{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ"Mahen! Tiup balonnya jangan kegedean!" ujar Arisa yang sedang menyiapkan kue. Sedangkan yang diberi tahu mengacungkan jempol tangan kirinya karena tangan kanannya digunakan untuk menahan balon yang sedang ia tiup.
Sedangkan Chandra tertawa melihat pipi abangnya yang menggembung. "lucu...hihihi," ucapnya yang sudah sedikit fasih, mengingat dirinya sudah berusia 3 tahun.
Sedari pagi keluarga ini disibukkan dengan acara ulang tahun pertama untuk si bungsu yang kini berusia genap 1 tahun. Jian yang masih asyik di dunia mimpinya terbangun karena suara gaduh di ruang makan.
"Bu...Na..." gumamnya sembari mengucek matanya dengan tangan mungilnya.
Ceklek
"Eh adek udah bangun ternyata, sekarang kita mandi ya," Jian yang melihat sang bunda, langsung merentangkan tangannya meminta untuk digendong.
Arisa menggendong putra kecilnya itu, lalu masuk ke kamar mandi untuk memandikan Jian. Selesai mandi sekaligus bersiap, Jian langsung keluar kamar menghampiri kedua kakaknya.
"Ba-won..." Jian mengambil salah satu balon berwarna biru.
Ting
"Mahen tolong bukain pintunya, itu mungkin om Jodi," titah Arisa sedikit berteriak, karena ia berada di dapur.
Mahen menghentikan aktifitas meniup balonnya, kemudian pergi ke depan untuk membuka pintu.
"Halo! Ada yang kangen om?"
"Om Jodi!" Mahen langsung memeluk sahabat dari ayahnya itu.
"O-om!" Chandra juga bangkit dari duduknya dan berlari ke arah Jodi.
"Aduh! Udah pada gede aja ya kalian... oh ya, mana nih tuan rumah acara hari ini?"
Mahen menunjuk Jian yang asyik bermain dengan balon-balon yang ia tiup tadi. Jodi menghampiri Jian, kemudia menggendongnya. "Ini nih bocah yang ulang tahun? ck, sok-sokan ulang tahun ngomong aja belum fasih."
Seakan mengerti ucapan Jodi, Jian menatap Jodi dengan mengerutkan keningnya dan memberengut kesal. Ia memberontak di gendongan Jodi.
"Eh...eh maaf, maaf ya... Jian yang terhebat deh. Ngomongnya kaya rapper," ucap Jodi. Namun bukannya tenang Jian justru semakin berontak.
"Adek... ga boleh gitu ke om Jodi," Mahen memperingatkan adiknya itu dengan tegas namun tetap lembut. Jian langsung diam setelah diperingati oleh Mahen. Jodi menatap mahen lekat, ia benar-benar seperti melihat Bima di diri Mahen.
Tak berselang lama, Arisa datang dengan kue tart coklat ditangannya. Semuanya begitu antusias dengan kedatangan kue itu. Arisa memasangkan lilin berbentuk angka '1' diatas kue itu.
Selamat ulang tahun~
Selamat ulang tahun~
Selamat~ ulang tahun Jian~
Selamat ulang tahun!
Jian meniup api di lilin yang berada diatas kue tart itu. Tentunya dibantu oleh Mahen dan Chandra. Setelah meniup lilin, mereka mulai menikmati kue dengan Jodi sebagai juru potong kue.
"Hahaha, Adek sama Kak Chan cemong banget!" Mahen tertawa melihat wajah kedua adiknya. Padahal dirinya sendiri tidak jauh berbeda.
Arisa dan Jodi tertawa melihat interaksi ketiga anak itu.
➢➢➢➢➢
Seminggu setelah ulang tahun Jian, Arisa mengajak ketiga putranya untuk mengunjungi makam Bima. Satu tahun sudah berlalu, namun luka atas kehilangan suaminya masih menganga di hati Arisa. Tak berbeda jauh dari kondisi sang bunda, Mahen menatap lekat nisan yang bertuliskan nama ayahnya itu. Diantara kedua adiknya, Mahen sebagai putra sulung dan usianya yang sudah menginjak 9 tahun itu paham betul tentang perginya sang ayah. Bahkan setiap malam, Mahen akan menemani sang Bunda yang menangis diam-diam di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Novela Juvenil-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato