《35》Tears Beneath the Wings of Freedom

1.5K 210 23
                                        

Hari penghargaan bagi para pasukan pengintai yang berhasil merebut kembali Tembok Maria akhirnya tiba. Aula pusat dipenuhi oleh derap langkah para prajurit dari berbagai resimen, suara obrolan pelan, dan gemuruh tepuk tangan yang sesekali terdengar menyambut kedatangan tokoh penting. Namun, jauh dari keramaian itu, di ujung lorong panjang yang sunyi sebelum memasuki aula, sesosok wanita berdiri diam di hadapan jendela besar.

Cahaya matahari menembus kaca, menyelimuti sosok Caterine yang tengah termenung. Pandangannya terpaku ke luar pada langit, pada pemandangan dunia yang perlahan berubah. Tak ada senyum, tak ada kata.

Langkah kaki ringan mendekat. Hange, dengan napas sedikit terengah karena mencarinya, akhirnya menemukannya.

"Aku mencarimu dari tadi di aula. Ternyata kau di sini," ucap Hange, berjalan mendekat dan berdiri di sampingnya. Matanya ikut mengarah keluar jendela.

"Siapa sangka… hari ini benar-benar datang. Hari di mana semuanya terungkap. Apa kau pernah membayangkannya?" tanyanya lirih.

"Entahlah," jawab Caterine singkat, nadanya datar, terlalu tenang untuk sebuah kemenangan.

Hange tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Kau tahu? Jenderal Zackley sepertinya menyukaimu. Ia terus menanyakanmu, lho," ucapnya menggoda.

Caterine menghela napas pelan sebelum menjawab, "Dia menawariku posisi sebagai wakil dalam pemerintahan."

Ucapan itu membuat Hange menoleh cepat, wajahnya jelas menunjukkan keterkejutan.

"Dan biar kutebak... kau menolaknya?" tebaknya

"Aku tak tertarik duduk di belakang meja seharian" balas Caterine setia memandangi jendela luar.

Hange tertawa kecil, mencoba tetap ceria. "Haha, sasuga Caterine-ku. Menolak tawaran yang diperebutkan semua orang."

Namun tawa itu perlahan menghilang saat ia memperhatikan wajah temannya. Wajah itu... bukan hanya sekadar datar. Ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang dulu selalu ada.

"Cate… kau tak apa?" tanyanya hati-hati.

"Hn. Tentu saja," jawab Caterine.

"Kau tahu, bukan itu maksudku, Cate."

Kata-kata itu membuat Caterine akhirnya menoleh. Matanya menatap mata Hange, kosong tapi dalam.

"Aku lelah, Hange…" helanya akhirnya.

"Kau berjuang dengan baik Cate, aku yakin dia sangat bangga padamu" ujar Hange tersenyum sendu.

"Aku ingin istirahat" ucap Caterine membuat Hange tersentak.

Perkataan itu membuat Hange tersentak. Ada ketakutan di balik nada suaranya saat bertanya, "Tentu… kau layak mendapatkannya. Tapi... kau akan kembali, kan?"

Caterine terdiam sejenak. Sunyi menggantung di antara mereka.

"Kumohon, Cate… jangan tinggalkan aku."

"Aku.. tidak bisa melakukan ini sendiri.. aku tahu ini egois. Tapi aku membutuhkanmu" ucap Hange menatap dalam mank sapphire perempuan didalamnya.

Senyum tipis muncul di wajah Caterine, begitu rapuh namun hangat. "Aku tak bisa mengingkari janji yang sudah kubuat. Tapi aku butuh waktu."ucapan itu mengingatkan mereka dengan janji yang mereka buat di halaman markas penyelidik.

"Tak apa, kau bisa kembali kapanpun kau siap. Aku akan terus menunggumu" balas Hange.

"Arigato Hange" ucap Caterine.

"Ssa ayo ke aula, mereka semua sudah berkumpul" ucap Hange mengembangkan senyum segera menarik tangan Caterine.

Begitu mereka memasuki aula, sekelompok prajurit segera melambaikan tangan.

-SAPPHIRE- (Shingeki No Kyojin X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang