{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ"Nenek bakal dateng kan, bun?"
Arisa mengangguk, entah berapa kali putranya itu menanyakan keberadaan sang nenek.
"Nenek masih diperjalanan," ucap Arisa.
Mahen menarik napasnya, pagi ini akan ada lomba lari estafet. Dimana dirinya akan berlomba dengan sang bunda. Meski seharusnya ayah yang berpartisipasi. Tapi Arisa sendiri tidak keberatan untuk mengikutinya. Tadinya Mahen ingin mengajak Jodi, tapi pria itu ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.
"Bunda beneran gapapa ikut lomba?"
"Gapapa, terus kalau ga sama bunda sama siapa? Nenek usianya udah ge memungkinkan, sayang," Arisa mengusap kepala Mahen pelan.
"Karena aku tua begitu?" ujar wanita yang ditunggu Mahen sedari tadi.
"Eh ma..." Arisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Irma terkekeh, "kamu benar, diajak berjalan jauh saja lututku sakit apa kabar ikut lomba seperti ini."
"Abang Mahen, semangat! Menang kalah itu hal biasa dalam perlombaan, yang terpenting adalah keseruan yang dirasakan saat melakukannya, oke?"
Mahen mengangguk, mendengarkan nasihat neneknya membuat ia semakin merindukan sang ayah.
"Makasih nek," ucap Mahen.
"Sini, Jian sama Chandra biar mama yang jaga."
Arisa menyerahkan Jian yang tertidur di gendongannya. Irma pergi ke area penonton, diikuti Chandra yang dituntun olehnya.
"Buna, abang... lomba!"
"Iya, semamgatin mereka ya," Chandra mengangguki ucapan neneknya.
Sementara itu, Arisa dan Mahen diberikan arahan oleh juri sebelum memulai permainan. Beberapa peserta melirik ke arah Mahen, lalu berbisik-bisik tentangnya. Anak 9 tahun itu tidak peduli, yang penting ia berpartisipasi dalam lomba kali ini untuk menambah nilainya juga.
"Baik, itu saja yang saya sampaikan. Semua peserta bisa masuk ke lapangan dan bersiap."
Pertandingan dimulai saat peluit ditiup, Mahen berlari ke arah bundanya yang siap menerima tongkat di tangannya. Setelah menerimanya, Arisa berlari untuk memasukkan tongkat itu ke tempat yang tersedia untuk mendapat poin.
"Ayo! Buna, abang, semㅡmangat!" pekik Chandra.
"Semangat Mahen!!" teriak Juna tak kalah keras, kebetulan ia berada di barisan paling depan diantara penonton lain.
Priiittt
Permainan selesai, poin yang didapat tim Mahen dan bundanya unggul daripada yang lain.
"Bunda! Kita menang!" Arisa langsung memeluk putranya itu.
"Tos!" Lalu melakukan high five.
➢➢➢➢➢
Brak
Mahen meringis saat tubuhnya di dorong dengan keras kearah pintu kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Teen Fiction-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato