{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡMahen memperhatikan dengan seksama video CCTV yang ada di dalam flashdisk yang diberikan oleh wali kelas Jian tadi. Ia mengepalkan tangannya saat melihat video tersebut.
Ia kesal saat melihat sang adik dijahili dengan keterlaluan hingga menyebabkan kecelakaan. Mahen dapat melihat jelas kedua teman Jian yang sepertinya saling melempar tas Jian dan adiknya itu yang berusaha mengambil tas miliknya. Namun naasnya, karena posisi sang adikyang berada di ujung tangga. Berakhir dengan dirinya yang terjatuh.
Parahnya lagi tidak ada yang membantu sang adik saat itu. Mereka hanya memperhatikan sekilas, lalu pergi begitu saja.
"Jiandra! Si anak yatim kebanggaan kelas kita!"
"Hahahaha ... pasti bebas ya Ji kalau ga punya ayah..."
"Eh kalian ga boleh gitu, nanti anak bunda ini ngadu ke ayahnya di kuburan!"
Mahen menatap marah layar laptopnya, kata-kata buruk itu justru dianggap lelucon bagi mereka. Bahkan tawa menggema di dalam video kedua itu dengan Jian yang hanya menunduk.
"Kenapa ga kamu lawan sih, dek?" Mahen juga sedikit kesal melihat Jian yang hanya diam saja, seakan menerima semua hinaan atau lelucon yang dilontarkan padanya.
Mahen sudah membuat keputusan, ia akan mengusut kasus yang menimpa adiknya dan menindak lanjuti anak-anak yang berani merundung adiknya.
Tetapi sebelum itu, ia harus memastikan Jian berbicara jujur perihal masalah ini kepadanya.
➢➢➢➢
"Gimana kegiatannya hari ini?" tanya Arisa saat mereka sedang berkumpul untuk menonton TV bersama.
"Biasa aja, soalnya baru selesai ujian. Jadi belum ada kesibukan lagi kaya biasanya," jawab Chandra.
"Kalau abang... ketemu dosen muda baru, dia keren banget bun. Nyampein materi di kelasnya juga ga bikin ngantuk," ucap Mahen.
Arisa mengangguk, lalu melirik ke arah putra bungsunya. "Kalau adek?"
"Hah? Eh... biasa aja sih bun, 'kan baru pertama sekolah lagi. Oh ya, abang anterin adek bekel hihihi. Untung aja tepat waktu, adek ga kelaparan deh," balas Jian.
"Kebiasaan! Tapi kalau lupa bawa bekel, jajan kantin aja gapapa kok. Asal makanannya jangan yang terlalu berminyak atau yang pedas-pedas. Okey?"
"Okey dokey, bun," ujar Jian.
Mahen menatap sang adik dengan intens. Ia tahu, Jian pasti menyembunyikan sesuatu dari caranya menjawab pertanyaan Arisa. Jian sudah bergelagat aneh. Tapi rasanya akan terlalu tiba-tiba jika dia mendadak bertanya pada adiknya itu tentang dirinya di sekolah. Apa yang harus Mahen lakukan?
"Ya ampun, untung aja ya cuman film. Masa bisa-bisanya anak SD ngerundung temennya gitu aja. Ck, semoga kalian dijauhin dari orang kaya gitu ya," ucap Arisa sembari menonton film.
Jian melirik ke arah sang bunda sebentar, lalu memilih untuk kembali menonton sembari memilin jarinya.
"Heran abang, kenapa anak yang dirundung itu ga ngelawan aja? 'Kan bisa tuh dia lawan," kata Mahen, mencoba untuk memancing Jian untuk berbicara.
"Bener sih... padahal kayanya dengan dia siram balik orangnya 'kan impas," timpal Chandra.
Mahen tersenyum kecil sembari melirik ke arah Jian yang sepertinya melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Teen Fiction-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato