"Armin! Syukurlah kau sudah sadar!" Eren segera berlari memeluk Armin saat melihat sahabatnya sidah sadarkan diri.
"Kau sudah sadar?"
"Heichou?" Ucap Armin melihat Levi datang menghampirinya.
"Apa yang tejadi? Aku ingat Berthodlt menjadi titan- bagaimana dengan yang lain?" Tanya Armin.
"Hanya itu yang kau ingat?" Tanya Levi membuat Armin menatap bingung.
Dorr
Levi menembakkan suar hijau, tanda agar mereka kembali berkumpul setelah melakukan pengecekan sekitar."Eren ceritakan semuanya pada dia" ucap Levi.
.
.
."Kau sudah tahu semuanya, Armin?" Tanya Levi memastikan kewarasan bocah pirang itu yang tak berhenti terbelalak.
"M-maksudmu, resimen penyelidik tersisa sembilan orang.." ucap Armin tak percaya.
"Tidak- sepuluh serta Caterine" ucap Hange dengan sedikit menyendu di akhir.
"Hanya untuk saat ini, pertarungannya berakhir empat jam lalu. Kami sudah mencari orang yang selamat, tapi belum ada.." lirih Connie.
"J-jadi kita berhasil menutup tembok Shiganshina, namun Reiner dan titan monyet terlepas serta-- ada pertentangan tentang pemakaian serum pada komandan Erwin atau aku- lalu aku berubah menjadi titan dan memakan Bertholdt-" ucap Armin tak percaya.
"Ke-kenapa kalian memilih aku..?" Lirih Armin, nafasnya menderu mengingat apa yang tengah terjadi.
"Bagaimanapun juga, bukankah Erwin-danchou lebih penting untuk diselamatkan. Heichou! Mengapa kau memberikan serumnya padaku?!"
"Tch kubilang padamu untuk meceritakan semuanya. Kedua temanmu menentangku dan mencoba melawanku" ucap Levi.
"Kami bersedia menerima hukuman apapun" ucap Eren.
"Kalian akan di hukum karena ketidakpatuhan, tapi apa menerima hukuman membuat kalian boleh bertindak apapun?" Sahut Hange.
"Tidak.." balas lirih Eren, ia tak memiliki pembenaran untuk hal itu.
"Namun, keputusan akhir ada ditanganku, aku memilih tempat ini sebagai tempat kematian Erwin" ucap Levi.
"Jika komandan meninggal, bagaimana nasib kita?" Ucap Armin.
"Aku setuju, kupikir harusnya Erwin yang dipilih. Bagaimanapun, Erwin mempercayakan serumnya kepada Levi. Lalu, Levi memilihmu. Tak ada yang perlu dibicarakan lagi" ucap Hange.
"Apa itu berarti aku harus menjadi pengganti Erwin-danchou? Aku tak bisa melakukannya" lirih Armin.
"Jangan salah sangka, kau takkan menjadi pengganti Erwin. Namun, aku tahu kau punya kemampuan yang tak dimiliki orang lain. Aku takkan menyesali keputusanku, namun jangan buat mereka menyesalinya atau siapapun, kau juga tak boleh menyesalinya. Itu misi hidupmu" ucap Levi.
"Kalian berisik" lenguh Sasha ditengah tidurnya membuat rekannya yang menatapnya hanya bisa sweatdrop.
"Sasha memang luar biasa" kekeh Hange.
"Ssa sebagai pengganti Erwin. Sebagai komandan pasukan penyelidik, kurang lebih nasib kita sama, kita harus berjuang" ucap Hange menatap Armin untuk memberikan dukungan padanya yang nampak masih terkejut dengan situasi saat ini.
Sebuah langkah kaki terdengar menghampiri, membuat mereka menoleh. terlihat Caterine dengan raut wajah datarnya berjalan mengahmpiri mereka "Tidak ada titan di sekitar, tidak ada penyintas, dan Armin sudah sadar. Kita harus melanjutkan misi, kuharap isi basemen mu menjawab sesuatu" sahut Caterine dengan raut datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-SAPPHIRE- (Shingeki No Kyojin X Reader)
Teen Fiction"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi" "Jadi jangan pernah menyesal dengan keputusan yang kau ambil" •◇◇◇• "Ada apa kalian kemari" "Kau masih wanita dingin seperti biasanya" "Tch" TYPO BERTEBARAN!