9

2.8K 221 1
                                    

Jisoo tengah mengerjakan tugas kuliahnya ketika tiba-tiba seseorang membuka gagang pintunya. Sontak ia menghentikan aktivitasnya sejenak untuk melihat siapa yang berani memasuki kamarnya tanpa izin. Namun kini Jisoo terdiam setelah mengetahui siapa orang itu.

"Kau kemana saja?", tanya Jisoo dengan mata berkaca-kaca. Lisa tidak tahu jika kakak sulungnya mencarinya kemana-mana. Andai saja suasananya mendukung, dapat dipastikan saat ini Jisoo sudah mendekap tubuh Lisa.

Merasa tak mendapat jawaban apapun dari adiknya, Jisoo memilih untuk menatap Lisa lekat-lekat. Mengisyaratkan rasa khawatirnya pada adik bungsunya. Lisa hanya bisa menunduk, tak berani menunjukkan wajah sembabnya.

"Gwenchana?", tanya Jisoo yang lagi-lagi tak mendapat balasan apapun dari adik bungsunya. Kini Jisoo hanya bisa menghembuskan nafas berat.

Jisoo menangkup pipi adik bungsunya dan mengusapnya lembut. Membiarkan netranya bertemu dengan netra sang adik. Jisoo sedikit terkejut melihat wajah sembab Lisa, namun sebisa mungkin ia mengontrol dirinya.

"Unnie merindukanmu.", 2 kata yang mampu membuat isakan tangis Lisa pecah begitu saja. Sudah lama ia tak mendengar kata-kata seperti itu. Refleks Lisa langsung memeluk kakaknya erat.

"Gomawo.. Jinjja gomawo...", ucap Lisa dengan air mata yang masih mengalir. Membiarkan pundak kakaknya basah karena air matanya.

"Oleh karena itu jangan kemana-mana lagi, hm?", namun kalimat Jisoo kali ini tak mendapat balasan apapun dari Lisa. Adiknya itu memutuskan untuk memeluk tubuh kakaknya semakin erat.

"Mianhae.."

Kini Jisoo menarik tubuh adiknya agar bertatapan dengannya. Menatap wajah sembab adiknya intens.

"Berjanji tidak akan kemana-mana, Lisa-ya.", ucap Jisoo berusaha memastikan jika adik bungsunya benar-benar tidak pergi.

"Unnie.. Kau menyayangiku bukan?"

"Apa kau meragukan kasih sayangku?", tanya Jisoo dengan tatapan heran. Sebenarnya apa yang ingin adiknya sampaikan.

"Kalau begitu, tolong dukung apapun keputusanku."

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi, dan Lisa masih berada di ranjangnya dengan pelukan hangat dari Jisoo. Namun gadis itu tidak tertidur sejak semalam. Menunggu momen yang benar-benar pas untuk pergi.

Setelah menemukan waktu yang pas, ia pun segera mengambil mantelnya dan meninggalkan Jisoo yang tertidur pulas di ranjangnya. terlihat gurat kelelahan pada wajah kakaknya.

"Mianhae, unnie.", ucap Lisa sembari melangkahkan kaki meninggalkan kamarnya. Namun alangkah terkejutnya ia tatkala mata hazelnya bertemu dengan mata gadis berambut blonde dihadapannya. Sontak Lisa langsung menundukkan kepalanya dan terus melangkah. Bertindak seolah kakaknya tidak ada.

"Siapa yang menyuruhmu kembali?", tanya Rosè ketus sembari menatap Lisa dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Lisa kini menelan salivanya kasar.

"Mianhae.", jawab Lisa singkat dengan suara seraknya.

"Satu hal yang harus kau ingat.", kini Rosè berjalan mendekati adiknya yang masih membeku di tempatnya.

"Kehadiranmu hanya menumbuhkan rasa sakit bagi keluarga ini.", ucapan Rosè yang mampu membuat tubuh Lisa lemas saat ini juga. Tak ia sangka kalimat sekejam itu akan keluar dari mulut kakaknya.

Sebisa mungkin Lisa berusaha menetralkan dirinya dan tersenyum. Senyum yang terlihat cantik namun mengandung beribu rasa sakit.

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang