"Pergi! Pergi dari sini! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Ekspresinya berubah marah dan secara sarkas mengusir Yiu. Namun, seluruh pasang mata tahu jika ucapan itu adalah palsu.
Yiu terus menggeleng sembari menangis. Wu Xiao segera bertindak dengan menggendong Yiu dan melompat ke kapal lain.
Di sisi kapal yang lain hanya ada satu orang yang berada di atas kapal. Atensi Wu Xiao segera beralih pada kapal yang sudah setengah hancur yang ia naiki sebelumnya.
Seluruh prajurit yang berada di dua kapal itu telah berkumpul dan berlutut di depan Pangeran Hwang.
Hwang pun juga baru tersadar akan keberadaan prajurit yang sedari tadi berlutut di depannya.
"Kenapa kalian tetap di sini?"
"KAMI BERSUMPAH UNTUK SETIA HIDUP ATAU MATI BERSAMA PANGERAN KEDUA!"
♣♦♣
Yiu entah bagaimana sudah terduduk tanpa ekspresi di haluan kapal. Wajahnya pucat dan area matanya bengkak, sorot matanya kosong ke arah pemandangan kabut yang hampa dan abu-abu selayak perasaannya.
Perang adalah medan pengorbanan, tak akan pernah membawa kebahagiaan. Akan selalu ada darah yang tumpah dan kesedihan. Berjanjilah padaku, entah siapa lagi yang akan kehilangan nyawa, berjanjilah untuk tidak menangis dan menyesali semuanya.
Suara Pangeran Hwang terus berputar layaknya kaset rusak di benaknya. Air matanya telah lama kering. Namun, dadanya terasa sesak dan sangat sakit setiap membayangkan sang kakaknya yang bersimbah darah tepat di depannya. Warna merah darah dari darah sang kakak mulai menyatukan warnanya dengan pakaian hitam Yiu.
Tak lama, sebuah ledakan super besar terdengar bersautan dari beberapa mil di belakangnya. Yiu tak berani menoleh, hanya air mata dalam diam yang kembali turun di wajahnya.
Dibenamkan wajahnya diantara kedua tangan yang bertumpu pada kakinya. Isakan kecil kembali terdengar meski Yiu sudah berusaha kuat untuk menahannya dengan menggigit kuat bawah bibirnya.
Ia tidak berani menoleh ke belakang, sangat sakit untuknya. Ia hanya dapat terdiam dan mencoba untuk tidak menangis sesuai janjinya pada sang kakak yang dengan gagah berani bersama prajuritnya berhasil meruntuhkan dan memporak-porandakan benteng milik Bai Qing hanya dengan satu kapal.
Yiu seharusnya bangga akan prestasi besar sang kakak. Namun, mata dan hati kecilnya tak dapat berbohong.
Yiu perlahan merubah posisi duduknya menjadi tertidur miring dengan kedua tangan memeluk kakinya.
Ia terlalu lelah akan segalanya. Geladak kapal yang dingin dan keras seolah menjadi pelengkap kesedihannya. Biarkan ia terlelap barang sejenak untuk mengakhiri tangisnya yang tak terbendung.
Di sisi lain, Wu Xiao menoleh ke belakang dari sisi kanan kapal ke arah cahaya merah terang benderang yang disusul dengan asap hitam mengepul tinggi di tengah kabut yang samar.
Sekelilingnya menjadi terang untuk beberapa detik. Wu Xiao menutup matanya dan berbalik kemudian terduduk dengan punggung bersandar pada dinding kapal.
Kepalanya tertunduk dalam sebelum sedikit terangkat dan mengarah pada Yiu yang masih di posisi duduknya.
Wu Xiao berniat ingin bangkit menghampiri Yiu. Namun, kakinya yang gemetar tak kuasa untuk menopang berat badannya dan hanya dapat kembali terduduk lemas.
Pertahanan Wu Xiao pun ikut luntur, ia berusaha keras menekan kedua matanya dengan ujung dalam telapak tangannya, berharap tak akan ada air mata yang terbentuk walau pada kenyataannya air matanya semakin deras mengalir dari ujung dalam matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Of War (Slow Update)
FantasiaYiu Jiefang, gadis berusia 27 tahun, menjabat sebagai Komandan Pasukan Elite Angkatan Darat China yang terkenal akan kejeniusannya dalam bidang militer terutama dalam hal mengatur strategi. Keahlian dalam menggunakan berbagai macam senjata tidak per...