DDUUAARRRR!!!
Ledakan dahsyat mengguncang tanah, menggema ke seluruh penjuru, menghancurkan sisa-sisa tubuh kerangka Titan Perintis dalam kobaran api dan gelombang panas. Angin yang membawa serpihan tulang dan debu beterbangan di udara, memburamkan pandangan semua orang yang menyaksikannya.
Di atas Benteng Slatoa, mereka yang selamat menatap tak percaya. Mata-mata penuh ketakutan dan harapan bercampur menjadi satu, menyaksikan ledakan yang baru saja terjadi.
Titan Falco akhirnya mendarat dengan selamat di atas benteng, membawa para prajurit yang masih bernapas. Jean, yang masih terengah-engah, menatap gumpalan asap hitam yang perlahan mulai menipis.
"Apakah... Eren tewas?" lirihnya, suaranya hampir tenggelam oleh angin yang berhembus.
Asap mulai menghilang, menyisakan lubang besar dengan tulang-tulang putih berserakan di mana-mana. Keheningan menyelimuti mereka sejenak, seolah waktu berhenti untuk memastikan jawaban dari pertanyaan Jean.
Di sisi lain, Gabi mendongak, matanya membelalak saat menyapu pandangan ke sekitar. Nafasnya tertahan ketika akhirnya melihat wajah-wajah yang begitu ia rindukan.
"Keluargaku..." bisiknya.
Tak butuh waktu lama, tubuhnya bergerak dengan sendirinya, berlari dengan sekuat tenaga. Falco, Pieck, dan Annie pun tersentak, menyadari bahwa orang-orang yang mereka pikir telah hilang juga ada di sana.
Tanpa ragu, mereka semua berlari. Tangisan pecah di antara pelukan erat yang saling menghangatkan, di tengah kehancuran yang masih mengepung mereka.
Connie menyaksikan pemandangan itu dari kejauhan, matanya menyipit, ekspresinya sulit diartikan.
"Aku tidak bilang aku menyesalinya..." lirihnya.
Jean yang berdiri di sampingnya menatapnya sekilas.
"Tapi kita tidak salah, bukan?" Connie melanjutkan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Kita akhirnya menghentikan Guncangan Tanah."
Namun sebelum ada yang bisa menjawab, suara Mikasa menarik perhatian mereka.
"Armin!"
Mereka semua menoleh, melihat sosok Titan Kolosal Armin berdiri di tengah lubang besar yang ditinggalkan ledakan tadi. Tubuh besarnya bergetar pelan, uap panas masih mengepul dari pori-porinya.
Jean menatap sekeliling.
"Di mana Reiner?"
Levi yang masih menopang Caterine menoleh sekilas, sebelum Caterine menunjuk ke sebuah gundukan pasir yang perlahan bergerak.
"Di sana," ucapnya dengan suara lemah.
Tatapan mereka semua langsung tertuju ke arah yang ditunjuknya. Dari balik pasir yang menguburnya, Titan Zirah Reiner mulai bangkit dengan tubuh yang masih utuh.
"Dia masih hidup!" pekik Jean, nada suaranya dipenuhi kelegaan.
"Reiner!" suara Gabi dan Nyonya Braun bergema, memanggil nama pria itu dengan penuh harapan.
Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama.
"Hei! Lihat ke sana!" suara Connie mendadak berubah panik.
Semua kepala menoleh.
Dari sisa-sisa tubuh Titan Perintis yang telah hancur, sesuatu merayap naik.
Sebuah makhluk besar berbentuk kelabang bersinar, tubuhnya berdenyut seolah sedang mengumpulkan kekuatannya. Perlahan, ia mulai merayap naik menuju Benteng Slatoa, semakin dekat dengan mereka yang selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
-SAPPHIRE- (Shingeki No Kyojin X Reader)
ספרות נוער"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi" "Jadi jangan pernah menyesal dengan keputusan yang kau ambil" •◇◇◇• "Ada apa kalian kemari" "Kau masih wanita dingin seperti biasanya" "Tch" TYPO BERTEBARAN!
