Epilog

639 61 9
                                    

{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Mahen menutup buku  itu, buku yang tidak pernah bosan ia baca. Buku yang meski kertasnya sudah menguning dengan tulisan pudar yang ia tambal. Tak menjadi halangan baginya untuk selalu membacanya.

"Baca lagi buku bunda bang?" tanya Jian yang baru saja pulang dari kampusnya.

Mahen mengangguk, "mau ratusan bahkan ribuan kali abang baca. Buku-buku bunda ga akan bikin abang bosen untuk baca."

Jian mengangguk setuju, ia mencuci tangannya untuk membantu Mahen memasak makan malam hari ini.

"Chandra mana?" tanya Mahen saat tidak melihat adiknya yang satu itu bersama Jian.

"Biasa apel malming sama kak Kira," jawab Jian. "Dia bener-bener ngepraktekkin kebiasaan ayah sama bunda waktu pacaran. Setelah baca buku bunda."

Mahen tertawa, sudah hampir 5 tahun berjalan hubungan Chandra dan kekasihnya itu. Sebenarnya Chandra merahasiakan hal tersebut karena takut keluarganya menolak saat tahu kondisi Syakira yang sebenarnya. Tapi ternyata Ariasa justru membuka lebar tangannya menyambut Syakira untuk melengkapi keluarganya. Bahkan tak jarang Mahen terkena sasaran wejangan Arisa untuk segera mencari pendamping, karena sampai saat ini ia hanya fokus karirnya.

"Oh ya, besok ga lupa 'kan bang?"

"Ngga dong, aman itu mah," balas Mahen.

Setelah obrolan singkat itu, Chandra datang bersama Syakira disampingnya. Lelaki itu tetus menggenggam tangan Syakira.

"Masak apa bang makan malam kali ini?" tanya Chandra.

"Nasi goreng mawut," jawab Mahen yang masih menyiapkan bahan.

'Aku boleh bantu?' pinta Syakira dengan gestur tangannya.

Mahen mengangguk, ia mempersilahkan kekasih dari adiknya itu untuk membantunya.

'Hati-hati ya kak, pisaunya baru diasah jadi masih tajam.' Jian menjelaskan dengan bahasa isyarat yang diangguki oleh Syakira. Padahal Syakira memakai alat bantu dengarnya, tapi Jian sudah kebiasaan menggunakan bahasa isyarat jika mengobrol dengan calon kakak iparnya itu. Setelah mengenal Syakira, Mahen dan Jian mempelajari bahasa isyarat sedikit demi sedikit.

Dengan cekatan Syakira membuat bumbu untuk makan malam, bahkan ia juga menawarkan diri untuk memasak. Dan dengan senang hati Mahen membiarkan Syakira memasak makan malam hari ini.

"Idaman banget ya calon istrinya Chan," ujar Chandra yang melihat Syakira masak dengan telaten.

"Yang namanya cewek udah biasa sama yang namanya masak," balas Mahen.

Chandra mendelik, "bilang aja abang iri karena belum laku sampe sekarang. Makanya bang, kalau bunda nyuruh nyari pasangan tuh turutin bukan di-iya-in doang."

Mahen memutar bola matanya malas. Sedangkan Syakira dan Jian dibuat tertawa kecil mendengar obrolan Mahen dan Chandra.

"Makanan siap!" pekik Jian yang membawa setoples kerupuk dan Syakira membawa nasi goreng yang ia buat tadi.

Seperti biasa, meja makan terasa ramai dengan Jian yang tetap merengek karena dijahili oleh Chandra. Mahen hanya bisa menghela napasnya, dengan Syakira yang hanya bisa tertawa dan memperingati Chandra agar tidak berlebihan.

➢➢➢➢

Akhir pekan, mereka habiskan di taman yang biasa mereka singgahi dengan sang bunda dulu. Saat menjelang sore, mereka akan duduk di pinggir danau buatan sembari mengobrol santai.

Dari BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang