Daftar Pustaka 53

6 3 1
                                    

PUSTAKA POV
##############
_________________

Hidup kami berubah drastis. Kami tiba-tiba harus menjadi ahli dalam mengurus bayi, sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Dan, oh, betapa repotnya!
Pagi itu, aku terbangun dengan suara tangisan Kena-chan yang memecah keheningan.

"Ayah, apa yang Ayah cari?" tanyaku sambil menguap.

"Di mana popok Kena-chan? Aku sudah mencari di mana-mana," jawab Ayah dengan panik.

Aku mendekat ke tempat tidur Kena-chan dan melihat tumpukan popok yang sudah kami siapkan semalam. "Ayah, ini popoknya," kataku sambil menunjukkan tumpukan itu.

"Ah, terima kasih, Tama-chan. Ayah benar-benar kacau," Ayah menggaruk kepala sambil mengambil satu popok.

Kami mulai mengganti popok Kena-chan. Ayah mencoba membuka popok lama, tapi tampaknya lebih sulit dari yang dibayangkan. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya berhasil.

"Ini seperti mencoba membongkar boom," Ayah bergumam. "Siapkan makanan dan buatkan susu untuknya" lanjut Ayah yang memerintahku.

Aku berjalan ke dapur dengan langkah gontai, masih setengah tertidur. Membuat susu untuk Kena-chan seharusnya mudah, tapi pagi ini sepertinya segalanya ingin melawan kami. Ketika aku membuka kotak susu, bubuknya tumpah ke seluruh meja.

"Oh, hebat sekali kamu Tama," gumamku, sambil mencoba mengumpulkan bubuk dengan tanganku. Tentu saja, ini membuat kekacauan semakin besar. Ketika akhirnya aku berhasil memasukkan bubuk ke dalam botol dan menuangkan air panas, aku menyadari botolnya bocor. Air panas menyembur ke mana-mana, membuatku melompat mundur. "Aaaaakhhhh bagaimana bisa botol yang baru di pakai beberapa minggu ini sudah bocor?!" tanyaku semakin kesal.

Aku mengambil botol cadangan yang lain. Dan mulai membuat susu dari awal lagi. Saat kembali ke kamar, aku melihat Ayah yang telah selesai membersihkan tubuh Kena-chan dan kini ia menimang Kena-chan sambil berjalan-jalan pelan di sekitar kamar.

Aku menyerahkan botol susu "Ini, coba kasih dia susu dulu biar dia tenang. Tapi hati-hati, mungkin airnya masih panas."

Ayah menolak untuk menerima botol susu itu. "Tama-chan, kamu tidak boleh memberinya air panas. Coba buat lagi dengan air yang sedikit lebih hangat," katanya dengan tegas.

Aku menghela napas panjang dan kembali ke dapur. Kali ini, aku memastikan suhu air lebih hangat, tidak panas. Sambil menunggu air mendidih sedikit, aku membersihkan bubuk susu yang sebelumnya tumpah. Setelah itu, aku mengisi botol dengan hati-hati dan memastikan tutupnya terpasang dengan benar.

Aku kembali ke kamar, menyerahkan botol baru kepada Ayah. "Coba yang ini, aku pastikan suhunya pas."

Ayah, menguji sedikit susu di pergelangan tangannya dan mengangguk puas. "Ini sudah sempurna. Terima kasih, Tama-chan."

Saat Ayah mulai memberi makan Kena-chan, bayi itu menatapnya dengan mata besar dan cerah, seolah-olah dia tahu betapa banyak usaha yang telah kami lakukan untuk membuat botol susu itu. Segalanya tampak berjalan lancar sampai Kena-chan memuntahkan sedikit susu ke baju Ayah.

"Sepertinya dia tidak begitu lapar," kataku.

Ayah menghela napas dan meletakkan botol susu ke samping. "Atau mungkin dia lebih suka melihat kita berantakan."

Aku melihat jam menunjukkan hampir pukul tujuh. Aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

"Ayah, aku harus pergi sekarang. Jangan lupa ganti popok Kena-chan kalau dia mulai rewel lagi," kataku sambil meraih tas sekolahku.

Ayah mengangguk sambil memandangi Kena-chan yang sudah mulai tenang. "Jangan khawatir, Tama. Ayah akan mengurusnya. Hati-hati di jalan, ya."

Aku tersenyum dan bergegas keluar dari rumah. Karena sudah kesiangan aku memutuskan untuk berangkat sekolah dengan mengendarai mobil. Pagi ini memang agak kacau, tapi setidaknya Kena-chan akhirnya tenang dan Ayah sudah mulai terbiasa dengan rutinitas barunya.

DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang