Masih ada yang nyimpen cerita ini? Author Note ada di komen!
{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ"Aduh," Jian meringis saat kakinya tidak sengaja menabrak kaki meja yang sedang di tata rapih.
Mahen dan Chandra langsung menoleh dan menghampiri si bungsu, "Adek gapapa?" tanya mereka dengan serentak.
Jian menggeleng kecil, "kakinya kepentok hehe."
Mahen dan Chandra menghela napas lega. "yaudah, kamu bantu kak Chan lipet semua kartu ucapan aja," ucap Chandra.
"Iya bener, biar abang yang lanjutin tata mejanya," timpal Mahen.
Hari ini, salah satu hari yang mereka tunggu di penghujung tahun. Sementara Arisa berkerja, ketiga putranya sibuk membereskan rumah dan membuat dekorasi di area dapur. Seminggu sebelumnya mereka disibukkan membuat kartu ucapan, sebulan sebelumnya mereka sibuk belajar membuat kue dari Dewi, istri Jodi. Dan hari ini, saatnya semua usaha mereka terbayarkan.
"Chan! Bantu abang pasang balon sama tulisannya," pinta Mahen.
"Agak atas dikit bang, nah kakak juga agak tarik ke kanan dikit ... okey, udah!" Jian mengarahkan dari bawah sementara abang dan kakaknya yang mengatur dekor di dinding.
Permisi~ on food~
Mendengar suara itu, mereka bertiga berlari ke arah luar dan mengambil pesanan. Setelah itu, Mahen dan Chandra menatanya di meja dengan piring, sedangkan Jian mengawasi di teras rumah.
Jian langsung memberi kode saat melihat mobil Arisa mulai memasuki pekarangan rumah, lalu dengan santai menghampiri sang bunda. "Bunda..."
Arisa sedikit terkejut melihat Jian yang menunggunya di teras, ia menangkup pipi si bungsu. "Tumben banget nungguin bunda, perasaan kamu ga ada nitip apa-apa," wanita itu sedikit heran dengan kelakuan si bungsu, karena biasanya Jian menunggunya di teras jika ada titipan kesukaannya atau menginginkan sesuatu.
"Emang ga ada, hehe," ujar Jian sembari menunjukkan deretan giginya.
Arisa menggeleng kecil sembari membuka pintu rumah, ia tersentak saat melihat rumahnya begitu gelap. Jian juga ikut tersentak, tanpa sadar tangannya memeluk lengan sang bunda dengan erat.
"Ish! Abang sama kakak ga bilang kalau mau gelap-gelapan," dumelnya dalam hati karena tidak diberitahu rencana membuat seisi rumah menjadi gelap.
Ctak
"SELAMAT HARI BUNDA!" teriak Mahen dan Chandra. "HARI BUNDA!" Jian ikut berteriak pada dua kata terakhir.
Arisa menutup mulutnya, "i-ini ... kalian yang nyiapin semua ini?"
Ketiga putranya itu mengangguk. "Semoga bunda suka, ya," ujar Mahen sambil memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu. "Ikutan!" Chandra dan Jian ikut berpelukan.
"Eh? Bunda kenapa nangis? Bunda ga suka?" tanya Jian saat mendengar isakan dari Arisa.
Arisa menggeleng, "bunda suka banget banget banget! Cuman ga nyangka kalian bakal siapin ini, bahkan bunda ga inget hari ini hari apa dan tanggal berapa."
Chandra menyeka air mata sang bunda, "bunda pasti capek ya ... hari ini, harinya bunda juga jadi bunda harus bahagia hari ini."
Arisa mengangguk, "iya, bunda pasti bahagia."
Setelah sesi berpelukan tadi, mereka menikmati makanan yang dipesankan tadi. Tidak banyak hanya paket nasi goreng dengan ayam kesukaan Arisa.
"Kue datang," ujar Mahen dengan membawa nampan kue yang mereka buat siang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bunda
Novela Juvenil-tamat- [ nct lokal : Mark, Chenle, Jisung ft. Irene (RV) ] Dari Bunda untuk Abang, Kakak dan Adek. [ꜱᴛᴀʀᴛ : 20 Januari 2023 ᴇɴᴅ : 10 Agustus 2023] ©Rrantomato