Sebuah ledakan mengguncang, disusul oleh kemunculan sesosok Titan raksasa yang menjulang tinggi di atas tembok. Tulang-tulang mencuat dari tubuhnya, menyangga keseimbangannya. Tak jauh darinya, Titan lain berdiri dengan tubuh terbalut lapisan baja yang mengilap di bawah sinar matahari yang terselip di balik awan mendung.
"Semua orang menjauh dari tembok!" teriak Caterine, napasnya memburu saat Titan Kolosal mulai mengangkat lengannya ke arah mereka.
Suara gemuruh terdengar ketika raksasa itu bergerak.
JDAARRR... RAUUGGHH!
Sebuah kilatan lagi, dan Titan lain muncul. Dari tangan Titan Zirah, Eren yang tertangkap telah berubah.
"Dia menangkap Ymir!" seru Historia, matanya melebar saat melihat Titan Kolosal menggenggam sebuah tandu di tangannya yang raksasa.
"Dan bukan hanya dia!" jerit seorang prajurit, tubuhnya gemetar.
Tanpa menunggu lebih lama, para prajurit segera bergelantungan di sisi tembok, menghindari kemungkinan serangan susulan.
"Ymir mungkin masih hidup! Seperti Titan Wanita sebelumnya, dia bisa saja disimpan dalam air liurnya!" seru Caterine.
Hening sesaat. Kemudian, suara baja beradu dengan gesekan angin terdengar.
"Semua pasukan! Serang Titan sialan itu!" teriak Caterine sambil menembakkan alat manuvernya, meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arah Titan Kolosal.
Serangan demi serangan dilepaskan. Para prajurit memanfaatkan ukuran Titan itu yang besar untuk menghindari serangannya yang lamban. Mereka melesat menuju tengkuknya, mengincar titik kelemahan.
Melihat celah, Hange berser
"Ini kesempatan kita! Serang tengkuknya sekarang!"
Tetapi sebelum mereka bisa mendekat-
SRAAASSHH!
Uap panas menyembur keluar dari tubuh Titan Kolosal, menyelimuti udara dalam kepulan putih yang membakar.
"Semuanya mundur!" pekik Caterine saat merasakan panas yang menggerogoti kulitnya.
Jeritan terdengar dari seorang prajurit yang terlambat menghindar.
"T-Tanganku…!" rintihnya, kulit di lengannya melepuh parah.
"Air! Cepat, ambil air!"
Di tengah kekacauan itu, Hange menyipitkan matanya, menatap Titan Kolosal dengan penuh analisis.
"Dia mencoba menghilang lagi?" gumamnya.
"Tidak." Armin menggeleng, rahangnya mengatup rapat. "Kali ini berbeda. Sebelumnya, dia langsung lenyap, tapi sekarang dia mempertahankan bentuknya sambil terus mengeluarkan panas seperti tungku. Jika dia terus melakukannya, kita tidak akan bisa menyerangnya dengan alat manuver!"
Caterine mengepalkan tinjunya. "Artinya kita harus menunggu."
Suara perintah dari Caterine mulai bergema di medan pertempuran.
"Pasukan tiga dan empat, tempati posisi di belakang target. Rashad, kau yang memimpin!"
"Ha'i!"
"Pasukan dua tetap di sini. Lauda, kau yang mengatur pertahanan!"
"Yokai!"
Mata Caterine menyipit tajam. "Titan ini tidak mungkin bisa mempertahankan uap panasnya selamanya. Begitu dia kehabisan tenaga dan pertahanannya melemah, kita akan menyerang lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
-SAPPHIRE- (Shingeki No Kyojin X Reader)
Teen Fiction"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi" "Jadi jangan pernah menyesal dengan keputusan yang kau ambil" •◇◇◇• "Ada apa kalian kemari" "Kau masih wanita dingin seperti biasanya" "Tch" TYPO BERTEBARAN!
