{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡPagi ini kediaman Arisa disibukkan dengan Jian yang menyuruh setiap orang untuk bersiap, sedangkan dirinya sudah bersiap sejak pagi-pagi buta. Jian dengan kemeja biru langitnya dan celana hitam formal, jangan lupakan pin bergambar karakter 'Frozen' terpasang apik di bagian kiri dadanya. Rambutnya yang klimis karena gel rambut menambah ketampanan sekaligus kegemasan pada si bungsu.
"Bunda! Abang! Kakak! ayo cepet! Nanti Jian ketinggalan acaranya," ujar Jian sembari menghentakkan kakinya.
Arisa menggeleng kecil, "sabar sayang... ini juga baru jam enam pagi. Pasti temen kamu baru siap-siap."
Jian mengendikkan bahunya, "itu sih masalah mereka bukan adek. Oh ya, bunda udah siapin baju buat adek nge-den nanti?"
"Dance adek...," seperti biasa si sulung akan mengoreksi ucapan adiknya.
"Ngeden itu kalau kamu lagi di kamar mandi setiap beres makan," timpal Chandra.
Jian menatap abang dan kakaknya dengan garang, "au ah, Jian ngambek!" Anak itu bersedekap di dada dengan wajah kesal.
Mahen dan Chandra ber-tos ria, lalu tertawa. Jian yang melihat respon mereka dibuat semakin kesal. Bahkan menolak kehadiran mereka di acara kelulusannya hari ini. Jian tidak peduli, salah Mahen dan Chandra yang terus usil padanya.
"Adek gamau abang sama kakak dateng!" final Jian.
"Adek yakin gamau ada bang Mahen sama Kak Chan?" Sejak awal keberangkatan mereka, Arisa masih berusaha membujuk si bungsu. Jian menggeleng ia tetap bersikukuh dengan keputusannya.
Arisa tersenyum, ia tahu Jian tidak bersungguh-sungguh. Karena anak itu tidak akan lama kesala pada kedua kakaknya.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di sekolah, tempat Jian menempuh pendidikannya selama 6 tahun lamanya. Jian mengedarkan pandangannya hingga tatapannya terhenti melihat seorang pemuda yang sedang berinteraksi dengan anak seusianya.
"Maaf ya... abang ga berpakaian rapih kaya yang lain."
"Gapapa, abang dateng aja aku udah seneng banget."
Binar dari anak itu membuat Jian tersentuh, ia jadi mengingat kedua kakaknya. Apakah ia keterlaluan? Marah dan menolak kehadiran mereka karena dijahili, bukankah Jian sudah keterlaluan. Pikir Jian.
"Adek..."
Jian menoleh.
"Abang sama kakak kayanya beneran ga dateng, soalnya mereka mendadak ada kegiatan," ucap Arisa.
Jian mengangguk kecil, ini salahnya. Dia yang terlalu baper dan sok-sok-an menolak kehadiran Mahen dan Chandra. Kedua kakaknya itu pasti tersinggung.
"Gapapa bun," balas Jian dengan senyuman kecil.
Acara pun dimulai dengan paduan suara dari kelas 5 SD. Kemudian tarian dari perwakilan setiap kelas. Hingga akhirnya tiba giliran Jian untuk tampil. Jian sudah mengganti pakaiannya dengan gaya casual. Ia menarik napasnya sebelum naik ke atas panggung.
Dengan lincah Jian menggerakkan tubuhnya.
"Gerakin badan kamu yang lentur, nanti badan kamu bakal ikutin iramanya..."
"Semangat adek!"
"Adek keren, dance nya keren bukan maen!"
Brugh
Jian terdiam saat tiba-tiba dirinya tersungkur, karena ia mengingat kejadian tempo.hari saat dirinya berlatih untuk tampil hari ini. Setiap hari Mahen selalu mengajarinya dengan sabar hingga dirinya bisa lihai. Chandra selalu menyemangatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Novela Juvenil-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato