Sinar matahari menusuk kedua kelopak mata seorang gadis yang masih asik dengan mimpinya. Gadis bermata hazel yang mulanya tertidur nyenyak, mau tidak mau langsung terbangun dari ranjang big sizenya.
"Kim Lisa! lihatlah ini sudah pukul berapa? Apa kau ingin terlambat?!", omel Rosè yang kini sibuk menepuk pipi adiknya.
"Unnie, tidak bisakah aku bolos hari ini?", tanya Lisa dengan wajah memelasnya. Ia baru tertidur jam 3 pagi. Wajar jika ia tidak bisa menahan rasa kantuknya kali ini.
"Aigo, kau pasti begadang semalam. Sudah kubilang jangan berlatih tembak-menembak di malam hari! Pasti kau akan kesiangan esoknya.", ucap Rosè yang masih setia mengomeli adiknya.
"Ada apa ini?", tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di ambang pintu dengan kedua tangan yang dilipat.
"Unnie, Lisa tidak mau sekolah!", teriak Rosè yang langsung berhambur ke arah Jisoo.
"Tidak apa Chaeyoung-ah, biarkan adikmu istirahat hari ini.", ucap Jisoo sembari menghampiri Lisa yang masih setia di ranjangnya. Niat hati agar Jisoo ikut mengomeli Lisa, namun Rosè dibuat sebal tatkala Jisoo malah membela adiknya.
"Gunakan hari ini untuk istirahat sebaik-baiknya, ne? Unnie tahu kau pasti kelelahan karena berlatih semalaman untuk kompetisi tembak pistol minggu depan.", ucap Jisoo lembut.
"Unnie kenapa membelanya?!", protes Rosè tidak terima. Aksinya malah membuat Lisa tertawa pulas sembari menjulurkan lidahnya untuk mengejek Rosè.
"YA! KAU MENGEJEK KAKAKMU?!", pekik Rosè yang kembali berhambur ke arah Lisa untuk mencubit pipi adiknya.
"UNNIE, SAKIT. Mianhaeeee.", rengek Lisa yang mengundang gelak tawa Jisoo.
"YA! KENAPA KALIAN LAMA SEKALI?!", Mereka bertigapun sontak memberikan tatapan satu sama lain sebelum Jisoo dan Rose berlarian keluar. Pasti Jennie akan mengomel sepanjang perjalanan karena awalnya Rosè hanya bilang jika akan membangunkan adiknya sebentar namun berakhir menunggu cukup lama. Sifat tidak sabaran Jennie memang tidak pernah berubah.
■
Chaeyoung melangkah dengan santai sembari menyeruput susu di tangannya. Mengabaikan atensi yang kini tertuju padanya. Menjadi putri dari pemegang donasi terbesar di sekolah membuat gadis itu selalu menjadi pusat perhatian dimanapun ia menginjakkan kakinya.
Seharusnya saat ini ia melangkah dengan Lisa, namun naasnya adiknya itu enggan ke sekolah. Hal itu membuat moodnya sedikit hancur. Walaupun mereka memiliki selisih umur 1 tahun, namun mereka seperti perangko dan kertas yang selalu menempel di sekolah.
"Pagi, Chaeyoung-ah.", sapa seorang gadis yang tiba-tiba menepuk bahu gadis berambut blonde itu dari belakang.
"Pagi.", saut Rosè dengan nada malas.
"Ada apa dengan wajahmu?", tanya Wendy yang menyadari perubahan wajah sahabatnya.
"Lisa tidak masuk hari ini. Moodku jadi buruk.", jawab Rosè sembari mendaratkan pantatnya di atas kursi.
"Wah, dia tidak masuk? Jungkook pasti sangat sedih karena tidak bertemu pujaan hatinya hari ini.", ucap Wendy sembari menatap kursi Jungkook yang kini kosong. Jungkook adalah teman satu kelas Rosè yang sangat terobsesi dengan Lisa. Sayangnya Lisa tidak pernah menerima cinta Jungkook.
■
Jennie kini menatap jalanan dari jendela mobil mewahnya. Membiarkan suasana hening menyelimuti dirinya yang tengah kalut dengan fikirannya.
"Apa yang kau fikirkan Jennie-ya?", tanya Jisoo yang menyadari gelagat aneh dari adiknya.
"Aniyo, aku hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting.", jawab Jennie yang masih setia menatap pemandangan pagi di Seoul dari jendela.
"Memangnya apa?", tanya Jisoo penasaran.
"Aku hanya berfikir.. apa hobi Lisa tidak akan memberikan dampak buruk dimasa depan?", ucap Jennie ragu. Jennie sadar, sebagai seorang kakak sudah seharusnya ia mendukung hobi adiknya. Apalagi hobi ini sudah merangkap menjadi bakat bagi Lisa.
"Dampak buruk apa yang kau maksud?", tanya Jisoo yang masih tidak dapat menangkap maksud dari adiknya.
"Tidak, aku hanya baru saja membaca berita tentang teroris. Mungkin sebaiknya aku harus mengurangi overthinkingku.", Jawab Jennie berusaha membuang jauh-jauh fikirannya buruknya.
"Sudah sampai, nona.", ucap sang sopir memecah percakapan diantara mereka. Jennie dan Jisoo memang 1 kampus, hanya saja mereka berbeda jurusan. Jisoo jurusan manajemen bisnis dan Jennie jurusan kedokteran.
Kedua gadis Kim itu pun memutuskan untuk menyudahi percakapan mereka dan bergegas turun dari mobil. Memberikan kecupan singkat sebelum saling meninggalkan satu sama lain.
▪︎
"Kau tidak sekolah, anak manis?", tanya wanita cantik yang tak sengaja bertemu anak bungsunya yang kini tengah meneguk segelas air di dapur.
"Aniyo.. Aku sangat kelelahan hari ini..", jawab Lisa yang hanya mendapat anggukan dari Hyekyo. Hyekyo sadar, anak gadisnya pasti sangat kelelahan karena mempersiapkan kompetisi untuk minggu depan. Hyekyo adalah ibu idaman yang akan selalu mendukung hobi anaknya. Wajar saja jika anak-anaknya sangat menyayanginya.
Kini Hyekyo berdiri dihadapan Lisa sembari menatap anak bungsunya lekat-lekat. Seolah menyampaikan pesan tersirat melalui matanya.
"Lisa-ya, apa kau sangat mencintai hobimu?", tanya Hyekyo ambigu yang sontak mendapat tatapan penuh tanya dari Lisa.
"Tentu. Aku merasa sangat bahagia ketika peluruku bisa menembus tepat pada sasaran.", jawab Lisa antusias.
"Berjanjilah sesuatu pada eomma.", ucap Hyekyo penuh keseriusan.
"Janji apa yang kau maksud, eomma?", tanya Lisa yang tengah diselimuti dengan rasa kebingungan.
"Kau harus berjanji untuk memanfaatkan hobimu sebagai hal positif.", Lisa terdiam sejenak. Kedua netra ibunya bergetar tatkala mengatakan kalimat itu. Kebiasaan overthinking Jennie memang menurun dari ibunya. Seisi keluarga Kim sudah mengerti dan berusaha untuk memahami mereka berdua, termasuk Lisa. Kini Lisa mengambil salah satu tangan ibunya untuk digenggam.
"Ne, eomma. Aku berjanj-"
"Dan kau harus berjanji untuk melindungi appa dan kakak-kakakmu dengan bakatmu itu.", lanjut Hyekyo sembari menatap Lisa penuh harap.
Note
Haloooo gaisss, ini adalah chapter pertama dari cerita ini. So, i hope u guys enjoy w/ this fiction story. Untuk chapter pertama singkat dulu yaa. Nanti untuk chapter selanjutnya diperpanjang. Jangan lupa tinggalin jejak sebagai apresiasi kelian yaa! <3 see u di chapter selanjutnya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...