Pagi yang terik menyelimuti lapangan, menyemangati barisan kadet yang berdiri tegap, wajah mereka mulai dipenuhi dengan keringat yang bercucuran terpanggang sinar matahari. Semua tampak waspada, menunggu arahan.
"Hoi! Siapa namamu?!" Suara tegas dan lantang itu menggema di lapangan. Seorang pria tinggi bersurai abu dengan seragam militer yang ketat berdiri di depan barisan, matanya memandang tajam. Dia adalah Edmund, komandan kadet yang dikenal sangat keras.
"Sonny Kemp desu!" jawabnya terburu-buru, panik.
"Apa tujuanmu disini?!" teriak Edmund lagi, nadanya lebih tajam.
"Untuk menjadi bagian polisi militer!" Jawaban Sonny semakin mantap, meskipun cemas, namun matanya tetap berusaha keras untuk tegar menghadapi komandan Edmund.
Edmund menatapnya, sedikit mengejek. "Kau pikir bisa masuk kesana?! Apa kau siap mendedikasikan dirimu pada raja?!"
Ketegasan Edmund seperti pedang yang siap menyayat, menambah ketegangan dalam barisan. "Tegakkan dirimu!" kembali terdengar perintah keras yang langsung diikuti langkah kaki yang tegap.
Perhatian Edmund kemudian beralih, matanya menangkap sosok perempuan bersurai hitam yang baru saja memasuki lapangan. Tanpa berpikir dua kali, ia melangkah dengan mantap mendekati gadis itu dan berhenti tepat di depannya.
"Siapa kau?" Nadanya tajam, seolah ingin menembus jiwa perempuan itu.
"Caterine," jawabnya, suara datar namun cukup jelas.
Hening sejenak. Para kadet menahan napas, beberapa tampak melirik dengan gelisah. Mereka tahu betul bagaimana sikap Edmund terhadap mereka yang tidak menunjukkan ketegasan.
"Caterine?!" Edmund mengulangi dengan penekanan yang lebih besar "Pelajaran pertamamu adalah kedisiplinan! Kau paham itu?! Sebutkan namamu dan alasanmu disini jika tidak bisa disiplin!"
Sambil meliriknya, Caterine menatap ke depan dengan pandangan kosong. "Namaku hanya Caterine. Aku tak punya alasan spesial," jawabnya dengan nada yang tetap datar dan tidak terpengaruh sedikit pun oleh kerasnya suara Edmund.
Edmund menatapnya dengan ekspresi yang semakin tajam, seolah tak percaya. "Apa alasan keterlambatanmu, Ca-te-ri-ne?!" Ia menyebutkan nama Caterine dengan tekanan yang lebih keras.
Caterine mengangkat sedikit kepalanya, tetap tenang, "Kesiangan, Pak," jawabnya, kalimatnya sederhana, tetapi ada nada malas yang kental terasa di baliknya.
Wajah Edmund berubah menjadi ekspresi seram. Senyumannya semakin tajam, bibirnya mengerucut dengan ekspresi yang mencerminkan rasa tak percaya.
'Dia gila... dia gila... dia gila...' batin para kadet lainnya, merasakan ketegangan yang begitu luar biasa. Mereka tidak tahu harus merasa kasihan atau justru takut, karena Caterine, meskipun tidak menunjukkan rasa takut, seolah menantang Edmund dalam diam.
"Psstt apa dia benar-benar tak memiliki ketakutan apapun" seorang kadet jangkung berbisik pada pria pirang klimis disampingnya. pria pirang itu hanya menatapi perempuan yang menjadi topik perbincangan, senyuman tipis terukir di wajahnya "Kau tahu baik tentangnya" balasnya.
•
◇◇◇
•
Langit senja meredup. Di kejauhan, suara riuh dari ruang makan mulai terdengar, tetapi berbeda dengan di tengah lapangan latihan, seorang gadis masih terlihat berlari tanpa henti disana.
"Sebentar lagi waktunya makan malam," gumam salah satu dari sekelompok pria dan perempuan yang berdiri di tepi lapangan, memperhatikan sosok yang terus berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
-SAPPHIRE- (Shingeki No Kyojin X Reader)
Teen Fiction"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi" "Jadi jangan pernah menyesal dengan keputusan yang kau ambil" •◇◇◇• "Ada apa kalian kemari" "Kau masih wanita dingin seperti biasanya" "Tch" TYPO BERTEBARAN!
