Sebelum baca jangan lupa follow akun wattpad aku dulu. Zee_agt
Selain vote kasih komen juga ya, terserah mau ngetik apa aja. Yang penting masih wajar dan bukan hate speech :-)
Jangan lupa spam 😈😈😈 untuk lanjut bab selanjutnya.
Heppy Reading....
Vote, komen & share
_____
Rain dan Sandra masuk kedalam salah satu rumah sakit swasta tempat Sania dirawat. Perasaan yang Rain rasakan terlalu sulit untuk dijabarkan, ia kaget, dan perlahan rasa kasihan mulai merayapi hatinya. Ternyata Lisa membawa dua gadis itu ke ruangan ICU. Ya—benar sekali, Sania ditempatkan di ruangan khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan kondisi yang membutuhkan pengawasan lebih ketat dari pasien pada umumnya.
"Sakitnya Sania separah apa sih, Rain? Dia kecelakaan?" tanya Sandra dengan berbisik di telinga Rain agar Lisa tidak mendengarnya.
"Nanti lo juga tahu sendiri," jawab Rain ringkas.
"Sania lagi diperiksa sama Dokter. Kalian tunggu sebentar ya," ucap Lisa dengan mata melirik kaca yang terhubung dengan ruang rawat Sania. Karena ruang ICU sangat steril, jadi penunggu pasien sangat dibatasi waktunya untuk masuk kedalam dan hanya boleh menunggu diluar.
Rain bisa melihat Sania sedang diperiksa oleh dokter dan seorang perawat yang mengganti kantong infus yang sudah kosong. Dokter terlihat memberikan beberapa pertanyaan kepada Sania dan dijawab dengan baik oleh gadis itu, namun mata Sania tidak bisa berbohong. Rain dapat merasakan keputusan didalam matanya.
Saat Sania melihat mereka, gadis itu tidak dapat menyembunyikan reaksi keterkejutannya. Rasa benci yang sebelumnya terpancar seketika luruh perlahan-lahan, digantikan dengan sebuah simpati. Mereka sadar, bahwa sudah sangat banyak hal menyakitkan yang mereka rasakan.
"Mau masuk kedalam?" tanya Lisa saat dokter yang memeriksa Sania sudah keluar.
Rain terlihat ragu untuk menjawab. Namun sebuah tangan yang merangkul pundaknya, membuat rasa yakin itu kembali memenuhi diri Rain. Sandra menepuk pundak Rain beberapa kali untuk memberikan keyakinan; semuanya akan baik-baik saja. Rain akhirnya menerima uluran tangan Lisa untuk meminta izin kepada perawat yang berjaga.
"Mama harap kalian bisa ngobrol dan bisa segera berbaikan," ujar Lisa penuh harapan. "Jangan lama-lama ya, nanti Om Irfan keburu balik dari kantin."
Sangat jelas kalau Lisa belum berbaikan dengan suaminya.
Rain mengangguk dan berlalu pergi kedalam ruangan steril untuk memakai APD, setelah itu barulah diperbolehkan masuk kedalam ruangan Sania. Dengan jantung berdegup kencang, Rain membuka pintu ruangan rawat Sania dengan tubuh yang semakin dingin karena pendingin ruangan, terkecuali telapak tangannya yang terasa basah di sisi tubuhnya.
Sania yang menyadari Rain masuk kedalam ruang rawatnya tersenyum menyambut. Senyuman yang seingat Rain belum pernah ia lihat sebelumnya, karena mungkin memang ini pertama kalinya Rain melihat senyum Sania yang satu ini. Terasa tulus namun menyesakkan di satu waktu.
"Waktu gue nggak banyak, to the poin." Rain berdiri disamping ranjang rawat Sania dengan tangan mengepal.
"Kak Rain udah tahu kondisi aku sekarang. Menyedihkan kan?" Sania tersenyum kecil dibalik masker oksigen yang dipakainya. Tubuh kecil dan kurus gadis itu dipasangkan kabel-kabel untuk memantau kondisi tubuhnya.
"Harusnya Kakak bisa ngertiin aku. Aku mohon, izinkan aku untuk menghabiskan sisa waktuku bersama Mommy Lisa. Setelah aku mati nggak akan ada yang ganggu Kak Rain lagi untuk bisa sama Mommy Lisa."
![](https://img.wattpad.com/cover/335329157-288-k193829.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Rain
Roman pour AdolescentsSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN WP AKU DULU!! kalian dapat hiburan aku juga merasa dihargai dan semangat untuk update. Blurb Raina Zanaya Ganendra, seorang gadis terkenal di SMA Scienze, bukan karena prestasi akademiknya atau keaktifannya di organisa...