Sebelum baca jangan lupa follow akun wattpad aku dulu :)
ya kali baca doang 😭😭Vote juga dong, tinggal pencet bintang kan gak susah👆
Selain vote kasih komen juga ya, terserah mau ngetik apa aja. Yang penting masih wajar dan bukan hate speech :-)
Silahkan spam 😈😈😈 untuk lanjut part selanjutnya
Heppy Reading
Vote, komen & share....
______
Suara dentuman musik terdengar memenuhi sebuah club malam mewah yang berada ditengah kota Jakarta. Beberapa wanita berpakaian super minim sibuk meliukkan tubuhnya di lantai dansa, beberapa lainnya sibuk menggoda lalu melayani pengunjung pria.
"Menjijikan," umpat Aidan saat ada perempuan yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Dirinya saat ini sedang merasa kesal karena club malam langganannya yaitu Exodus sedang di booking untuk pesta perusahaan. Jadilah mereka berada di Dragon Fly.
"Private room mereka udah ditempati semua," ujar Faza yang terlihat kecewa.
"Ya udah cabut aja," ucap Aidan memberi saran— dirinya tidak mau ambil resiko ada salah satu teman sekolahnya yang mengenalinya.
"Masa cabut sih? Kita icip-icip dulu lah." Axel tetap memaksa. Pemuda itu memang yang paling suka minum.
"Terserah kalian aja, tapi gue nggak bisa lama-lama ditempat seperti ini. Resiko ketahuan." Teman-temannya sontak tertawa kencang mendengar hal tersebut. Aidan dan segala rahasianya adalah sebuah kerepotan tersendiri untuk mereka melakukan hal lebih bebas.
Aidan lebih dulu memesan dua botol wine kepada bartender untuk diminum bersama teman-temannya. Seperti inilah kehidupan malam seorang Aidan Savian Bagaskara yang tidak banyak orang ketahui. Laki-laki itu terlalu pandai dalam menyembunyikan kebrengsekannya. Aidan di malam hari sangat berbanding terbalik dari sosoknya yang menjabat sebagai ketua Osis di SMA Scienze.
don't judge people only on the outside, because in fact a lot of them are just role-playing.
Mungkin kata-kata diatas adalah bentuk paling cocok untuk seorang Aidan.
***
Si kembar mengendarai mobil dengan kecepatan yang membuat— lusinan penjaga gerbang utama rumah Rain tidak curiga. Rumah— ralat lebih mirip istana itu kelewat megah untuk sekedar disebut sebagai rumah. Bangunan yang tampak lebih mahal dari deretannya itu memiliki gaya Eropa modern yang benar-benar terlihat berkelas.Percaya atau tidak, mereka berdua hanya pernah sekali masuk kedalam istana milik temannya itu. Mereka juga tidak tahu alasan sebenarnya apa, tapi Rain selalu menolak untuk mereka main ke rumahnya.
Pintu yang dimaksud Rain adalah pintu gerbang kecil yang tidak jauh disampingnya ada sebuah bak sampah— bisa dipastikan disana tidak ada penjaga. Mungkin selama mereka berteman sudah puluhan kali si kembar telah berhasil membawa kabur putri Rain dari istananya. Nesha dan Mesha hanya butuh waktu dua menit sebelum seorang gadis keluar dari pintu itu dengan menenteng sepasang high heels. Rain terlihat mengunci pintu gerbang dengan sangat hati-hati dan segera masuk kedalam mobil si kembar.
"Sorry gue terlambat," ucap Rain sambil mengambil tissue dari dalam dashboard untuk membersihkan telapak kakinya.
Si kembar tanpa lama segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota Jakarta yang tidak pernah sepi— walaupun sudah tengah malam. Apalagi tempat yang akan mereka tuju— semakin malam semakin ramai dengan orang-orang yang menggila.
Rain dan kedua temannya memang suka ke club malam tersebut saat sedang butuh hiburan. Walaupun ruangan yang mereka pilih tertutup mereka tetap bisa merasakan suasana hiruk pikuk club malam karena terdapat akses kaca bening yang memperlihatkan dance floor dilantai bawah dan musik live DJ yang tetap menggema karena dinding yang tidak kedap suara.
"Kita harus bersenang-senang sebelum masa sibuk ujian," ujar Nesha sambil memakan sepotong pizza yang dibeli drive thru.
"Don’t stop, keep it moving," ucap Mesha yang menyanyikan satu baris dari judul lagu on the floor.
"Put your drinks up," balas Rain ikut bernyanyi— gadis itu sedari tadi sudah ikut menggerakkan tubuhnya seirama dengan musik. Suasana seperti ini membuat Rain bisa sedikit merasa bebas dan hidup.
"Woah...dibawah ada jalang yang twerking." Mesha berteriak antusias lalu ikut menggerakkan pinggulnya dengan setengah jongkok. "Ayo Rain lo harus coba untuk bekal masa depan nih," ujarnya diakhiri tawa.
Nesha dan Rain ikut bergerak dalam gerakan yang provokatif secera sensual— bisa dipastikan jika mereka tidak berada di private room pasti sudah habis diterkam oleh laki-laki yang menggila diluaran sana. "Rain memang yang terbaik," puji Mesha melihat gerakan menggoda yang dilakukan Rain.
"Di dunia ini tidak ada yang sempurna, tapi Rain adalah sempurna."
Rain menyudahi gerakannya saat tenggorokannya merasakan haus, ia berjalan menuju meja yang dipenuhi bungkus makanan dan tentunya terdapat minuman. Gadis itu menenggak habis minumannya yang tinggal setengah gelas cup.
"Gue ke kamar mandi dulu," pamit Rain yang hanya dijawab dengan anggukan dari si kembar.
Rain berjalan menuju ke toilet yang berada di lantai bawah. Sesekali perempuan itu melontarkan umpatan atau decakan kesal saat beberapa kali pria-pria mabuk mencoba menyentuh tubuhnya yang terlihat sempurna dibalik dress malamnya. Sesampainya Rain di toilet ia harus menunggu beberapa menit sambil bersandar pada dinding karena lima bilik toilet semuanya terpakai.
Akhirnya ada satu bilik toilet yang terbuka, keluarlah seorang wanita dari sana. Dari matanya Rain dapat melihat sekilas— mata wanita itu memerah entah kenapa, mungkin menangis? Rain memilih bodo amat dan tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain.
"Minggir." Wanita itu mendorong bahu Rain yang sebenarnya tidak menghalangi jalan. Rain yang tidak siap dengan serangan tiba-tiba itu akhirnya tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
"Eh...ehh..." namun sebelum tubuhnya mencium lantai toilet, sebuah tangan kekar lebih dulu melingkar di pinggangnya— menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Rain nengerjapkan matanya agar bisa jelas melihat laki-laki yang kini menolongnya. Apa-apaan ini? Rain bisa mencium bau alkohol yang sangat pekat dari tubuh laki-laki itu—pandangannya juga sayu. Rain bersyukur ternyata laki-laki itu sedang mabuk berat.
"Thanks," ucap Rain dengan segera melepaskan diri dari tangan laki-laki itu.
Brakkk
Rain segera masuk ke dalam bilik toilet dengan jantung berdetak kencang— matanya terpejam. "Gue nggak mabuk, nggak mungkin tadi salah liat."
Setelah selesai menuntaskan kebutuhannya Rain keluar dari bilik toilet dengan tangan sibuk mengusapkan tissue pada telapak tangan.
Tunggu. Apa dia tidak salah lihat? Kurang lebih dua meter dari jaraknya berdiri seorang laki-laki yang ia kenal sebagai ketua Osis yang sering menghukumnya di sekolah saat melakukan kesalahan dan yang menolongnya tadi saat akan terjatuh sedang menggoda wanita yang sebelumnya ia temui di toilet. Rain semakin terkejut saat wajah laki-laki itu semakin mendekati wajah wanita dihadapannya.
"Look at this picture. Di dunia ini memang tidak ada yang sempurna."
Rain cukup tahu saja. Ia malas mengurusi urusan orang lain walaupun tidak munafik didalam hatinya ia sangat ingin menghampiri laki-laki itu dan memakinya dengan berbagai umpatan karena selama ini selalu baik dalam menjaga imagenya yang bisa dibilang nyaris sempurna dihadapan guru karena menjadi kebanggaan SMA Scienze. Fakta tadi benar-benar sulit untuk dipercaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Rain
Ficção AdolescenteSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN WP AKU DULU!! kalian dapat hiburan aku juga merasa dihargai dan semangat untuk update. Blurb Raina Zanaya Ganendra, seorang gadis terkenal di SMA Scienze, bukan karena prestasi akademiknya atau keaktifannya di organisa...