{Selamat Membaca}
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Hari ini Jian bangun pagi-pagi buta, bahkan matahari belum terbit. Tetapi si bungsu yang sudah siap dengan seragam merah putihnya.
"Kak Chan... ayo sekolah!"
Chandra melenguh, dia membalikkan badannya memunggungi Jian.
"Ish... ish pemalas," gumam Jian sembari menggeleng-gelengan kepalanya. Padahal Jian yang terlalu antusias, matahari saja masih bersembunyi. Tapi Jian sudah berseri-seri, karena hari ini adalah hari yang paling ia tunggu. Hari dimana dirinya memakai seragam yang sama dengan Chandra.
"Bunda...," Jian membuka kamar sang bunda dan menghampirinya. Ia melihat wajah damai bundanya saat tertidur.
"Hihi bunda cantik," Jilan berucap pelan, tidak ingin membangunkan bundanya. Tetapi pergerakan Jian berhasil membuat Arisa terbangun.
"Loh adek? Kenapa? Mimpi buruk, hm?" tanya Arisa setengah sadar.
Jian menggeleng, "adek mau sekolah."
"Sekolah?" Arisa mengucek matanya dan melihat jam digital di atas nakas.
"Astaga... ini masih jam setengah empat pagi," ucap Arisa.
"Biar ga terlambat, bun," balas Jian.
Arisa menggeleng kecil, ia mendekap putra bungsunya itu dan merebahkan tubuh mereka.
"Bun... bajunya berantakan lagi nanti," protes Jian saat Arisa menariknya untuk rebahan.
"Biarin, orang bunda ini yang nyetrika."
"Bun..."
"Udah tidur lagi aja, masih lama kok," Arisa mengusap kepala Jian pelan.
Usapan sang bunda memang ampuh untuk membuat kantuk datang. Buktinya Jian menguap lebar saat Arisa mengusapnya, tanpa peduli dengan seragamnya yang akan berantakan. Jian memilih untuk menduselkan dirinya pada dekapan Arisa.
Arisa tersenyum kecil, kejadian seperti ini bukan sekali dua kali ia alami. Tetapi sudah beberapa kali, dari kejadian Mahen yang antusias untuk melakukan pentas seni, Chandra yang antusias untuk mengikuti les piano dan masih banyak lagi ke-antusias-an lain yang dilakukan ketiga putranya.
Arisa bersyukur, dia tidak terlalu kesulitan untuk mengurus mereka. Memgingat banyaknya orang baik yang senantiasa membantunya. Dan ketiga putranya ini sangat pengertian, terutama Mahen. Tapi meski begitu Arisa akan senang hati merangkul mereka saat ketiganya sedang mode manja. Hal wajar bagi seorang anak manja kepada orang tuanya, sedewasa apapun anak itu sifat manja pada anak akan selalu melekat jika sudah menghadapi orang tuanya.
Arisa selalu berusaha, agar ketiga putranya itu tidak mengalami 'dewasa sebelum waktunya'. Ia ingin ketiga putranya itu tumbuh dengan baik sesuai usia mereka.
"Bun... pengen pake selimut," gumam Jian dalam tidurnya.
Arisa menaikkan selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh Jian, lalu kembali tidur sembari memeluknya erat.
➢➢➢➢➢
"Adek! Bangun heh, katanya mau sekolah," ucap Mahen membangunkan si bungsu yang tertidur lelap di kasur sang bunda.
"Masih belum bangun juga?"
Mahen menggeleng. "Belum bun... malah makin ngegulung selimut."
"Biar Chandra yang bangunin, abang sama bunda tutup telinga, okey?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Teen Fiction-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato