episode (111).

190 40 0
                                    

Jooin dan (name) berjalan bersama sama dan menelisik setiap sudut lorong yang mereka lewati dengan saling mengengam tangan dengan erat.

CTAK!

Keduanya masuk kedalam sebuah ruangan dan menyalakan lampu ruangan kelas dan menyalakan lampu di kelas itu dan lampunya menyala.

"Disini lampunya juga menyala, ya. " seru jooin.

"Benar" seru (name).

"Ini sudah kelas yang ke-5" seru jooin.

"Anak anak juga ngak ada yang bisa dihubungi" seru (name) dengan pening.

"Masih ada kelas yang tersisa, ayo kita pergi" seru jooin dan tersenyum dan mengengam tangan (name) saat melihat wajah (name) yang lelah.

"Iya.... " seru (name) dengan lesu dan membalas mengengam tangan jooin dan keduanya berjalan meningalkan kelas itu.

"Apa tes keberanian nya berjalan lancar? " gumam (name) membuat jooin melirik kearah (name).

"Memang kakakku yang memberikan ide ini, tapi pasti ini ngak teeduga banget, deh. Tiba tiba tes keberanian. Padahal kakak hanya asal bicara, tapi aku sama sekali ngak menyangka anak anak akan membuat ide dengan semangat begini" seru (name) dengan terkekeh.

"Ibu ngak marah? " tanya jooin dan menatap (name) dengan lekat.

"Apa? " tanya (name) dengan bingung.

"Maksud ku soal kejadian dengan anak anak kelas 1-1." tanya jooin lagi.

"Ah.... Itu? Yah, mau gimana? Itukan sudah berlalu" seru (name) dengan tersenyum tulus. Namun jooin tidak terlihat senang akan hal itu.

"Padahal belum lama mereka menyebarkan gosip dan omong kosong tanpa bukti, tapi setelah terungkap kalau gosip itu bohong, mereka melewatinya sama tanpa minta maaf. Selain itu, karena kalian berdua ngak menyalah kan mereka.... Mereka membuat kehebohan dengan berkata 'dia seperti itu karena gosipnya benar' biar sudah begitu, ibu masih masih menutup mata dan membiarkan hal itu berlalu? " tanya jooin dengan wajah serius membuat (name) tertegun.

"Sebenarnya kenapa? " tanya jooin dan menatap (name) dengan serius.

"Jooin, apa kau.... Marah kepada kakak dan aku? " tanya (name) dan terus menatap kedua mata jooin.

Jooin tidak menjawab dan terus menatap (name) dan entah kenapa dengan melihat tatapan jooin itu hati (name) merasakan sakit.

'Sebenarnya sudah pasti aku dan kakak belum merasa baik baik saja. Bukan berarti aku dan kakak melupakan itu semua hanya karena beberapa minggu sudah terlewati. Akan tetapi, sekarang dari pada itu....' batin (name) dan dengan pelan meriah tangan jooin.

"Aku dan kakak bukanya menyalahkanmu, tapi.... Kami hanya ingin tau perasaan mu. Apa kua marah kepada kami? Atau marah kepada anak anak itu? Saat ini aku bertanya kepadamu karena penasaran" tanya (name) dengan lembut karena tau saat ini jooin tengah menahan amarahnya.

"Aku marah kepada mereka.Aku ingin melenyapkan mereka disuatu tempat. Lalu kalau kepada ibu. . . . Aku merasa takut setiap kali ibu seperti itu. Hanya sebatas menyelesaikan masalah choi yuri. Ibu taukan kalau itu bukan hal sulit bagi kami? Tapi, jangankan minta tolong, bagaimana bisa ibu merencanakannya begitu saja? Ibu ngak akan mengerti orang seperti aku" seru jooin membuat (name) terkejut.

'Kakak! Apakah usulan kakak ini merupakan hal yang benar? ' batin (name) dengan menahan sesak didadanya.

"Aku ngak bisa memaafkan. Aku menahan diri saat ingin menyebarkan gosip tentang choi yuri sampai dia pindah sekolah. Karena ibu pasti ngak suka" seru jooin membuat (name) kaget karena melihat wajah jooin yang terlihat sedih.

'Aku tau ekspresi jooin saat itu. Wajahnya yang sangat jarang menunjukan perasaan sebenarnya' batin (name) dan yang mulai memahami perasaan jooin saat ini.

KRIET! KRIET!

suara bunyi pintu terbuka membuat jooin dan (name) kaget dan menatap was was keluar dengan hati hati.

"Apa itu? Apa ada orang di lorong? " gumam (nane) dengan was was dan jooin yang mengisyaratkan untuk keduanya tetap diam.

KREK! KRE!

Suara itu semakin kuat sehingga membuat jooin dan (name) masuk ke sebuah loker yang berada didalam kelas itu. Jantung (name) berpacu dengan kencang saat suara yang keras itu semakin dekat dengan keduanya.

KRIET!

DUK! DUK! DUK!

KRIET!

disela sela loker itu jooin dan (name) bisa melihat bayangan seseorang yang berjalan dari kaca jendela kelas itu dengan sangat jelas. Sampai orang itu berjalan masuk kedalam kelas tempat (name) dan jooin bersembunyi didalam loker.

DUNG!

disana keduanya bisa melihat dengan selaw sesosok makhluk yang lumayan tinggi namun tidak memiliki wajah tengah memperhatikan sekeliling kelas dengan saksama.

(Name) yang melihat hal itu langsung syok dengan pupil mata yang bergetar melihat makhluk itu seperti meraba raba sesuatu.

'I i itu apa?! ' batin (name) dengan syok denga tubuh yang gementar hebat.

SET!

CTAK!

makhluk itu mematikan lampu di kelas itu dan menutup pintu kelas dan kembali berjalan menjauh membuat keduanya hanya bisa mematung didalam loker.

'Sampai sesuatu itu menghilang, aku dan jooin harus tetap bersembunyi. Bahkan kami tidak berani bernapas' batin (name) yang berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Ayo keluar" seru jooin yang sedaritadi memeluk (name) untuk menenangkan nya.

"Iya" seru (name) dengan lirih dan keduanya pun keluar dari loker itu.

"Lampunya mati. Sepertinya yang tadi itu mau mematikan lampu lampu yang tadi kita nyalakan" seru jooin.

"Iya" sahut (name) dengan lemas.

HUYUNG!

(Name) yang tidak kuat menahan dirinya sendiri terhuyung kesamping namun dengan cepat jooin menahan tubuh (name) agar tidak terjatuh.

"Sebenarnya yang tadi itu apa? Sebenarnya ini dimana? " gumam (name) dengan lemas dan juga wajah yang sudah pucat.

"Ibu, ibu ngak papa? " tanya jooin dengan panik.

"Ya?.... Aku ngak papa" seru (name) dengan masih melamun.

'Apa aku dan jooin masuk kedalam dunia novel seram? ' batin (name) dan berusaha berdiri dengan stabil.

"Apa kita sembunyi saja dulu dikelas ini baru kita keluar? " tanya jooin saat melihat kondisi (name) yang mengkhawatirkan.

"Iya" seru (name) dengan lirih.

Saat menenangkan diri (name) teringat percakapan dirinya dan jooin tadi dan (name) langsung melirik kearah jooin.

"Jooin, soal perkataan mu tadi. . . . " seru (name) dengan ragu dan jooin menanggapi nya dengan tersenyum manis.

"Nggak, bu.  Lupakan saja perkataan ku yang tadi. Karena situasi kita yang lagi kayak gini, sepertinya aku menjadi bingung dan meracau. Ah! Takutnya bagaimana kalau situasi itu datang lagi? Ayo cepat kita cari cara untuk kembali. . . . Ya? Bu? " seru jooin dengan tersenyum.

Namun berbeda dengan (name) yang melihat jooin dengan wajah sedih membuat jooin terdiam.

"Ibu.... Ada apa? " tanya jooin.

"Jooin aku..... Aku dan kakak ngak marah pada masalah choi yuri itu bukan karena.... Aku dan kakak anak yang baik seperti yang kau bilang tadi" seru (name) dengan menunduk karena tidak sangup menatap jooin lagi.

"Aku dan kakak sadar banyak orang orang baik disisi kami termasuk kau didalamnya, dan hal itu sudah membuat aku dan kakak bahagia. Karena itu kami hanya ngak ingin memikirkan masalah yang seperti itu. Jika alasanmu menjadi takut kepada aku dan kakak..... Karena menurutmu kami ngak bisa memahami seperti yang lainya" seru (name) dengan lirih.

"Bukanya menurut ku, tapi itu kenyataan. Ibu sudah dengarkan dari eun ji ho? Cerita tentang wanita itu? " seru jooin dan menarik lembut ragu (name) agar bisa memandang matanya.

INSO'S LAW X READERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang