Sebelum baca jangan lupa follow akun wattpad aku dulu:)
ya kali baca doang 😭😭Vote juga dong, tinggal pencet bintang kan gak susah👆
Selain vote kasih komen juga ya, terserah mau ngetik apa aja. Yang penting masih wajar dan bukan hate speech :-)
Jangan lupa spam 😈😈😈 untuk lanjut bab selanjutnya
Sebenarnya aku tuh lagi hectic parah sama tugas-tugas sekolah, cuma karena aku emang udah punya wishes untuk work ini jadi tetap luangin waktu. Aku udah nggak sabar untuk fokus sama work selanjutnya yang tak lain adalah adiknya ini yaitu SAY NO!
Heppy Reading....
Vote, komen & share
______
Pagi ini Aidan terbangun agak siangan, membuat pemuda itu segera bergegas
mandi dan memakai seragam dengan cepat, karena takut kesiangan sampai sekolahnya. Saat hal seperti ini terjadi, Aidan selalu merasa menyesal karena telah menjadi ketua Osis di sekolah yang tentunya memiliki tanggung jawab lebih.Setelah siap Aidan turun dari lantai dua menggunakan tangga walaupun sebenarnya rumahnya terdapat lift untuk memudahkan aktivitas penghuninya. Alasannya juga sederhana, karena sekalian olahraga pagi.
Aidan menghampiri meja makan dengan tas bertengger di bahu kirinya dan tangan kanan yang membawa paper bag berwarna merah muda.
"Pagi," sapa Aidan kemudian langsung duduk di samping adiknya— tempat yang memang biasa ia duduki jika makan bersama keluarganya, walaupun terhitung sangat jarang.
Ayah dan bundanya tersenyum membalas sapaan dari anaknya. Di meja makan sudah berjejer rapi banyak makanan. Tapi, yang membuat beda dari hari biasanya adalah ada nasi tumpeng kecil di tengah makanan yang lain. Alasan utama mengapa Aidan menginap di rumah orang tuanya— untuk merayakan ulang tahun adiknya.
"Abang nggak mau ucapin Izza selamat ulang tahun nih?" tanya gadis kecil yang terlihat sangat bahagia di hari spesialnya. Aidan tersenyum tipis dan mendaratkan tangannya di pipi adiknya, mengelus lembut.
"Buat adek, selamat ulang tahun. Sehat selalu dan makin pinter ya," ujar Aidan sambil menaruh paper bag yang ia bawa tadi kehadapan adiknya.
Izza langsung mendekap erat hadiah yang ia dapat dari kakaknya, karena memang Aidan selama ini tidak pernah memberikan hadiah untuknya pada ulang tahun terdahulu. Bisa dikatakan ini yang pertama.
"Makasih abang, tiap ulang tahun kayak gini terus ya?" Permintaan itu memang terdengar biasa untuk sebagian orang yang berharap traktiran atau kado di setiap hari ulang tahunnya. Tapi, tidak untuk Izza yang setiap tahun selalu menunggu hadiah dari kakaknya disaat banyak yang memberikan dia hadiah.
Rayhan yang melihat Aidan memberikan hadiah untuk adiknya memberhentikan kegiatan menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Sementara Wanda tersenyum dengan mata berkaca-kaca tanpa ada yang menyadari.
"Makasih abang buat kadonya. Aidan mau makan apa biar bunda ambilkan?"
Aidan menggelengkan kepala dan hanya menghabiskan susu yang sudah tersedia di hadapannya. Senyum Wanda perlahan memudar dan ia menatap putranya dengan sedih— seakan banyak hal yang ingin disampaikan tapi tidak bisa.
Rayhan berdehem pelan. "Tolong ambilkan nasi sama lauk di piring ayah lagi dong." Sampai seruan dari suaminya membuat Wanda tersadar dari lamunannya.
"Ayah dengar kamu mendapatkan juara dua di olimpiade kemarin, kenapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Rain
Teen FictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN WP AKU DULU!! kalian dapat hiburan aku juga merasa dihargai dan semangat untuk update. Blurb Raina Zanaya Ganendra, seorang gadis terkenal di SMA Scienze, bukan karena prestasi akademiknya atau keaktifannya di organisa...