Chapter 66 : Takdir Pahit Akan Selalu Adil

6K 949 181
                                    

"Apakah karena kedatangan Pangeran Wu Xiao? Setahuku mereka adalah sahabat dekat saat kecil. Apakah Putri Ming Lihua menyimpan rasa pada Pangeran Wu Xiao?"

"Bisa jadi, tadi pagi Putri Ming Lihua menyuruhku untuk memberikan teh buatannya pada Pangeran Wu Xiao. Dia bilang jika teh ini bagus untuk meningkatkan fokus tapi sayang, saat aku tiba Pangeran Wu Xiao sudah berada di lapangan dan sepertinya ia terlihat sangat marah tadi."

Yiu tidak terlalu menaruh peduli pada Putri Lihua karena ia sendiri tidak mengenalnya, hanya saja ia sedikit penasaran tentang Wu Xiao yang benar-benar marah? Apa ucapannya menyakitinya? Padahal Yiu tidak serius saat mengatakan hal itu. Kepala Yiu semakin berdenyut sakit memikirkan hal itu.

Aku akan meminta maaf padanya nanti.

♣♦♣

Hari demi hari pun berlalu. Ming Zijing dan Wu Xiao saling bersaing dalam ambisi jago merah. Beberapa hari terakhir, Wu Xiao mulai menunjukkan bakatnya dalam menembak membuat Yiu memutuskan mengikutkannya dalam latihan khusus bersama Ming Zijing.

Dor dor dor dor...

"Bagus, Ming Zijing, Wu Xiao. Sekarang arahkan pada sasaran yang di sana."

Ming Zijing masih celingukan mencari sasaran yang dimaksud Yiu. Wajah bagai embun beku miliknya manatap Yiu dengan kebingungan.

Menyadari itu, Yiu menunjuk ke arah bawah balkon menuju halaman di bawah balkon tempat mereka berlatih. Di tengah halaman berdiri sebuah papan kayu dengan lingkaran sebagai sasaran di tengahnya.

Keduanya mengarahkan pucuk senapan mereka pada sasaran yang menukik tajam ke bawah. Ming Zijing terlihat sulit untuk menempatkan posisi yang pas dan tertangkap oleh manik Yiu, ia mulai mendekat dan membantu mengarahkan tangan Ming Zijing pada sasaran.

"Turunkan bahumu sedikit, pegang dan arahkan pada sasaran. Jangan terlalu tegang, kenapa tanganmu kaku sekali...."

Hal itu sontak membuat tangan dan wajah Ming Zijing semakin kaku bagai patung hidup. Yiu mencoba menepuk-nepuk salah satu pundak Ming Zijing supaya merileks.

Di sisi lain, Wu Xiao hanya diam dengan lirikan elangnya. Tiba-tiba, Wu Xiao mengangkat kakinya dan menendang belakang lutut Ming Zijing untuk menyadarkannya tanpa sepatah kata.

Yiu refleks menahan lengan Ming Zijing dan melayangkan tatapan elangnya yang hanya ditanggapi senyuman santai oleh Wu Xiao.

Yiu menegur pelan, "Wu Xiao!"

Wu Xiao menunduk menggeleng kecil sembari mengeluarkan smirk-nya. "Kau yang seharusnya berhati-hati, Putri Ying."

Setelah sedikit terhuyung, untuk pertama kalinya Ming Zijing sedikit gelagapan dan kembali mencoba fokus dengan melebarkan jarak, membuat ruang untuknya sendiri.

Yiu tidak mengambil pusing, ia kembali menginterupsi keduanya untuk menembak. Hasilnya sempurna di tiap sasaran hingga mentari hampir mendekati peraduannya.

"Pangeran Wu Xiao, Pangeran Ming Zijing, kerja bagus. Melihat perkembangan kalian, aku bisa menyerahkan divisi tiga dan lima pada kalian berdua esok. Ambil buku panduan singkat ini untuk materi dan taktik perang yang sudah kita susun. Kalian bisa istirahat setelah ini, terima kasih atas kerja kerasnya."

Yiu memberikan sebuah buku kecil pada keduanya, mereka pun kembali tenggelam pada kesunyian . Tiba-tiba sesuatu terlintas di pikiran Yiu, ia menoleh pada Ming Zijing yang tengah serius membaca. "Pangeran Ming Zijing, bolehkan kita berbicara sebentar?"

Flower Of War (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang