{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡArisa mengerjapkan matanya menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang masuk. Ia sedikit meringis saat merasa sakit di kepalanya dan tangan kirinya.
"Shhh," ringis Arisa, ia melirik ke arah tangan kirinya yang diinfus. Ia menghela napasnya pelan.
Arisa juga merasa tangan kanannya yang sedikit berat. Ia melirik ke bagian kanan dan melihat Chandra tertidur sembari menggenggam tangannya.
Chandra yang merasakan pergerakan dari bundanya itu mulai terbangun. "Bunda...," ujarnya dengan suara serak.
Arisa tersenyum kecil, ia mengusap kepala Chandra dengan lembut."Pasti pegel ya tidur dengan posisi gitu."
Chandra menggeleng, "ga kok... bunda ada yang sakit? Perlu Chan panggilin bu dokter?"
"Ga perlu, tapi bisa tolong ambilin minum? Tenggorakan bunda rasanya kering banget," ucap Arisa.
Chandra mengambilkan gelas berisi air mineral pada sang bunda. "Pelan-pelan aja bun," Ia membantu Arisa minum.
"Makasih. Oh ya, yang lain gimana? Abang kamu? Adek kamu?" tanya Arisa saat tidak melihat siapapun di ruangannya.
"Abang lagi beli sarapan, kalau adek... dia nginep di sama om Jodi. Tadinya adek maksa buat tidur disini, tapi om Jodi ngajak Jian buat nginep dan bang Mahen juga ngelarang Jian tidur disini. Takutnya nanti malah dia sakit karena ketularan," jelas Chandra.
"Kamu sendiri? Kenapa ga ikut nginep di rumah om Jo?"
Chandra tersenyum penuh arti.
Arisa mengusap gemas kepala putranya itu, "dasar! Udah sana kamu cuci muka dulu."
"Siap!" Chandra melakukan gerakan hormat.
"Mau kemana?" tanya Arisa.
"Loh, kan disuruh cuci muka... mau ke toilet lah, kemarin abang juga keluar buat ke toilet," jawab Chandra.
"Tapi kan disini juga ada toiletnya, tuh," Arisa menunjuk toilet yang terletak tak jauh disampingnya.
Chandra mengerjapkan matanya, "terus abang kemarin..."
Arisa terkekeh, "abang kamu emang paling anti pake toilet di dalam ruang inap kaya gini."
"Kenapa?" tanya Chandra. Namun Arisa hanya menjawabnya dengan gelengan.
➢➢➢➢➢
Mahen membuka pintu ruang inap sang bunda dengan pelan. Ia menghela napasnya pelan saat melihat Arisa yang masih belum sadarkan diri sepertinya. Mahen meletakkan sarapan yang ia beli di depan klinik tadi di atas meja.
"Bun... abang minta maaf," ujar Mahen sembari menggenggam tangan kanan Arisa.
"Perkataan abang tempo hari... teryata udah nyakitin bunda... maaf bunda hiks maaf," isak Mahen. Tanpa izin air matanya mengalir begitu saja.
Jika saja tadi saat ia pulang tidak berpapasan dengan Kay dan mengobrol sebentar. Mungkin, Mahen tidak akan sadar dengan kesalahannya pada bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Teen Fiction-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato