Chapter 78 : Liontin Merah

3.7K 250 63
                                    

"Buktikan padaku!"

Jenderal Rong kemudian memacu pelan kudanya, memperpendek jarak antar keduanya sebelum mengeluarkan token giok milik Pangeran Wu Xiao meski ia masih sedikit ragu dengan hal ini.

Wanita yang memakai cadar kemudian memberikan gestur untuk pelayan wanita yang sedari tadi bersembunyi di belakang kudanya untuk mengambil token itu dari Jenderal Rong dan memberikannya padanya.

Wanita itu terlihat masih sangat muda meski ia berjalan dengan wajah yang tertunduk dalam. Wanita itu mengangkat kedua tangannya pada Jenderal Rong sebelum mengangkat pelan wajahnya.

"Chi chi?!"

♣♦♣

Liu Yu memasuki kereta perangnya dengan napas yang mulai mencekat di ujung kerongkongannya. Namun, ekspresinya tetap tenang dan malah merebahkan dirinya setengah tidur.

Di depannya seorang tabib dan tangan kanannya tengah fokus menyiapkan alat medis dan kain putih untuk membalutnya di luka sang kaisar.

Kereta melaju cepat berlari menuju luar kota bersama seluruh pasukan yang tersisa, menjauh dari pasukan Wu Xiao.

"Yang Mulia, apakah ada perintah selanjutnya?"

Liu Yu menggeleng kecil, ia memejamkan matanya yang sayu beberapa menit mencoba menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Tabib yang telah selesai menyiapkan peralatan medisnya segera berujar dengan nada cemas, "Yang Mulia, luka Anda terus mengeluarkan darah. Hamba harus menjahit luka Anda, tapi...."

Liu Yu yang masih terpejam dengan tenang menjawab, "Lakukan saja dengan metode tercepat! Jangan sampai pasukan kita terkejar oleh mereka, Wu Xiao juga terluka jadi kita punya sedikit waktu."

Pasukan Liu Yu akhirnya berhenti sejenak di posisi siaga untuk menjaga sang kaisar. Sementara itu, tangan kanannya memberikan sebuah kain untuk dimasukkan ke dalam mulutnya, mencegah agar selama proses pengeluaran peluru Liu Yu tidak mengigit lidahnya hingga putus.

Sang tabib kemudian dengan hati-hati mengeluarkan satu demi satu peluru dari dalam tubuh Liu Yu yang sudah sangat pucat pasi menggunakan simpul benang sebelum menjahit luka yang cukup dalam tersebut.

Sembari memanaskan cap besinya di atas tungku api, tabib pun berujar pelan, "Yang Mulia, ini mungkin akan terasa sedikit sakit, tolong bertahan sebentar."

Sang tabib kemudian menempelkan cap besi yang merah menyala itu ke luka Liu Yu, sontak hal itu tentu saja membuat Liu Yu mengerang tertahan sembari meremas apapun yang ada di sekitarnya.

Aroma gosong memenuhi kereta, proses ini mungkin terbilang cukup sadis dan sangat berbahaya. Namun, membakar sebuah luka merupakan cara tercepat untuk menutup luka terbuka dan menghentikan pendarahan di masa itu.

Dokter yang melakukan praktik tersebut haruslah memiliki kemampuan yang tinggi dan pasien yang dapat menerima pengobatan ini haruslah seseorang dengan kemampuan mentolerir rasasakit yang kuat karena meski telah di beri anestesi, hal itu hanya akan sia-sia saja.

Proses operasi berjalan cukup cepat, pasukan mereka kembali bergerak tepat setelah sang tabib membalut luka-luka operasi Liu Yu.

Wajah Liu Yu yang sebelumnya sangat pucat perlahan kembali mendapatkan warnanya. Ia meminum segelas anggur sebagai anestesi sementaranya.

Setelah mengumpulkan tenaga, Liu Yu membuka suaranya yang sedikit serak, "Bagaimana situasinya?"

"Kita sedang bergerak mendekati kaki gunung Xuan Wu, pasukan tambahan seharusnya sudah dalam perjalanan menuju gunung itu juga, Yang Mulia."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Flower Of War (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang