{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡSetelah kejadian semalam, Jian tidak membuka suaranya. Bahkan saat Arisa banyak menyuruhnya, Jian hanya menuruti tanpa mengucapkan apapun. Suasana sarapan di meja makan hari ini terasa canggung bagi Chandra yang tidak mengetahui permasalahan malam itu.
"Ini masih pagi, tapi aura tidak mengenakkan udah kerasa ya? Ada apa?" akhirnya Chandra membuka suara untuk bertanya. Ia tidak tahan jika meja makan ini hanya terdengar dentingan sendok dengan piring yang beradu.
Mahen melirik Jian sejenak, lalu menghela napasnya pelan. Ia menyelesaikan makannya dengan cepat dan pergi begitu saja.
Chandra menautkan kedua alisnya melihat Mahen yang tidak seperti biasanya. Bukan hanya Mahen, tapi sang adikㅡ Jian. Biasanya anak itu mengoceh tentang sekolah atau hal di luar nalar, tapi hari ini dia makan dengan tenang.
Termasuk sang bunda yang mencoba terlihat biasa saja, namun Chandra yakin ada yang disembunyikan.
"Bun, kenapa?" tanya Chandra pada Arisa langsung.
"Eh, I-iya? Kenapa apanya?" Arisa bertanya balik dengan raut wajah yang kebingungan.
Chandra yakin, ada yang tidak beres. Ada yang ia lewatkan semalam, mendadak ia menyesal tidur lebih awal malam tadi.
"Adek! Gimana di sekolah? Udah gabung eskul?" Chandra bertanya pada Jian.
Tapi si empu yang diberi pertanyaan justru hanya menunduk dan mengaduk makanannya.
"Adek Jian! Oi... Jiandra!"
Jian tersentak, "i-iya kak? Ma-maaf ... maaf, adek ga denger. Maaf kak, tadi- ... tadi adek-
"Udah cukup, ga usah dilanjutin," potong Chandra.
Jawaban Jian membuat Chandra semakin yakin, ada sesuatu antara Mahen, Jian dan sang bunda. Tapi kenapa tidak ada satupun yang mau menjelaskan masalah itu padanya? Kenapa hanya dirinya yang tidak tahu?
Bertanya pada Jian hanya akan menambah kepanikan dari anak itu. Ya, semenjak kejadian perundungan itu. Jian mudah panik jika seseorang berbicara dengan nada tinggi, responnya akan berbicara tidak jelas atau mendadak terdiam dalam waktu yang lama.
Chandra ingat! Jian akan panik jika ada orang yang berbicara dengan nada tinggi padanya. Responnya pada Chandra yaitu berbicara tidak jelas, anak itu masih berani menjawab Chandra karena usia mereka tidak terpaut jauh. Sedangkan responnya pada Mahen atau Bundaㅡ Arisa Jian akan memilih diam tidak berani menjawab atau menyanggah karena mereka lebih dituakan.
Chandra berdecak, kenapa baru terpikirkan olehnya. Jika bundanya bersikap biasa saja, itu artinya masalahnya ada diantara Mahen dan Jian.
"Dek, abisin makanannya jangan mainin makanan, ga baik. Udah gitu berangkat, sekarang udah jam setengah tujuh lebih," ucap Arisa yang diangguki Jian.
"Berangkat bareng kakak ya, kakak tunggu di depan," ujar Chandra sembari mengusap kepala Jian. "Jangan keseringan nunduk, nanti leher kamu sakit," bisik sang kakak sebelum pergi ke kamarnya untuk mengambil tas sekolahnya.
Jian meremat sendok makannya sambil menggigit bibir bawahnya.
➢➢➢➢➢
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Novela Juvenil-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato