Chapter 74 : Sumpah Pada Semesta

3.8K 511 84
                                    

Pria berjubah itu kembali bersuara, "Bagaimana keadaannya?"

"Kondisi ibu kota cukup kacau selama beberapa hari, tetapi dia kembali dapat menstabilkan keadaan. Dia cukup cakap dan sulit untuk ditembus. Kau harus cepat atau kau akan kehilangan semuanya."

"Mn. Jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai terluka."

Sebelum berpisah, wanita di dalam kereta memberikan selembar kertas pada pria berjubah itu lewat kusir, yang langsung dimasukkannya ke dalam lipatan baju

♣♦♣

Hari-hari berikutnya mungkin lebih terasa membaik tetapi tidak sepenuhnya. Putri Ying bersedia kembali bergabung di pasukan tetapi tidak bersedia kembali menduduki posisi lawasnya.

Poros utama masih kosong hingga saat ini tapi tak ada seorang pun yang peduli. Wu Xiao segera membuat gebrakan besar dengan mengumumkan perang yang sesungguhnya akan dimulai.

Seluruh prajurit segera dikirim menuju markas di timur yang jaraknya tak terlalu jauh dari pelabuhan Bai Qing menggunakan jalur laut dan darat.

Jalur perairan dan darat di perbatasan telah menjadi milik aliansi barat sehingga mereka tak perlu khawatir akan ada halangan untuk mereka.

Seluruh pasukan berpacu dengan waktu, semua orang bekerja dengan sangat keras. Wu Xiao dalam sekejap dapat mengendalikan situasi dan mengubahnya menjadi kekuatan yang besar, aura kepemimpinannya sangat terasa dalam periode ini.

Sebagian artileri diboyong bersama rombongan pasukan Yiu yang totalnya berjumlah hampir delapan puluh ribu pasukan. Nantinya pasukan Yiu akan disatukan dengan pasukan Jenderal Rong yang berjumlah lima puluh ribu pasukan.

Pasukan infanteri dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah pasukan yang dapat dikatakan lebih unggul di pelatihan dan para penembak jitu, jumlahnya sepuluh puluh persen dari pasukan dan bertugas mengawal senapan serta bantuan anak panah.

Kelompok kedua akan berangkat terlebih dulu bersama pasukan kavaleri beserta alat beratnya yang dipimpin oleh Jenderal Chu dan petinggi lainnya melewati jalur pegunungan yang tak terlalu terjal.

Sebanyak dua ratus kapal perang yang gagah nan megah disiapkan untuk mengangkut delapan ribu pasukan mengarungi jalur Sungai Yangtze.

Jarak keberangkatan pasukan Yiu dan Jenderal Chu berjarak lima hari. Hal ini bertujuan untuk menyamakan kedatangan dengan pasukan darat. Di hari kelima, kapal-kapal perang menaikkan jangkar dan mengendorkan tali layarnya.

Yiu berdiri di haluan kapal untuk menikmati sang baskara perlahan menghilang di ufuk cakrawala, karya lukis sang pencipta yang begitu indah di kanvas tanpa ujung hari ini. Melabuhkan jiwanya bersama desir yang berbisik di telinganya.

Perasaan hangat menyelimuti hatinya layaknya dilahirkan kembali, bersiap menghadapi tantangan setinggi gunung dengan kedua tangannya yang kasar.

Ia memejamkan matanya, menghirup ketenangan yang selama ini berada di ujung jiwanya. Wajahnya yang terangkat tinggi dengan senyum tipis melepas seluruh beban di benaknya untuk sesaat.

Wu Xiao pernah berpesan padanya, "Jika gagal, coba lagi, gagal, coba lagi. Kita lihat siapa yang lebih dulu muak, tekadmu atau keadaan."

Mendapatkan partner seperjuangan yang selalu ada untuknya adalah berkah istimewa untuknya. Merasakan jiwa yang terbebani kini perlahan berlabuh pada sandaran untuk didiami.

Flower Of War (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang