38. Adek Kecelakaan?!

737 71 5
                                    

{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Mahen mengendarai motornya menuju sekolah Jian. Hari ini dia berinisiatif menjemput sang adik sekaligus istirahat sejenak dari kegiatan belajarnya. Sesampainya di sekolah, ia memakirkan motornya di dekat pos satpam.

"Jemput adeknya ya mas?" tanya satpam dengan name-tag bernama 'Surya'.

"Oh iya pak, kelas 5-nya belum keluar ya?"

Pak Surya mengangguk, "biasanya 10 menitan lagi mas, duduk dulu aja mas silahkan."

"Makasih pak," ujar Mahen sembari mendudukkan dirinya di kursi dekat pos satpam.

"Pak Surya! Tolong pak!"

Dua orang siswi datang berlari menuju pos satpam sembari memanggil pak Surya. Saat di kantor pos kedua siswi itu menetralkan napasnya terlebih dahulu sebelum berbicara. "Itu pak, tolongin ada yang jatuh dari tangga!" pekiknya dengan panik.

"Waduh, siapa yang jatuh neng?" tanya pak Surya tak kalah panik.

"Saya gatau namanya pak, dia dari kelas 5-E," jawab salah satu siswi bernama Syifa.

"Oh! Itu kak Jian! Iya kak Jian kelas 5-E," ujar Nisaㅡ teman Syifa.

Mahen menajamkan pendengarannya, apakah Jian yang mereka maksud adalag Jian adiknya? Atau orang lain?

"Bapak udah panggil ambulans, 15 menitan lagi nyampe. Kita susul dulu Jiannya."

Ucapan pak Surya membuyarkan lamunan Mahen, pemuda itu mengikuti langkah pak Surya dan kedua siswi yang tadi. Kerumunan orang memenuhi koridor tangga tempat seseorang itu terjatuh.

"Permisi, permisi... kasih jalan," ujar Syifa.

"Adek!" Mahen membelalakkan matanya saat melihat Jian yang sudah terduduk sembari memegang kakinya dan sesekali meringis. Ia menerobos kerumunan dan mendekati sang adik.

"Kenapa bisa?" tanya Mahen dengan panik.

"Kepeleset bang... shhh sakit," jawab Jian.

Mahen semakin panik saat darah keluar dari pelipis adiknya, tanpa pikit panjang ia langsung menggendong sang adik di punggungnya dibantu oleh beberapa siswa dan pak Surya.

"Ambulans-nya udah dateng mas," kata pak Surya.

"Makasih pak." Mahen melangkahkan kakinya menuju area parkiran. Sesampainya disana ia membantu merebahkan tubuh adiknya dibantu oleh petugas medis yang bertugas.

"Bang..." Jian mengeretkan genggamannya pada Mahen. Anak itu menggelengkan kepalanya meminta Mahen untuk tetap bersamanya di ambulans.

"Tapi dek, abang bawa motor. Nanti motor abang siapa yang bawa?" Sebenarnya Mahen juga tidak tega meninggalkan sang adik sendirian di ambulans dengan bau yang dibenci adiknya ituㅡ obat-obatan.

"Gini aja deh mas, biar bapak aja yang bawa motor masnya. Terus masnya bareng sama dek Jian aja," saran pak Surya.

"Ga ngerepotin pak?"

Dari BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang