Dafina POV
------------------
Ketika jam istirahat sudah tiba, teman-temanku yang lainnya pergi ke kantin. Mereka juga mengajakku tapi aku menolak karena aku sudah membawa bekal makanan sendiri dari rumah, jadi saat itu aku makan sendirian di kelas sambil belajar."Dafina"
Aku melihat siapa yang baru saja memanggilku, rupanya itu adalah Ana. Dia duduk di kursi depanku dan menghadapku, aku pun menawarkan makananku "Taberu?"
Ana menjawab "Tidak, terimakasih. Nikmati saja, aku sudah makan banyak tadi saat jam pelajaran" Ana diam sejenak. Kemudian dia berkata "Jika misalnya kau di ganggu atau di bully oleh anak-anak yang lain, kau bisa memberitahuku"
"Tidak, aku baik-baik saja kok" jawabku
"Iya saat ini kau mungkin baik-baik saja tapi kedepannya entah kenapa aku merasa bahwa setelah kepergian Pustaka sesuatu yang buruk akan terjadi seperti semula" ucap Ana
"Aku mengerti Ana. Tama, sudah seperti seorang pahlawan yang selalu bisa di andalkan di kelas 10 MIPA 9 sehingga kepergiannya yang mendadak itu membuat teman-teman kelas 10 MIPA 9 ini shock . Kau tidak usah khawatir ataupun takut, mengenai ketenangan kita belajar di sekolah ini karena sebelumnya Tama pernah membuat program patroli sekolah di sekolah untuk mencegah aksi bullying. Aturan-aturan baru juga sudah di tetapkan, kau lupa ya?" tanyaku yang melanjutkan aktivitas makan siangku
"Ah iya kau benar. Yang membuatku khawatir dan takut adalah, mereka semua menghianatinya" Ana menundukkan wajahnya
"Jika itu benar-benar terjadi, aku yang akan mengurusnya. Aku akan menggantikan posisi Tama sebelumnya" aku masih makan dengan santai
Ana, langsung terkejut mendengar perkataanku barusan "Eeehhh?" dia terlihat tidak yakin dengan ucapanku barusan. Siapa pun yang mendengarnya pasti tidak yakin dan tidak percaya.
Mia, yang tiba-tiba muncul dengan wajah yang penuh air mata, duduk di samping Ana. Aku melihatnya dengan kekhawatiran yang mendalam dan bertanya, "Mia, apa yang terjadi? Mengapa kamu menangis?"
Dengan suara yang gemetar, Mia menjawab, "Seseorang baru saja mengunci pintu toilet saat aku sedang di dalamnya. Aku merasa ketakutan dan tidak bisa keluar. Aku mengetuk pintu dengan keras, tapi mereka hanya tertawa dan pergi begitu saja. Aku tidak tahu siapa itu."
Mendengar cerita Mia, amarah dan kekesalan memenuhi hatiku. Aku berhenti makan dan menutup kotak makanku karena aku tidak nafsu. Aku merasa marah karena ada orang yang dengan sengaja melakukan hal seperti itu. Aku meraih tangan Mia dengan penuh empati, mencoba menenangkannya. "Tenang, Mia. Aku di sini untukmu. Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama."
Ana merasa sangat frustasi dan kecewa. Wajahnya tampak sedih, dan aku bisa merasakan kemarahan yang meluap-luap di dalam dirinya. Teman-teman yang lain juga bergabung dengan kami, menunjukkan raut wajah yang penuh kekesalan.
"Sial, mereka semua menghianati kita" kata Vadia
"Kalian mendapat perlakuan yang jahat juga?" tanyaku kepada mereka
"Iya" jawab Rio
"Seharusnya kita tidak perlu berharap bahwa kita bisa belajar dengan tenang" Ino
Aku mengeluarkan laptopku dan melihat rekaman cctv. Sebenarnya itu laptopnya Tama, dan lapotop itu di berikan kepadaku dengan berkata "Dafina, mulai sekarang kamu yang akan menggantikanku. Aku percaya kau bisa melakukannya. Aku harap program patroli sekolah selalu berjalan dan di lestarikan. Apa kau tahu? Pak Kepsek dan Erhan sangat mendukung program ini, mereka juga mengusulkan program patroli sekolah ini pada dinas pendidikan daerah setempat dan di setujui sehingga sekolah-sekolah lain juga menggerakkan program ini, dan pihak sekolah juga sangat di perbolehkan bekerja sama dengan polisi loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMA
SonstigesLanjutan dari cerita saya sebelumnya yang berjudul: KARISMANYA AMERIKA DAFTAR PUSTAKA bukanlah kumpulan referensi atau sumber yang digunakan dalam penulisan suatu karya, seperti buku, jurnal, artikel, situs web, atau sumber lainnya yang relevan deng...