya diam duduk di kursi menyaksikan perdebatan mereka berdua.

"Ame Rika, kamu pamit pergi ke toilet dan aku menungumu di sini lalu kamu tidak kembali dan ternyata kamu kabur ke Inazuma High School dengan kesehatanmu yang buruk. Pergi ke sekolah dengan kondisi kesehatanmu yang buruk bisa berakibat fatal. Kita sudah sepakat untuk menjaga kondisimu yang rapuh, aku kecewa karena kamu mengingkarinya" kata Ayah dengan lemah lembut tapi juga sangat tegas dan sedikit sadis.

"Karisma, maafkan aku. Aku tidak bisa menahan diriku setelah membaca artikel itu. Aku bertindak tanpa berpikir lebih dulu, aku melakukan apa yang menurutku terbaik dalam situasi itu" Ibuku sedih dan merasa menyesal

"Ibu maaf, sudah membuat Ibu khawatir. Aku senang Ibu membantuku tapi aku juga sedih jika Ibu terus menerus terlibat dengan masalahku. Aku tidak ingin Ibu sering sering ikut mencampuri masalah yang aku ciptakan sendiri. Aku adalah anak dari Ame Rika dan Karisma jadi aku akan baik-baik saja" jelasku

"Kau dengar itu kan?" tanya Ayah kepada Ibuku

"Baiklah Tama-chan" jawab Ibuku

####################
DAFINA TARISTA POV
_______________________
_______________________
Hari ini semuanya berubah karena aku, Ariskana, dan Erhan ada di kelas yang sama yaitu 12MIPA1. Ini semua tidak lepas dari usaha Erhan yang gigih dalam meyakinkan dan membujuk Ayahnya. Karena kami berbeda dengan yang lain, kami bisa mengikuti pembelajaran di kelas 12 tanpa suatu masalah.

Walaupun aku lompat ke kelas 12, hubunganku dengan Lukas dan yang lain di kelas 10MIPA9 masih baik. Setiap jam istirahat kami selalu berkumpul bersama di kantin seperti biasanya.

"Hei Ariskana, aku dengar Pustaka pingsan setelah selesai perlombaan?" tanya Lukas kepada Ariskana dengan perasaan yang khawatir

"Iya dia kelelahan karena terlalu banyak bermain game sepanjang malam. Jangan khawatir dia baik-baik saja" jawab Ariskana sembari menyantap makan siangnya

"Aku merinding setelah mengetahui berapa skor dari si maniak game, maksudku Pustaka" timpal Erhan yang kemudian duduk bergabung dengan kami "Aku tidak percaya kalau dia hanya bermain game. Karena semakin lama aku merasa bahwa otaknya semakin tajam, aku yakin dia selalu mengasahnya. Dia pasti banyak belajar, benar begitu kan Dafina?" tanya Erhan yang melihat ke arahku

"Benar, Tama sangat membenci kekalahan" jawabku

"Mengapa dia tidak pernah berkata kepada kita misalnya aku juga belajar sangat keras atau yang lain? Mengapa yang dia katakan selalu aku ingin bermain game, aku bermain game sepanjang malam?" tanya Danilo keheranan

"Hahaha itu karena dia gengsi, kalian masih ingat kan cerita Pustaka saat SMP yang preman banget itu. Dia pernah berkata bahwa dia belajar di rumah dengan giat namun yang terjadi semua teman-temannya tertawa dan tidak percaya jika orang sepertinya belajar. Sejak saat itu setiap kali Pustaka di tanya bagaimana ia belajar dia hanya menjawab aku hanya bermain game" jawab Lukas

Mereka membicarakannya, itu membuatku jadi merindukan Pusaka Tama Karisma. Belakangan ini kami jarang bermain game bersama, saling berkirim pesan, dan berbicara lewat telefon. Di perlombaan kemarin, kami memang bertemu sebagai rival dan tidak banyak berbicara.
Aku ingin sekali mengetahui seperti apa hari-harinya yang luar biasa disana.

Hp ku di meja mendadak bergetar, semua melihat siapa yang baru saja menelpon.
Di sana tertulis "Pusaka Tama Karisma"

"Hei, kenapa kamu menamainya Pusaka Tama Karisma? Bukan sayangku atau my mine atau Bee atau my honey, my prince, my king dan yang lain?" Lukas merasa tidak puas

DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang