{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡJian langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, ketika dirinya ditemukan tidak sadarkan diri. Bahkan Arisa langsung menggendong tubuh ringkih itu tanpa peduli tatapan orang padanya.
Tangannya bertaut sembari menggumamkan doa terbaik untuk putra bungsunya yang sedang ditangani.
"Bunda!" Arisa menoleh saat seseorang memanggilnya.
Itu Mahen, dia datang dengan Chandra berlari di belakangnya. Mahen langsung memeluk sang bunda yang benar-benar terlihat rapuh. Sedangkan Chandra melihat Jian yang sedang diperiksa dibalik pintu kaca ruang UGD.
"Dek... kakak tahu kamu kuat," batin Chandra dengan yakin.
Setelah Arisa lebih tenang, Mahen langsung menyeka air matanya. "Udah lega bun?"
Arisa menggeleng kecil dan Mahen paham. Siapa yang bisa lega saat melihat orang tersayangnya terluka? Bahkan Mahen sendiri berusaha menyembunyikan kekhawatirannya agar tidak membuat semua semakin runyam.
"Bunda mau cerita, apa yang terjadi sama adek?"
Arisa menceritakan perihal kedatangannya ke sekolah, pertemuannya dengan guru konseling dan orang tua dari Kenzo; pelaku perundungan Jian. Hingga saat Jian pergi keluar untuk ke toilet, dan berakhir seperti ini.
Mahen menghela napasnya, ia tidak menyangka jika Kenzo yang bahkan usianya baru genap 11 tahun mampu melakukan hal sekeji itu. Awalnya ia akan memaklumi, ketika mendengar tentang Kenzo yang diperlakukan kasar di rumahnya. Dan memberi pengertian padanya. Tapi, sepertinya semua itu sudah tidak berguna. Anak itu sudah berbuat sejauh ini, bahkan sudah membahayakan nyawa adik bungsunya.
"Abang bakal menindak lanjuti kasus ini ke ranah hukum, bun," ucap Mahen dengan tegas.
"Tapi... anak itu masih terlalu kecil. Masa depannya-
"Persetan sama masa depan dia bun! Kalau kenyataannya dia ga pernah memikirkan masa depan atau perasaan orang lain. Kalau dibiarkan terus, bukan cuman Jian yang bakal jadi korban. Tapi anak-anak lainnya yang mungkin ga akan seberani Jian untuk ngelawan dia," jelas Mahen.
Ucapan si sulung ada benarnya, namun Arisa merasa sedikit tidak tega jika melihat seorang anak terlibat dengan hukum.
"Tolong kesampingkan dulu rasa tidak tega bunda buat dia... kalau dia bisa berbuat kejam ke Jian, buat apa kita ngasih perasaan iba kita ke dia?"
Arisa mengangguk. "Bunda serahin ke kamu semuanya."
Atensi mereka teralihkan saat pintu ruang UGD terbuka.
"Dengan keluarga pasien?" tanya pria dengan jas putih tersebut.
"Saya ibunya, bagaimana keadaan putra saya dok?"
"Setelah diperiksa, pasien tidak menghirup dan menelan air tidak terlalu banyak. Namun hidungnya mengalami iritasi karena air yang terhirup paksa dan kemungkinan untuk beberapa hari tenggorokannya akan terasa sakit karena air yang tertelan. Untuk kondisi tubuhnya, semua stabil dan tidak peningkatan suhu tubuh. Namun..."
Ucapan dokter tersebut menggantung. Membuat semua yang berada disana dibuat penasaran.
"Saya sarankan untuk membawa pasien ke psikologi untuk menangani trauma yang mungkin saja bisa terjadi. Dan untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan nantinya. Untuk sementara waktu pasien perlu dirawat paling lama satu minggu dan diberi makanan yang lembut. Serta berikan dukungan yang membuat pasien nyaman dan perlahan dapat melupakan traumanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Teen Fiction-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato