Exchap ; Semua Aku Dirayakan

588 63 5
                                    

Halo, apa kabar? Semoga suka bagian Exchap ini<3

{Selamat Membaca}
Jangan lupa vote & comment
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Merayakan Ulang Tahun Bunda

Fyuh

Lilin ditiup dengan doa yang terucap di dalam hati, "selamat ulang tahun Bunda!"

Arisa tersenyum sembari menyeka air matanya, lalu memeluk ketiga putranya dengan lembut.

"Bunda ... tetap bahagia ya? Karena bahagianya bunda, bahagianya kita juga," ungkap Mahen.

Arisa mengangguk, "kalian juga harus bahagia, karena bahagianya bunda ada pada kalian."

Mahen mengecup pipi sang bunda, "kita pasti selalu bahagia, selagi bunda merestui semua yang kita jalani."

Arisa terkekeh, "tentu bunda restui selagi itu hal baik."

"Bunda ... Selamat Ulang Tahun, harapan kakak semoga bunda bisa selalu bersama kita untuk waktu yang lama," ucap Chandra.

"Kalau memang Tuhan yang menghendaki, bunda akan dengan senang hati bertahan lebih lama," balas Arisa.

Chandra mengangguk, lalu mengecup pipi kanan sang bunda.

"Jian?"

Jian yang sedari tadi diam, mendongak menatap sang bunda, abang dan kakanya bergantian dengan tatapan penuh arti.

"Dek ... kamu ga akan-

Jian langsung memeluk Arisa dengan erat, "selamat ulang tahun bunda," ujarnya dengan suara yang teredam.

Arisa bisa merasakan bahunya yang basah, kemudian ia tersenyum. Sudah menjadi kebiasaan Jian saat dirinya menangis di hadapannya. Anak itu akan memilih untuk memeluk erat seseorang dan menangis di dalam pelukannya.

Arisa melepas pelukan itu, lalu menangkup kedua pipi putra bungsunya tersebut. "Adek kenapa, hm?" tanya Arisa.

Jian menggigit bibir bawahnya dengan mata yang berkaca-kaca, Arisa menyeka air mata putranya itu dengan lembut. "Kebiasaan banget kalau nangis," Arisa menekan dagu Jian agar melepas gigitan pada bibir bawahnya.

"Adek kenapa?" tanya Arisa sekali lagi. Mahen dan Chandra hanya akan menyimak tanpa mengganggu interaksi keduanya.

"Harusnya adek bahagia di harinya bunda, t-tapi kenapa adek justru takut bun...," Jian menarik napasnya sebelum melanjutkan ucapannya. "Semakin bertambahnya usia bunda, itu artinya semakin berkurang juga waktu yang bakal kita habisin nantinya," tutur Jian dengan suaranya yang parau.

"A-adek gamau ... adek gamau waktu berlalu gitu aja, adek masih mau sama bunda, adek-

Jian tercekat saat Arisa memeluknya erat, jika menghitung soal waktu. Memang waktunya dengan Jian tidak selama waktunya dengan Mahen yang kini sudah berusia 18 tahun. Tapi bukan hanya soal waktu yang lama, melainkan soal berapa banyak bahagia yang dilewati. Tidak peduli berapa lamanya waku terlewati, yang terpenting kenangan bahagia akan selalu melekat ketika waktu itu berjalan.

Dari BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang