43. Tentang 'pertemanan' Adek

558 64 11
                                    

{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Jian menarik napasnya sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang sekolah. Ia mengedarkan pandangannya dan menghela napas lega saat orang yang ia hindari tidak ada.

Jian masuk ke dalam kelasnya dan duduk di bangku paling depan. Ia berdecak kesal saat melihat banyak coretan di mejanya. Sebelum yang lain datang, Jian bergegas membersihkan semua coretan itu. Beruntung ia sempat menghapusnya sebelum bel masuk berbunyi.

Tak

Jian memejamkan matanya saat seseorang melemparkan penghapus ke arahnya. Lebih baik dirinya fokus mendengarkan materi dari guru daripada meladeni orang sepertinya.

"Baik, ada yang mau menjawab soal ini?" tanya Bu Vinaㅡ guru yang mengajar saat itu.

"Jian katanya bisa jawab bu!" celetuk seorang siswa dengan rambut klimisnya.

"Ya...Jian silahkan," ujar Bu Vina.

Jian bangkit dari duduk dan berjalan ke depan dengan tongkat kruknya. Namun salah satu siswa yang berada dibarisan lain menendang tongkat tersebut dan membuat Jian terjatuh. Gema tawa terdengar seisi kelas, Jian mencoba untuk tidak menghiraukan hal tersebut dengan kembali bangun.

Bu Vina sendiri hanya bisa menghela napasnya melihat kelakukan anak didiknya. Entah berapa kali ia harus mengajukan ke pihak kepala sekolah terkait Jian. Karena pada akhirnya surat pengajuan hanya akan berakhir di tempat sampah dengan ancaman dari kepala sekolah.

Jian mengerjakan soal dengan seksama, beruntung ia sudah diajarkan lebih dulu oleh Mahen tentang materi hari ini.

"Kerja bagus, Jian," Bu Vina menepuk punggung Jian pelan. Lalu menyuruh Jian kembali duduk.

Setelah 3 jam pelajaran berlangsung, akhirnya bel istirahat berbunyi. Semua orang keluar dari kelas masing-masing dan pergi ke tempat tujuan masing-masin. Jian sendiri memakan bekalnya di kelas, mengingat kakinya sedikit nyeri karena terjatuh tadi.

"Yah... ketinggalan kayanya," gumam Jian dengan sendu.

Tok tok

"Bekal dari bunda datang."

Jian menoleh ke arah pintu dan tersenyum senang saat melihat Mahen datang dengan kotak makan siang miliknya.

"Abang ga telat 'kan?" tanya Mahen.

Jian menggeleng, "kebetulan bel istirahat belum lama bunyi. Makasih bang."

Mahen mengangguk, ia menelisik ke penjuru kelas. "Temen-temen kamu mana dek?"

"Lagi pada istirahat," jawab Jian sembari mengunyah nasi goreng buatan bundaㅡ kesukaannya.

"Kamu ga keluar? Kantin, lapangan, perpus atau kemana gitu?"

"Ngga ah... mager, adek juga jalannya lama nanti keburu bel masuk bunyi lagi," ucap Jian seadanya.

"Beneran?"

Jian mengangguk mantap, "abang ga kulaih eh kuliah?"

Dari BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang