59. Perihal tanggung jawab

455 70 9
                                    

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Setelah mengobrol di taman tadi, akhirnya Chandra dan Jian memutuskan untuk bolos sehari. Mereka pergi ke kafè untuk menemui sang bundaㅡ Arisa. Mungkin mereka akan mendapat wejangan dari Arisa, tapi sebelum itu terjadi Chandra sudah menyiapkan seribu satu alasan untuk meyakinkan Arisa.

"Loh Chandra, Jian? Kalian ga sekolah?" tanya Aldi sembari mengecek jam tangan di pergelangan tangannya. "Ini masih jam sekolah," lanjutnya.

"Bolos kali-kali kak ... bosen masuk terus ga ada absen," ujar Chandra sembari menaik turunkan alisnya.

Aldi menggeleng kecil, "dasar bokem jaman now. Sekolah yang bener bocah!"

Chandra dan Jian terkekeh. "Oh ya bunda ada?"

Aldi mengangguk, "ada di ruangannya kayanya, tadi sih waktu kakak nganterin kopi masih ada
coba kalian cek aja, kakak mau lanjut cek buku yang baru datang," ucap Aldi yang diangguki kedua anak itu.

Chandra dan Jian pergi ke ruangan Arisa yang berada di dekat dapur, sebelum masuk mereka mengetuk pintu terlebih dahulu. Biasanya akan ada sahutan dari sang bunda, tapi kali ini tidak ada suara apapun. Chandra dan Jian bersitatap, Chandra membuka pintu dengan pelan. "Bunda," panggil Chandra.

"Bunda!" pekik mereka berdua saat melihat Arisa tergeletak tidak berdaya di lantai ruangannya.

Pekikan itu terdengar hingga keluar ruangan, Mila yang sedang berada di dapur langsung menghampiri ruangan Arisa.

"K-kak tolongin bunda...," ujar Jian saat melihat Mila datang. Mila mengangguk ia langsung menelpon ambulance dan Aldi yang baru saja datang langsung menggendong Arisa ke sofa sembari menunggu Ambulance datang.

Chandra berusaha menggenggam tangan kanan sang bunda sembari memijatnya pelan. Sedangkan Jian sudah terisak dengan napas yang sedikit tersendat.

"Bunda ... bangun," gumam Chandra. Ketakutan bergumul di hatinya melihat sang bunda yang terpejam dengan wajah yang pucat.

Setelah 15 menit ambulance sampai, Aldi dibantu dengan dua tim medis mengangkat Arisa ke atas brankar.

Chandra dan Jian berlari mengikuti brankar sang bunda, bahkan saat berlari ia tidak sengaj menabrak meja dan membuat pinggangnya sedikit lebam.

"Chandra, Jian, kamu ikut kakak aja... tolong bawain kunci mobil Mba Risa, Mil," jelas Aldi, karena pasti perawat disana akan kesulitan menangani Arisa jika ada dua anak-anak di dalamnya.

Selama perjalanan ke rumah sakit, Chandra dan Jian terus berdoa berharap jika Arisa akan baik-baik saja. Sesekali Chandra akan mencoba menelpon Mahen yang tidak menjawab panggilannya beberapa kali.

➢➢➢➢

Mahen berlari di koridor rumah sakit, saat di resepsionis ia langsung menanyakan tempat sang bunda di rawat. Tanpa menunggu lama ia langsung berlari ke ruangan tersebut. Dapat ia lihat Chandra yang tertidur di kursi sembari menggenggam tangan Arisa yang sedang diinfus. Sedangkan Jian duduk di sofa.

"Dek-

Jian langsung bangkit dan memeluk Mahen, "bunda... sakit bang," isak Jian.

Mahen menuntun Jian untuk kembali duduk, "hey, bunda gapapa bunda bakal sembuh. Tadi kata dokter apa?"

Dari BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang