37. Sebutan untuk Anak Tengah

479 58 5
                                    

{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Senin pagi hari ini Chandra membantu Arisa di cafè, mengingat dirinya libur selama 1 minggu karena masa ujian untuk kelas 9. Chandra membantu membereskan bangku dan meja di cafè.

"Kalau capek istirahat aja kak!" ujar Arisa sedikit berteriak karena ia berada di dapur.

"Iya bun!" balas Chandra, pemuda itu duduk di belakang etalase sembari memperhatikan sekitar.

Beberapa hari ini, Chandra merasa kehilangan kepercayaan dirinya. Bahkan beberapa kali emosinya naik turun tanpa sebab. Jika sedang diam, pikirannya melayang kemana-mana. Bahkan seringkali Chandra tidak sengaja membentak Jian yang menjahilinya atau bersikap kasar pada abang dan bundanya. Ia benar-benar merasa bersalah akan hal itu. Namun, disisi lain ia juga kesulitan mengontrol dirinya dan emosinya yang naik turun tanpa sebab.

"Hei, ngelamun aja," tegur Aldiㅡ pegawai di bagian toko buku Arisa.

"Eh kak... ngga kok ini ngeliatin etalase aja," elak Chandra.

Aldi tertawa kecil, "apa yang seru dari etalase kosong?"

"Hmm..." Chandra nampak berpikir sejenak. Namun Aldi kembali berkata,  "tahu ga persamaan kamu sama etalase itu? Sama-sama kosong!"

Aldi tertawa, sedangkan Chandra mendengus kecil. "Mana ada kosong!"

"Ya terus? Kak Aldi perhatiin daritadi kayanya tatapan kamu tuh kosong banget. Ada apa sih?"

Chandra menghela napasnya, "Chandra ngerasa aneh sama diri sendiri kak."

"Anehnya?" tanya Aldi.

Chandra mengendikkan bahunya.

"Berapa usia kamu?" Aldi kembali bertanya.

"12 tahun," jawab Chandra.

Aldi mengangguk-anggukan kepalanya. Sekarang ia paham dengan apa yang dialami oleh anak dari bosnya ini. Karena ia juga pernah mengalaminya dulu.

"Itu hal wajar, kamu ga perlu berpikiran terlalu jauh. Kamu itu udah memasuki fase remaja awal, disitu rasanya semua ujian hidup tuh dikasih sama Tuhan. Dari emosi yang ga ke kontrol, hilangnya jati diri, dan hal-hal lain yang kadang makin dipikirin malah makin pusing. Kakak pernah ngalamin itu, insekyur, emosional, pesimis, dan kurang pede seakan jadi teman sehari-hari," jelas Aldi.

Chandra tidak tahu jika memasuki fase remaja awal saja sudah serumit ini. Lalu bagaimana jika nanti ia mulai beranjak dewasa? Chandra bahkan tidak sanggup membayangkannya.

Aldi merangkul Chandra, "kamu tenang aja, selagi kamu yakin sama diri kamu sendiri. Everything will gonna be okay, jadi jangan pesimis ya? Emosional itu manusiawi, karena Tuhan ngasih perasaan pada setiap manusia. Sesekali nangis, teriak, bahkan ketawa kaya orang gila gapapa kok."

Chandra tertawa mendengar penuturan dari pegawai sang bunda. Ia benar-benar berterimakasih pada Aldi karena sudah membuatnya sedikit tenang sekaligus lega.

➢➢➢➢➢

Menjadi anak tengah terkadang sedikit tidak beruntung dan itu yang Chandra rasakan saat ini. Bukannya Chandra tidak bersyukur, hanya saja rasa iri terkadang hinggap dihatinya tanpa izin.

Dari BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang