BAB 3 // Aidan Savian

948 83 20
                                        

Sebelum baca jangan lupa follow akun wattpad aku dulu :)
ya kali baca doang 😭😭

Vote juga dong, tinggal pencet bintang kan gak susah👆

Selain vote kasih komen juga ya, terserah mau ngetik apa aja. Yang penting masih wajar dan bukan hate speech :-)

Silahkan spam 😈😈😈 untuk lanjut part selanjutnya


Aidan Savian Bagaskara

Aidan Savian Bagaskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Heppy Reading....

Vote, komen & share

________


Aidan memasuki pintu rumahnya dengan langkah gontai, sangat kontras dengan adiknya yang berlari sambil menenteng box donat.

"Adek pulang!" Teriakan seorang gadis kecil menggema di ruang tengah rumah mewah bergaya modern tersebut. Dari lantai atas turun wanita separuh baya melewati tangga dengan lantai marmer.

"Makasih bang sudah mau jemput adek," ujar Wanda-bunda Aidan saat putranya mencium punggung tangannya, dengan sedikit elusan dikepala putranya.

"Aidan bersih-bersih dulu bun," pamit Aidan lalu naik ke lantai atas dimana kamar tidurnya berada.

"Bunda, adek tadi beli donat loh." Dengan senyum lebar memperlihatkan deretan gigi rapinya Izza memperlihatkan kantong plastik berisi box donat.

"Dimakan nanti ya, sekarang Izza bersih-bersih terus ganti baju dulu." perintah sang bunda membuat Izza cemberut lucu. Dengan berat hati Izza memberikan plastik berisi donat tersebut kepada sang bunda.

"Bunda simpan di kulkas ya," ujar sang bunda bermaksud agar anaknya tidak bingung saat ingin memakannya.

"Izza naik dulu ya bunda."

Aidan membuka salah satu pintu di lantai dua, kamar bernuansa monokrom dengan wangi aquatic yang menenangkan menyambut saat dirinya masuk-menambah kesan cool bagi penghuninya.

Bagian paling menarik dari kamar tidur seorang Aidan adalah hiasan bercahaya berbentuk bulan di salah satu sisi temboknya, dengan rak berisi action figure berbagai karakter berdiri di kedua sisi kasurnya. Aidan melangkah gontai mendekati kasur dan melemparkan tasnya ke atas tempat tidur, lalu disusul dirinya yang jatuh terlentang dengan kaki menapak lantai.

Memejamkan matanya Aidan kemudian memijat pelipisnya tanda bahwa dirinya lelah. Menjadi ketua Osis sekaligus murid berprestasi membuat dirinya memiliki kegiatan yang sangat padat di sekolahnya.

Lama melamun, Aidan jadi mengingat tiga cowok yang kena bully seorang queen bullying tadi siang, Aiden akui cara gadis tersebut membuat jera seseorang sangat keren. Menunjukkan bahwa perempuan harus berani mempertahankan harga dirinya.

Untouchable RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang